Virus Corona

Saat Jumlah Kasus Covid-19 di AS Tembus Satu Juta, Presiden dan Wapres AS Tidak Kenakan Masker ke RS

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence saat mengunjungi pasien di RS. Tanpa masker sang wapres menyapa seorang pasien dengan melakukan sentuhan siku.

Di Saat Jumlah kasus Covid-19 di Amerika Serikat Tembus Satu Juta, Presiden dan Wapres AS Tidak Kenakan Masker ke RS

POS-KUPANG.COM - Anda bisa bayangkan bagaimana seorang Presiden seperti Donald Trump dan Wakil Presiden Mike Pence malah nekat tidak kenakan masker di tengah wabah virus corona yang melanda negerinya.

Jumlah kasus virus corona di Amerika Serikat (AS) saat ini menembus satu juta, hampir sepertiga dari total kasus di dunia.

Adapun angka kematian akibat virus corona di AS telah mencapai 58.000 jiwa, lebih banyak ketimbang warga negara ini yang meninggal dalam Perang Vietnam.

Data jumlah kasus ini dirilis ketika penasihat Gedung Putih, Dr Anthony Fauci, mengatakan dia hampir yakin bahwa Covid-19 akan kembali menyebar sebelum akhir tahun ini.

Dia mewanti-wanti bahwa AS dapat mengalami musim gugur dan musim dingin yang buruk, kecuali langkah-langkah yang saat ini dibahas, diterapkan.

Data terbaru ini berasal dari Universitas Johns Hopkins, namun diperkirakan jumlah sebenarnya lebih besar.

Wapres AS tak gunakan masker saat ke RS

Sementara, Wakil Presiden AS Mike Pence mengunjungi rumah sakit tanpa mengenakan masker, terlepas dari peraturan rumah sakit yang meminta pengunjung mengenakan alat pelindung diri (APD).

Mike Pence tampaknya menjadi satu-satunya orang yang hadir tanpa penutup wajah di Mayo Clinic di Minnesota.

Dalam sebuah cuitan di Twitter yang kemudian dihapus, klinik tersebut mengatakan wakil presiden telah diberi tahu tentang kebijakan rumah sakit yang mengharuskan pemakaian masker.

Pence memimpin gugus tugas virus corona Gedung Putih.

Dia mengatakan keputusannya diperlukan untuk bertemu dengan staf dan pasien rumah sakit.

Pemerintah AS sebelumnya mengatakan bahwa orang harus memakai masker "di tempat umum, di mana langkah-langkah pembatasan sosial sulit dilakukan".

Mayo Clinic telah mengharuskan semua pasien dan pengunjung ke pusat medisnya untuk mengenakan masker atau penutup wajah.

Pelayat menghadiri pemakaman di Brooklyn, New York, kota dengan angka kematian melonjak. (REUTERS)

Pence didampingi oleh komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Stephen Hahn yang mengenakan masker.

Kunjungan itu terjadi pada hari yang sama ketika jumlah kasus virus corona di AS mencapai satu juta dan jumlah kematian melampaui 57.000.

Ditanya oleh seorang wartawan pada hari Selasa (28/4/2020) mengapa dia tidak mengenakan masker, wakil presiden mengatakan dia dan semua orang di sekitarnya secara teratur diuji untuk virus corona.

"Ketika CDC mengeluarkan pedoman tentang mengenakan masker, itu untuk orang yang terinfeksi virus corona  mencegah kemungkinan penularan virus ke orang lain," katanya.

"Dan karena saya tidak terinfeksi virus corona, saya pikir ini akan menjadi kesempatan baik bagi saya untuk berada di sini (rumah sakit), untuk dapat berbicara dengan para peneliti, tenaga kesehatan yang luar biasa ini, dan menatap mata mereka dan mengucapkan terima kasih. "

Sebelumnya, Mike Pence juga memilih untuk tidak mengenakan masker awal bulan ini ketika menyapa Gubernur Colorado Jared Polis - yang mengenakan penutup wajah - dalam perjalanan mereka ke upacara Wisuda Angkatan Udara.

Menurut situs berita Axios, Mike Pence tidak pernah mengenakan masker di depan umum sejak pandemi dimulai, kendati terus melakukan perjalanan ke seluruh negeri.

Seorang pembantu Mike Pence adalah anggota Gedung Putih pertama yang dites positif untuk virus corona pada akhir Maret.

Presiden Donald Trump sendiri sebelumnya mengatakan dia tidak berencana untuk mengenakan masker.

Donald Trump (GETTY IMAGES)

'Kontroversi disinfektan'

Sebelumnya, kontroversi Gedung Putih terjadi saat Donald Trump menyarankan disinfektan digunakan untuk mengobati Covid-19.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia "tidak bisa membayangkan mengapa" panggilan hotline AS yang menanyakan tentang disinfektan meningkat setelah dia menyarankan menyuntikkan zat itu untuk mengobati Covid-19.

Gubernur Michigan dan Maryland pada hari Minggu (26/04) menyalahkan presiden atas lonjakan panggilan semacam itu.

Trump mengatakan pernyataannya dibuat dengan sarkastis, menyusul kritik pedas dari para profesional medis.

Disinfektan adalah zat berbahaya dan beracun jika tertelan.

Dalam konferensi pers Covid-19 hari Senin (27/04), seorang wartawan mengatakan bahwa hotline darurat negara bagian Maryland telah menerima ratusan telepon dalam beberapa hari terakhir.

Penelepon mencari petunjuk tentang komentar Donald Trump.

"Saya tidak bisa membayangkan mengapa itu terjadi," kata Trump.

"Saya tidak bisa membayangkan itu."

Trump dikecam para medis dan banyak pihak setelah mengatakan disinfektan bisa disuntikkan ke tubuh untuk pasien Covid-19. (GETTY IMAGES)

Ketika ditanya apakah dia bertanggung jawab atas melonjaknya panggilan itu, Trump menjawab: "Tidak, saya tidak (bertanggung jawab)."

Pekan lalu, kantor gubernur Maryland mengeluarkan peringatan waspada pada warga terkait bahaya menelan atau menyuntikkan disinfektan setelah pernyataan presiden.

Sebelumnya, produsen disinfektan mengeluarkan peringatan keras agar produk itu tidak digunakan untuk badan manusia setelah Trump menyarankan cairan itu dapat digunakan untuk pasien virus corona.

Reckitt Benckiser, perusahaan yang memproduksi Lysol dan Dettol, mengatakan "tidak ada landasan sama sekali" untuk menggunakan cairan itu melalui suntikan atau ditelan.

Presiden Trump menghadapi gelombang kritikan setelah komentarnya terkait penggunaan disinfektan untuk pasien Covid-19.

Perusahaan itu mengatakan disinfektan adalah bahan berbahaya dan bisa beracun bila tertelan.

Produsen diinfektan peringatkan bahan ini bukan untuk tubuh manusia. (GETTY IMAGES)

Bahkan, jika zat tersebut terkena kulit, mata dan sistem pernafasan juga bisa berbahaya.

Gelombang protes juga dilontarkan para dokter dan netizen melalui online.

Ratusan ribu komentar melalui media sosial muncul termasuk dengan meme menggunakan berbagai produk disinfektan.

Reckitt Benckiser, yang juga memproduksi produk dengan merek, Vanish and Cillit Bang, mengatakan produk mereka tidak boleh digunakan "untuk tubuh manusia melalui injeksi, pencernaan ataupun cara apapun."

Ejekan terhadap Trump dengan menggunakan kata-kata merek disinfektan seperti Dettol dan Lysol meroket, seperti "Sudahkan Anda menyuntikkan Dettol."

Ada juga komentar yang menulis, "Dear Amerika, tolong enyahkan penjual disinfektan ini."

Selain disinfektan, Trump juga menyarankan agar sinar ultraviolet dipancarkan langsung ke tubuh pasien. Idenya ini langsung dibantah oleh seorang dokter yang hadir dalam rapat gugus tugas penanganan virus corona.

Salah seorang pejabat dalam pemerintahannya juga sempat mengatakan bahwa sinar matahari dan cairan disinfektan diketahui dapat menghentikan infeksi virus corona.

Departemen Kesehatan AS telah memperingatkan warganya untuk tidak meminum cairan pemutih untuk mengobati Covid-19.

Apa yang dikatakan Trump?
Dalam rapat bersama gugus tugas penanganan virus corona di Gedung Putih yang digelar Kamis (23/04), seorang pejabat AS menjabarkan hasil riset pemerintah yang mengindikasikan virus corona terlihat melemah jika terpapar cahaya matahari dan suhu udara yang hangat.

Riset tersebut juga menunjukkan cairan pemutih dapat membunuh virus dalam ludah atau cairan pernafasan lainnya dalam waktu lima menit. Alkohol isopropyl bahkan dapat mematikannya dengan lebih cepat.

Hasil studi tersebut dijabarkan dalam sebuah konferensi pers oleh William Bryan, pelaksana tugas Kepala Direktorat Sains dan Teknologi di Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS.

Selain disinfektan, Trump juga menyarankan agar sinar ultraviolet dipancarkan langsung ke tubuh pasien. Idenya ini langsung dibantah oleh seorang dokter yang hadir dalam rapat gugus tugas penanganan virus corona. (GETTY IMAGES)

Trump lalu menyarankan agar riset tersebut didalami lebih lanjut, meski ia juga mencatat bahwa riset tersebut perlu ditelaah dengan hati-hati.

"Jadi, sepertinya kita bisa menyinari tubuh dengan banyak sinar ultraviolet, atau sinar kuat lainnya," kata Trump, sambil melihat ke arah Dr Deborah Birx, koordinator respon virus corona Gedung Putih.

"Saya tahu Anda bilang hal itu belum diteliti tapi Anda akan mencobanya."

"Lalu saya mengatakan, kita bisa menyinari bagian dalam tubuh, yang bisa Anda lakukan lewat penyinaran kulit atau cara-cara lainnya. Saya rasa Anda juga bilang Anda akan menguji hal itu. Kedengarannya menarik," lanjut Trump.

"Saya lihat dari hasil riset cairan disinfektan dapat membunuh virus dalam waktu satu menit. Satu menit. Adakah cara sehingga kita bisa mengujinya, seperti menyuntik cairan disinfektan atau membersihkan tubuh kita? Saya tertarik melihatnya."

Sambil menunjuk ke kepalanya, Trump mengatakan: "Saya bukan dokter. Tapi saya punya yang bagus."

Ia lalu menoleh lagi ke Dr Birx dan bertanya apakah ia tahu soal pengobatan virus corona dengan menggunakan "kepanasan dan cahaya."

Presiden AS, Donald Trump, dalam sebuah taklimat di Gedung Putih, 23 April 2020 (GETTY IMAGES )

"Saya pernah dengar itu, tapi bukan untuk mengobati virus vorona," kata Dr Birx.

"Demam adalah tanda yang bagus jika Anda sakit, itu artinya tubuh Anda merespon penyakit. Tapi saya belum pernah melihat pengobatan virus corona dengan memakai kepanasan atau cahaya."

"Saya pikir kita patut menelitinya," kata Trump.

Seorang wartawan yang hadir dalam konferensi pers tersebut bertanya apakah pernyataan aneh dari Trump tersebut berpotensi menyebar disinformasi yang berbahaya bagi warga Amerika.

Apa reaksi terhadap pernyataan Trump tersebut?
Sejumlah dokter di AS memperingatkan bahwa ide Trump tersebut berpotensi fatal.

Dokter paru-paru Vin Gupta mengatakan kepada NBC News: "Ide menyuntik atau menelan cairan pembersih ke dalam tubuh tidak bertanggung jawab dan berbahaya."

"Itu adalah cara yang sering dipakai jika orang ingin bunuh diri."

Sementara itu Kashif Mahmood, seorang dokter di Charleston, Virginia Barat, mengatakan di Twitter: "Sebagai seorang dokter, saya tidak bisa menyarankan menyuntik cairan disinfektan ke paru-paru, atau memaparkan diri terhadap radiasi sinar UV untuk mengobati Covid-19. Jangan mendengarkan nasihat medis dari Trump."

John Balmes, dokter paru-paru di Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, memperingatkan bahwa orang dapat menderita masalah kesehatan hanya dengan menghirup bau cairan pemutih.

Seperti dikutip oleh Bloomberg News, Dr Balmes mengatakan: "Menghirup klorin dalam cairan pemutih adalah hal terburuk bagi paru-paru Anda. Rongga pernafasan dan paru-paru kita tidak dibuat untuk menghirup aerosol yang ada dalam cairan disinfektan.

"Walaupun cairan pemutih atau alkohol isopropyl tersebut encer, itu masih tidak aman bagi manusia. Itu adalah ide yang sangat konyol."

Trump sebelumnya menyarankan obat malaria, hydroxycloroquine, sebagai obat yang mungkin dapat mengobati virus corona. Tapi ia telah berhenti menggaungkan obat itu belakangan ini.

Minggu ini, sebuah studi yang meneliti sejumlah pasien virus corona di sebuah rumah sakit pemerintah AS khusus veteran militer mendapati jumlah pasien yang meninggal yang diobati oleh hydroxycloroquine lebih banyak ketimbang pasien yang meninggal dan mendapat perawatan standar.

Menanggapi ide Trump tersebut, Joe Biden, yang kemungkinan besar akan menjadi kandidat calon presiden dari Partai Demokrat dalam pemilu AS November nanti, mengatakan lewat Twitter: "Sinar UV? Menyuntik disinfektan? Bagaimana kalau ini, Presiden: tes orang lebih banyak. Sekarang. Dan sediakan alat pelindung diri bagi tenaga medis profesional."

 
Apa saran pemerintah AS?

Minggu ini, Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperingatkan warga AS untuk berhati-hati dalam menggunakan produk pembersih lantaran penjualan cairan disinfektan yang meningkat tajam di tengah pandemi Covid-19.

"Jumlah panggilan ke pusat keluhan racun meningkat tajam pada awal Maret 2020, dan kebanyakan adalah keluhan soal paparan terhadap produk pembersih dan disinfektan," demikian menurut laporan mingguan CDC soal jumlah penyakit dan kematian di AS.

Sementara itu Badan Pangan dan Obat-Obatan AS (FDA) telah memperingatkan untuk tidak mengonsumsi cairan disinfektan. FDA mengutip dijualnya obat-obatan ajaib yang diklaim dapat mengobati berbagai penyakit, dari autisme sampai AIDS dan hepatitis, yang mengandung cairan pemutih.

Dalam situsnya, FDA mengatakan: "FDA telah mendapati laporan dari pelanggan yang mengeluh menderita muntah-muntah parah, diare berat, tekanan darah rendah akibat dehidrasi yang mengancam nyawa, dan gagal hati akut setelah meminum produk-produk tersebut."

Sumber: BBC News Indonesia

Berita Terkini