Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edy Hayong
POS-KUPANG.COM I KUPANG---Tim Ahli pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) wilayah NTT, saat ini tengah mengkaji penerapan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang dicetuskan Gubernur NTT untuk diterapkan di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores.
Direncanakan pengembangan program TJPS akan diterapkan pada tiga Desa di Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo, apalagi inipun atas permintaan petani setempat.
Hal ini disampaikan Koordinator Peneliti di BPTP NTT juga tim ahli program TJPS, Dr. Efert Y. Hosang, M.Si, Ph.D dan Ketua Tim Ahli Dr.Tony Basuki, M.Si di Kupang, Sabtu (21/11).
Dikatakan Efert, tim ahli sangat merespon positif permintaan Petani Ute di tiga Desa di Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo untuk menerapkan program Tanam Jagung Panen Sapi atau TJPS di tanah Ulayat Ute.
Menurut Efert, tugas tim ahli yakni merancang program, mengawal penerapan teknologi pertanian, memastikan semua komponen berjalan sesuai rencana, melakukan seleksi rekrutmen pendamping dan melatih pendamping baru.
Dikatakannya, lokasi Nangaroro memiliki sumber air dengan luasan yang cukup besar maka patut dijadikan lahan TJPS. Karena potensi lahannya ada, sumber air dan petaninya menerima.
"Tinggal aparat dan pendamping kalau bisa disiapkan dan sinergis dengan masyarakat pasti jadi. Karena sarana produksi dan ada offtaker yang membeli sehingga tidak ada alasan untuk tidak jalan," kata Efert.
Menurutnya, tanam jagung panen sapi bukan saja bicara jagung tapi juga bicara pakan ternak berupa lamtoro taramba.
Ada pelatihan Peternakan bagi petani tentang bagaimana membuat pakan ternak yang baik. Semua terintegrasi termasuk dengan Dinas Perindag terkait mesin pengolahan pakan.
Ditambahkan Efert, syarat calon petani program TJPS diantaranya terkait luasan lahan bagi setiap calon petani minimal 2 hektare untuk musim hujan sedangkan musim Kemarau tergantung ketersediaan air.
Calon petani dan calon lahan per Desember harus sudah diusulkan sebagai calon petani TJPS. Mereka akan didata oleh penyuluh dan dinas pertanian Kabupaten setempat.
Terkait TJPS, pemerintah provinsi menyiapkan fasilitas yakni benih jagung, pupuk, traktor, pestisida, pompa air dan alat pengepil jagung.
"Hasil dari petani akan dibeli oleh offtaker yang mau bergabung dengan pemerintah seperti Perusahaan Daerah Flobamora dan PT Sangkara dan perusahaan lainnya. Soal harga jagung disepakati bersama petani dan offtaker. Petani juga disiapkan pendamping sekitar 100 hektare dan disesuaikan dengan lokasi petani," jelasnya.
Diakui Efert, Program ini sudah dikembangkan di 4.000 hektar pada musim hujan tahun 2019 di 7 kabupaten di NTT, dan musim kemarau 2019 seluas 1.700 hektar di 16 kabupaten. Untuk musim hujan tahun ini sedang dikembangkan 8.300 hektare di 16 kabupaten.