Berita Lembata Terkini

Konstruksi Jembatan Waima Hampir Tuntas, Warga Riabao: Kami Tidak Takut Banjir Lagi

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah warga yang baru pulang dari kebun tampak melintas di Sungai Waima. Tampak pula proses konstruksi Jembatan Waima sementara dilakukan pada tahap akhir, Selasa (2/11/2020)

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Magdalena Ledjap dan Martha Tukan baru saja pulang dari kebun pada Selasa (3/11/2020) petang. Keduanya yang merupakan warga Kampung Loang, desa Riabao, Kecamatan Nagawutung menggarap lahan kebun milik mereka di wilayah desa Bour, Kecamatan Nubatukan.

Setiap hari mereka tentu harus menyeberangi sungai Waima yang merupakan batas wilayah Kecamatan Nagawutung dan Nubatukan. Jika musim kemarau tak jadi masalah, meski tak ada jembatan. Namun situasinya berbeda apabila musim hujan tiba. Sungai akan penuh dengan air, lalu penyeberangan tentu sulit dan berbahaya.

Sepulang dari kebun sore itu, Magdalena dan Martha sempat menyisihkan waktu menyaksikan langsung proses konstruksi Jembatan Waima yang sudah masuk tahap akhir tersebut. Wajah mereka tampak ceria melihat fisik jembatan yang terbuat dari rangka baja dan beton. Tentu masih terkenang dalam benak mereka bagaimana jembatan sebelumnya yang dikerjakan Pemda Lembata hanyut dibawa air sungai Waima pada tahun 2018 lalu.

"Kalau tidak ada jembatan kami susah lewat. Ini baru namanya jembatan bisa bantu kami lihat kebun di kampung sebelah. Dulu kalau banjir kami tidak bisa lewat. Sekarang kalau jembatan sudah jadi, kami jalan juga aman. Kita tidak takut banjir lagi," kata Magdalena Ledjap bersama Martha sambil tersenyum menjunjung hasil komodoti dari kebun mereka.

Koordinator Lapangan Proyek Jembatan Waima Wilhelmus Gati Ledjap saat ditemui di lokasi proyek menjelaskan hingga saat ini proses pengerjaan fisik sudah pada pemasangan beton dan progresnya sudah 87 persen.

Sedangkan rangka besi baja sudah 100 persen. Dia memprediksi pada 30 November 2020 pengerjaan sudah tuntas sebelum masa adendum berakhir pada 5 Desember 2020. Pengerjaan memang sempat terhambat pandemi corona karena proses pengiriman rangka baja dari Jawa Barat ke Lembata pun terganggu.

Lebih jauh, putra asli Kampung Watuwawer, Kecamatan Atadei ini memaparkan, kalau secara teknis umur Jembatan Waima itu sampai 50 tahun. Artinya, pada tahun ke-50 sejak didirikan, jembatan itu sudah sampai pada titik jenuh atau lelah. Lalu ada waktu toleransi 10 tahun setelah itu. Dalam masa toleransi ini harus ada pergantian struktur dan rangka. Kalau tidak diganti bisa berpotensi ambruk.

Wilhelmus menerangkan, pihaknya tidak hanya mengerjakan konstruksi fisik jembatan. Mereka juga akan melakukan pengerjaan proteksi jembatan di lokasi sekitar jembatan sepanjang 100 meter. Dari jembatan ke arah hilir 50 meter dan ke arah hulu 50 meter. Proteksi ini untuk menjaga abudment jembatan sekalian sebagai pengarah air sungai Waima.

"Jadi, kalau banjir akan ikut alur yang sudah kita buat," imbuhnya.
Disampaikannya, jika tidak ada aral yang melintang, maka pada Desember 2020 jembatan tersebut sudah bisa dimanfaatkan.

Sesuai yang tertera di papan informasi, proyek Jembatan Waima ini senilai Rp 11.075.000.000 dan dikerjakan oleh PT Utama Karya Timor.

Sejumlah warga yang baru pulang dari kebun tampak melintas di Sungai Waima. Tampak pula proses konstruksi Jembatan Waima sementara dilakukan pada tahap akhir, Selasa (2/11/2020) (Foto/Ricko Wawo)

Berita Terkini