Renungah Harian Katolik

Allah yang Inklusif Menerima dan Memberkati Semua Orang

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RD Maxi Un Bria dengan latar belakang menara Pizza Italia.

Renungan Harin Katolik, Minggu 2 Agustus 2020

Allah yang Inklusif Menerima dan Memberkati Semua Orang

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Merenungkan pristiwa penggandaan roti yang dilakukan Yesus dalam Injil Matius 14 : 13-21, selain dapat mencerahkan hati kita tentang makna spiritual pemecahan roti, juga dapat menawarkan metode solusif terhadap masalah rasa lapar khalayak.

Spirit dan makna pemecahan roti serta tindakan membagi-bagikannya kepada khalayak bertolak dari hakekat cinta kasih Allah yang inklusif. Ia hadir bagi semua orang dan menerima mereka tanpa membeda-bedakan.

Allah yang inklusif nyata dalam Yesus Kristus Putra Allah Yang hidup. Hati-Nya penuh belaskasih terhadap semua orang yang sakit, lapar dan haus yang datang kepada-Nya.

Yesus peka membaca gestur tubuh dan wajah orang-orang itu yang tampaknya mulai lapar karena sejak pagi berada di lokasi tersebut. Karena itu, Ia memerintahkan para murid untuk memberi mereka makan.

Meskipun secara manusiawi dan rasional para murid bertanya bagaimana mungkin kita dapat memberi makan bagi banyak orang ini di tempat yang sunyi dan jauh dari kota? Bukanlah lebih baik menganjurkan mereka untuk pulang karena hari menjelang malam?

Anjuran para murid ditanggapi Yesus demikian, “Kamu harus memberi mereka makan" (Matius 14 : 16). 

Perintah Yesus ini membuka hati dan pikiran para murid untuk mengambil langkah praksis.

Seorang murid merespons perintah Yesus dengan mengatakan, “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan” dan Yesus pun bersabda, ”Bawalah ke mari kepada-Ku“ ( Matius 14 : 17-18 ).

Terhadap jumlah lima roti dan dua ikan itu, Yesus mengucup syukur, memberkati, memecah-mecahkannya dan menyuruh para murid membagi-bagikan roti kepada semua orang yang hadir.

Dikatakan bahwa semua mereka makan sampai kenyang bahkan terdapat sisa dua belas bakul yang penuh.

Tindakan Yesus mengucapkan syukur, memberkati dan memecah-mecahkan roti untuk dibagikan kepada khalayak memberi pelajaran berarti agar kita juga dalam hidup bersikap demikian.

Bersyukur atas segala berkat yang ada, memberkati dan siap sedia berbagi kasih dengan mereka yang membutuhkan.

Yesus menegaskan hakekat Allah yang inklusif, menerima semua orang, menghadirkan sikap belaskasih dan terbuka untuk menolong sesama.

Tindakan komunikasi Yesus dengan Bapa-Nya dan komunikasi dengan para murid untuk memberi makan kepada khalayak mengingatkan kita semua bahwa relasi personal dengan Tuhan melalui doa dan ibadah mesti ditindaklanjuti dengan sikap praksis kemanusiaan yakni melayani dan menolong mereka yang sakit, lapar dan haus.

Cara Yesus menggandakan roti yang secara kuatitatif sedikit hanya berjumlah lima buah roti dan dua ikan, namun tindakan Yesus dengan mengucap syukur, memberkati roti, memecah-mecahkannya dan dengan sukacita membagi-bagikannya kepada khalayak, telah menghadirkan kualitas sikap dan kedalaman kasih yang memikat hati khalayak.

Tindakan Yesus menjadi model tindakan yang berkualitas dan solusif dalam menghadapi masalah lapar khalayak saat itu. Besar kemungkinan tindakan Yesus tersebut ikut juga menggerakkan hati sebagian khalayak yang juga membawa roti untuk mengikuti teladan Yesus yakni bersyukur dan siap sedia ikut memberikan bekal yang dibawa, dikumpulkan kemudian dibagi-bagikan lagi sehinga mereka semua makan sampai kenyang dan masih ada banyak roti yang tersisa.

Peristiwa mukjizat penggandaan roti oleh Yesus adalah sebuah peristiwa iman sekaligus teladan dan model tindakan yang berkualitas dalam memecahkan masalah rasa lapar khalayak.

Tindakan Yesus dapat digunakan sebagai metode dalam membangun solidaritas sosial dan menghimpun kekuatan bersama dari yang tampaknya kecil dan sedikit, namun karena dilakukan secara sukarela, dengan hati yang gembira dan penuh kasih, menghasilkan kegembiraan dan hasil yang berganda.

Marilah kita belajar bersama dari teladan hidup Yesus yang bersikap inklusif menerima semua orang tanpa membeda-bedakan.

Ia yang senantiasa mengucap syukur dan berkat atas segala yang ada.

Ia siap sedia memberikan hidup-Nya dan bahkan mengorbankan diri-Nya demi kebahagiaan dan keselamatan manusia.

Di sinilah makna dan kualitas kemuliaan Yesus dijumpai. Bahwasannya cinta-Nya yang inklusif dan pengorbanan-Nya di atas salib telah mengantar-Nya kepada kemuliaan kebangkitan dan keselamatan bagi banyak orang.

Doa: Ya Tuhan semoga hati kami terbuka dan penuh kasih bagi semua orang tanpa membeda-bedakan, amin.

Berita Terkini