3 Bulan Tak Ditempati Karena Corona, Mahasiswi Ini Diduga Kerasukan, Simak YUK Info

Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah video mahasiswi diduga kerasukan setelah kembali ke kamar indekos yang tak ditempatinya 3 bulan viral di media sosial.

POS KUPANG.COM--- Sebuah video mahasiswi diduga kerasukan setelah kembali ke kamar indekos yang tak ditempatinya 3 bulan viral di media sosial.

Video ini satu di antaranya diunggah di akun Twitter @ukmpengamatan.

Dalam video tersebut, beberapa orang terlihat sudah berkumpul di depan sebuah bangunan rumah yang dijadikan indekos.

Tiga pria tampak sedang mengobrol satu sama lain di depan bangunan itu.

Sementara satu orang perempuan tengah berdiri di teras yang dijadikan parkiran.

Beberapa motor tampak terparkir di teras itu.

Tak lama, terdengar suara jeritan perempuan.

Suara itu terdengar keras sampai ke luar.

Pengunggah video tersebut menulis, peristiwa dalam video terjadi di sebuah indekos di daerah kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

"Maksudku sekitar kampus UAD," tulisnya.

Lebih lanjut akun itu menulis, perempuan yang diduga kesurupan tersebut dari daerah Congcat.

"Sudah dikonfirmasi tadi orangnya dari daerah congcat terus gak cocok di hotel, habis itu balik kos malah terjadi dangdingdeng terus gak cocok di hotel, habis itu balik kos malah terjadi dangdingdeng," tulisnya.

Akun itu juga menyebut, kamar indekos tersebut sudah ditinggal selama hampir tiga bulan lamanya.

"Kejadian siang tadi, di area sekitar kampus. Laporan dari anggota Divisi Metafisika. Karena kos kosan ditinggal hampir 3 bulan. Dari luar kota balik ke kosan, langsung kesurupan," tulis @ukmpengamatan.

Saat tulisan ini dibuat, video tersebut sudah ditonton sebanyak 163 ribu kali.

Kendati demikian, belum ada konfirmasi resmi dari pihak terkait mengenai kejadian dalam video viral itu.

Penjelasan Ilmiah Soal Kesurupan
Orang yang didiagnosis kesurupan memiliki tingkat kesadaran yang menurun, mereka bisa meracau, tidak dapat membuka mata atau jalan kaki.

Bahkan, mereka juga bisa marah-marah hingga melakukan hal diluar kendali atau mengaku melihat mahkluk-makhluk tertentu yang tak bisa dilihat orang lain.

Ya, kasus semacam ini biasanya selalu dikaitkan dengan roh atau hal-hal mistis.

Padahal, kasus kesurupan dalam dunia medis bisa disebabkan oleh gangguan histeria.

Histeria membuat penderitanya mengalami sejumlah gejala psikologis seperti kebutaan, kehilangan sensasi, halusinasi, sugestibilitas, dan perilaku yang sangat emosional. Kondisi histeria telah ditemukan sejak dua ribu tahun lalu.

Di era Victoria, histeria umumnya digunakan untuk merujuk pada disfungsi seksual wanita, termasuk libido tinggi dan rendah.

Ahli psikoanalisis Sigmund Freud percaya gejala histeria adalah mekanisme pertahanan terhadap kondisi seksual.

Namun sejak muncul ilmu modern, kondisi histeria ini dikaitkan dengan penyakit disosiatif dan somatoform yang bisa dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.

• Viral Pengemudi Tabrak 10 Orang Lalu Teriak Kafir, Ancam Istri, Dia Disebut Seperti Kesurupan

Gangguan disosiatif merupakan gangguan psikologis yang melibatkan gangguan (disosiasi) dalam aspek kesadaran, termasuk identitas dan memori.

Sementara itu, somatoform merupakan kelainan psikologis yang menimbulkan gejala fisik.

Gejala

Gejala histeria bisa berupa kelumpuhan parsial, halusinasi, dan gugup,

Kondisi ini juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami hal-hal berikut:

sesak napas
kegelisahan
pingsan
insomnia
lekas marah
perilaku cabul
agitasi.
Cara mengatasi

Selain meminta bantuan profesional, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meringankan gejala histeria.

Berikut cara tersebut:

1. Jalan kaki

Berdiam diri di suatu tempat membyat pikiran dan gejala histeria yang kita alami menjadi tak terkendali.

Jalan kaki bisa menimbulkan efek menenangkan karena merangsang aliran darah, meningkatkan pernapasan yang bisa mengalihkan pikiran kita dari pikiran dan emosi yang tak terkendali.

2. Berbicara dengan seseorang

Menceritakan apa yang kita rasakan juga bisa meredakan gejala histeria.

Saat menceritakan apa yang kita rasakan, kita juga menyalurkan emosi.

Berbicara dengan seseorang juga menstimulasi otak yang dapat meredakan kecemasan.

Metode penyembuhan histeria dengan berbicara ini pertama kali ditemukan oleh Freud dan rekannya Josef Breuer saat menangani kasus histeria seorang wanita bernama Anna 'O.

Saat itu, Anna mengalami kelumpuhan, halusinasi dan kejang secara periodik.

Dengan meminta Anna untuk menceritakan apa yang dirasaknnya, gejala yang dialami Anna perlahan membaik.

Metode terapi bicara inilah yang hingga saat ini banyak digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan psikologis.

3. Berteriak

Berteriak sekencang mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk menyalurkan emosi yang kita rasakan.

Hal ini bisa menjadi cara kita untuk menerima emosi sekaligus menstimulasi darah dan energi.

Jika tidak memiliki seseorang untuk bercerita, kita bisa berteriak sekencang mungkin untuk membuat pikiran dan hati menjadi lebih lega.

Cara tersebut hanya memberikan efek melegakan sementara waktu.

Untuk mendapatkan pengobatan jangka panjang, kita tetap memerlukan bantuan profesional.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Histeria, Gangguan Psikologis yang Sering Disangka Kesurupan".

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul VIDEO Kembali ke Kost yang 3 Bulan Tak Ditempati Karena Corona, Seorang Mahasiswi Diduga Kerasukan, https://jabar.tribunnews.com/2020/06/20/video-kembali-ke-kost-yang-3-bulan-tak-ditempati-karena-corona-seorang-mahasiswi-diduga-kerasukan?page=all.

Editor: Ravianto

Berita Terkini