Pengunjuk Rasa Iran Dicambuk &Pelecehan Seksual Mengerikan, Amnesti Internasional Laporkan Bukti
POS KUPANG.COM -- Aksi unjuk rasa tahun lalu yang dikira sebagai reaksi masyarakat untuk memprotes Amerika atas terbunuhnya Komandan Pasukan Elit, Quds, Jendral Qasem Soleimani ternyata tak benar
Aksi unjuk rasa itu untuk memerotes kenaikan harga BBM yang mencapai 50 persen.
Aksi tesebut juga mendapat hadangan dari pasukan tentara dan polisi Iran dengan cara mencabuk para demonstran hingga melakukan pelecehan seksual kepada para demonstran wanita
Pasukan keamanan Iran melakukan "sejumlah pelanggaran hak asasi manusia yang mengejutkan" terhadap mereka yang ditahan dalam demonstrasi November lalu, menurut temuan Amnesty International.
Puluhan pria dan perempuan melaporkan kepada kelompok hak asasi manusia tersebut bahwa mereka dipukul, dicambuk, disetrum atau dilecehkan secara seksual untuk memaksa pengakuan.
Lebih dari 7.000 warga - termasuk anak-anak berusia 10 tahun - ditahan dalam kerusuhan hampir setahun lalu.
Ratusan lainnya meninggal dunia.
• Hebatnya Timor Leste Negara dalam Hal ini Padahal Negara Termiskin di Dunia , ini, Indonesia Kalah
• PERIKSa RAMALAN ZODIAK Hari ini, Sabtu 5 September 2020, Cancer Dapat Hasil, Sagitarius Beruntung
• Sudah Berhijab pun Masih Dilecehkan, Artis Cantik Mengaku Jadi Korban Setelah Berhijrah,Image Seksi?
Pemerintah Iran belum memberi tanggapan atas laporan Amnesty International tersebut.
Namun sebelumnya, mereka menolak kritik atas catatan hak asasi manusia yang mereka sebut tidak berdasar.
Demonstrasi November lalu dipicu oleh kebijakan pemerintah Iran menaikkan harga bensin sebesar 50 persen.
Keputusan itu disambut dengan kemarahan yang meluas di negara yang ekonominya sudah goyah akibat sanksi AS, membuat ratusan ribu orang turun ke jalan.
Pemimpin tertinggi Iran mengecam para pengunjuk rasa sebagai "pelaku kejahatan" yang dihasut oleh "musuh asing", dan pasukan keamanan melancarkan tindakan keras dalam merespons demonstrasi itu.
Amnesty telah mendokumentasikan laporan adanya 304 pria, perempuan dan anak-anak yang diklaim dibunuh oleh pasukan keamanan selama lima hari - sebagian besar meninggal dunia karena luka tembak.
Sementara, Menteri Dalam Negeri Iran mengisyarakatkan bahwa jumlah korban tewas dibawah 225 orang.
Setidaknya 7.000 orang lainnya ditangkap, menurut juru bicara komite keamanan nasional parlemen Iran, meskipun laporan media menunjukkan angkanya jauh lebih tinggi.