Virus Corona

Kematian Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Mencapai 10 Persen, Begini Kata Anies Baswedan

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan didampingin Forkopimda saat wawancara formal terkait update media Covid-19, Sabtu (28/2/2020).

Kematian Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Mencapai 10 Persen,  Begini Kata Anies Baswedan 

POS-KUPANG.COM - Pasien virus corona atau Covid-19 di Indonesia terus meningkat setiap harinya. Jumlah terbanyak terdapat di wilayah DKI Jakarta. 

Bahkan persentase kematian pasien Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 10 persen.

Hal itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat melaporkan kondisi terkini mengenai wabah virus corona (Covid-19) di Jakarta kepada Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin melalui teleconference pada Kamis (2/4/2020) siang.

Oleh pihak Istana, video tersebut ditayangkan secara langsung dari akun sosial Youtube Wakil Presiden Republik Indonesia.

Dalam kesempatan itu Anies Baswedan memaparkan situasi terbaru Covid-19 hingga Kamis (2/4/2020) siang yang diterima dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Menurut Anies Baswedan, terdapat 885 orang yang terinfeksi virus corona.

Kemudian ada 561 pasien yang masih dirawat dan 181 orang yang melakukan isolasi mandiri.

Kemudian 53 orang dinyatakan sembuh dan 90 orang dinyatakan meninggal dunia.

“Jadi kira-kira 885 positif dan 95 meninggal dunia, artinya case fatality rate (angka kematian) sekitar 10 persen,” kata Anies seperti dikutip akun Youtube Wakil Presiden RI pada Kamis (2/4/2020).

“Dan 10 persen itu adalah lebih dari dua kali lipat dibandingkan angka rata-rata global 4,4 persen. Jadi Jakarta ini di atas 10 persen case fatality rate-nya, jadi sangat memprihatinkan,” tambah Anies.

Berdasarkan data yang diterima Anies Baswedan dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta pada Kamis (2/4/2020) pagi, ada 38 jenazah yang dimakamkan memakai prosedur tetap (protap) Covid-19.

Karena itu, pekan lalu Anies Baswedan menyampaikan surat kepada Presiden RI Joko Widodo agar dilakukan pembatasan angkutan umum dari Jakarta ke daerah maupun sebaliknya.

“Jadi situasi di Jakarta sangat-sangat mengkhawatirkan karena itu mengapa pada awal pekan kemarin kami mengirimkan surat kepada Bapak Presiden. Mengajukan agar dilakukan langkah pembatasan ekstrem, dan waktu itu kami usulkan karantina wilayah,” jelas Anies.

Usul Anies Ditolak Istana

Usulan Pemda DKI Jakarta untuk melakukan karantina wilayah ternyata ditolah pemerintah pusat.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo membenarkan usulan karantina wilayah dari Gubernur Anies Baswedan ditolak Presiden Joko Widodo.

"Pak Gubernur selaku ketua tim gugus tugas sudah mengusulkan (karantina wilayah) ke Pak Presiden, tapi ditolak pada ratas kemarin," kata Syafrin saat dihubungi, Rabu (1/4/2020).

Dijelaskan Syafrin, dalam surat usulannya Anies Baswedan mengajukan karantina wilayah mencakup kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Alasannya, karena wabah Virus Corona tersebar bukan hanya di Jakarta saja, tapi juga di daerah penyangga ibu kota.

Terlebih, pergerakan orang di Jakarta banyak berasal dari wilayah sekitarnya.

Sehingga, usulan karantina Jabodetabek dimasukkan, dengan pertimbangan upaya pencegahan wabah ini harus dilakukan serentak untuk memutus mata rantai secara menyeluruh.

Bukan hanya sepenggal atau parsial di wilayah Jakarta, tapi di sisi lain wilayah penyangga tetap menjalankan aktivitasnya.

Hal tersebut dipelajari oleh Pemprov DKI dan Anies Baswedan dari berbagai negara di dunia yang terinfeksi wabah serupa.

"Memang kita dorong untuk penetapannya jangan dilihat satu wilayah administrasi saja."

"Jadi memutuskan mata rantainya sekaligus, enggak hanya sepenggal dan mata rantai lain masih tetap beraktivitas."

"Karena pergerakan orang itu se-Jabodetabek tidak lagi dibatasi wilayah administrasi."

"Tidak ada lagi Provinsi Jakarta, Kota Bekasi, tapi sudah menyatu areanya," jelasnya.

Usulan Anies Baswedan ditolak oleh Presiden Joko Widodo. Istana lebih memilih opsi Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan alasannya memilih opsi Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB) ketimbang karantina sosial atau lockdown dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Menurut Presiden, Indonesia tidak bisa meniru negara lain yang menerapkan karantina wilayah atau lockdown, dalam menghentikan penyebaran virus corona.

"Kita harus belajar dari pengalaman negara lain, tetapi kita tidak bisa menirunya begitu saja," kata Presiden dalam konferensi pers, Selasa (31/3/2020).

Setiap negara, kata Presiden, memiliki ciri khas masing masing.

Setiap negara memiliki karakter yang berbeda-beda.

"Baik itu luas wilayah, jumlah penduduk, kedisiplinan, kondisi geografis, karakter dan budaya, perekonomian masyarakat, kemampuan fisikal masyarakat, dan lainnya," paparnya.

Oleh karena itu, menurutnya, kebijakan yang diterapkan negara lain belum tentu efektif bila diterapkan di Indonesia.

Dalam mengambil keputusan menghadapi pandemi virus corona, pemerintah sangat hati-hati dan tidak gegabah.

"Oleh karena itu, kita tidak boleh gegabah dalam merumuskan strategi, semuanya harus dihitung, semuanya harus dikalkulasi dengan cermat," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat terkait penyebaran Virus Corona di Indonesia.

Dalam menghadapinya, pemerintah memilih pembatasan sosial berskala besar (PSBB), bukan karantina wilayah apalagi lockdown.

"Untuk mengatasi dampak wabah tersebut, saya telah memutuskan dalam rapat kabinet bahwa opsi yang kita pilih adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB," kata Presiden dalam konferensi pers, Selasa (31/3/2020).

Berdasarkan undang-undang, PSBB tersebut ditetapkan oleh Menteri Kesehatan berkoordinasi dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona dan kepala daerah.

Adapun dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Presiden menambahkan, pemerintah telah menerbitkan PP sebagai aturan pelaksanaan undang-undang tersebut.

"Serta Keppres penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat untuk melaksanakan UU tersebut," jelasnya.

Dengan adanya PP tersebut, Presiden Jokowi meminta kepala daerah tidak mengambil kebijakan sendiri-sendiri dalam menangani penyebaran virus corona.

Semua kebijakan di daerah, menurutnya, harus sesuai peraturan dan berada dalam koridor UU, PP, dan Keppres tersebut.

"Selain itu, Polri dapat mengambil langkah-langkah penegakan hukum yang terukur dan sesuai UU agar PSBB berlaku efektif untuk mencegah meluasnya wabah," paparnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan jajaran kabinetnya untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar (physical distancing) dengan lebih tegas.

Hal itu disampaikan Presiden dalam rapat terbatas laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona melalui telekonferensi, Senin (30/3/2020).

"Saya minta kebijakan pembatasan sosial berskala besar, physical distancing, dilakukan lebih tegas," kata Presiden.

Agar kebijakan tersebut dapat berjalan efektif dan masyarakat dapat disiplin, maka menurut Presiden perlu adanya kebijakan darurat sipil.

"Sehingga tadi sudah saya sampaikan, bahwa perlu didampingi adanya kebijakan darurat, sipil," ujar Presiden.

Presiden juga memerintahkan jajaran kabinetnya untuk menyusun aturan pelaksanaan yang jelas terkait kebijakan physical distancing skala besar.

Aturan tersebut akan menjadi panduan bagi pemerintah daerah dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.

"Saya ingatkan kebijakan kekarantinaan kesehatan, termasuk karantina wilayah, adalah kewenangan pemerintah pusat, bukan kewenangan pemerintah daerah," paparnya. 

Menurut data terbaru yang dipublikasi Kompas.com hari Kamis (2/4/2020) ada 113 kasus baru. Dengan demikian total warga positif virus corona pada hari Kamis mencapai 1.790
Rinciannya, pasien yang dirawat 1.508, meninggal 170 orang, sembuh 112.

Sementara di DKI jumlah pasien positif virus corona mencapai 897, Jawa Barat 223, Banten
164, Jawa Timur 104. Sisanya dari provinsi-provinsi lain.

(Danang Triatmojo/faf)

Sebagian artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Gubernur Anies Baswedan Sebut Kasus Virus Corona di Jakarta Gawat, Persentase Kematian 10 Persen

Berita Terkini