Mari membaca Opini Pos Kupang berjudul: DBD Vs Corona (Catatan Kasus DBD di NTT)
Oleh : Vinsen Belawa Making SKM, M.Kes, Kepala LP3M UCB -Sekretaris IAKMI NTT
POS-KUPANG.COM - Jumlah penderita DBD per 09/02/2020 di NTT mencapai 1.096 kasus dengan korban meninggal mencapai 13 orang. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya, sebanyak 903 orang dengan korban meninggal 12 orang. Tiga kabupaten telah menyatakan Kejadian Luar Biasa ( KLB).
Tiga kabupaten tersebut adalah Sikka, Lembata dan Alor. Sementara itu Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menetapkan status waspada terhadap serangan penyakit demam berdarah dengue ( DBD).
• KPU Sabu Raijua Pastikan Satu Paket Independen Siap Masukan Berkas Persyaratan
Pemerintah Kota Kupang mencatat 193 kasus DBD terjadi dan mengakibatkan tiga anak meninggal. Kasus memilukan ini ternyata kalah pamor dengan virus corona. Memang benar Corona saat ini menjadi topik yang paling dibicarakan diseluruh dunia.
Banyak korban yang berjatuhan dan penyebarannya begitu cepat ke negara-negara lain. Saat ini setidaknya ada 26 negara yang mengonfirmasi corona. Selain China dan Filipina, penderita corona terkonfirmasi di Amerika Serikat, Australia, Filipina, Finlandia, India, Inggris.
Lalu ada pula Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nepal, Prancis. Dan juga Russia, Belgia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab.
• Ruas Jalan Selalejo Menuju Kotakeo Tertimbun Longsor
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memberikan status gawat darurat untuk wabah virus corona novel ini. Virus yang masih satu famili dengan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) ini telah menyebabkan kepanikan dalam skala internasional. Artinya perlu kewaspadaan tingkat tinggi, perlu penanganan super ekstra dan dengan peralatan kesehatan super canggih.
Semua Negara terus memperketat pintu masuk baik warga asing maupun warga negaranya sendiri yang baru pulang dari Cina. Proses penjemputan dan karantina para warga dari Cina dilakukan dengan sangat ketat dan hati-hati. Petugas karantina dan para penjemput serta para tenaga medis menggunakan Peralatan pelindung diri (APD) berstandar tinggi. Bukan hanya itu saja saat ini seluruh petugas operasional bandar udara kini diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) mulai dari kacamata pelindung (goggles) masker N95, sarung tangan, serta cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Virus corona telah menjadi bencana international dan NTT memberikan respon yang luar biasa. Pertanyaannya adalah apakah Corona lebih penting dari DBD yang telah menelan banyak korban? Sudah menjadi rahasia umum, kita umumnya lebih tertarik dengan barang impor ketimbang yang sudah ada di depan mata kepala kita. Sejauh mana antisipasi pemerintah dan masyarakat NTT terkait DBD?
Seorang balita menggigil kedinginan. Sekujur tubuhnya gemetar, menggoyangkan tempat dimana ia berbaring. Matanya cekung, mukanya sangat pucat. Sesekali ia menggeliat dan mengeluh sakit dibagian perut. Ia sangat sulit untuk nyeyak dalam tidurnya.
Kaki dan tanganya dipenuhi oleh bintik-bintik merah yang mengerikan. Ketika tidak secara cepat tertangani maka nyawa melayang sia-sia. Penyebaran kasus ini lebih cepat jika tidak tertangani segara.
Penyebaran nyamuk yang hidup nyaman di rumah dan lingkungan sekitar membuat korban makin bertambah banyak. Ini adalah kasus yang sudah dan sedang terjadi di sekitar kita. Ada tiga tahapan yang perlu kita pahami berkaitan dengan penderita demam berdarah, yaitu:pertama; Fase demam; kehadiran virus dalam aliran darah yang menyebabkan demam tinggi. Tingkat veremia dan demam biasanya erat mengikuti satu sama lain.
Kehadiran virus dengue yang tertinggi ialah tiga atau empat hari setelah demam pertama muncul. Kedua Fase kritis; terdapat berbagai kebocoran plasma secara tiba-tiba ke dalam rongga pleura dan perut.
Pasien menunjukkan tanda-tanda penyempitan intravaskuler, syok, atau pendarahan berat, dan harus segera di rawat di rumah sakit. Ketiga Fase penyembuhan; kebocoran plasma berhenti, seiring dengan reabsorpsi plasma dan cairan.
Indikator yang menunjukkan masuknya fase penyembuhan ialah kembalinya nafsu makan, stabilnya tanda-tanda vital (tekanan nadi melebar, denyut nadi teraba kuat), kadar hematokrit kembali normal, meningkatnya urin dan pemulihan ruam-ruam dengue (kulit kadang terasa gatal dan berbintik-bintik merah, dengan pulau-pulau bulat kecil yang tidak mempengaruhi kulit).
Menghilangnya demam menandakan bahwa pasien sedang memasuki fase kritis. Indikator yang menyatakan pasien telah memasuki fase kritis mencakup perubahan mendadak dari tinggi suhu 38 C ke suhu normal atau di bawah normal, trombositopenia/penurunan trombosit ( 100.000 sel/mm3) dengan kenaikan hematokrit (perbandingan sel darah merah dengan volume darah) yang meningkat (kenaikan 20% dari garis dasar), hipoalbuminemia (kekurangan albumin/protein) atau hipokolesterolemia (kolesterol yang melebihi kadar normal), efusi pleura (penumpukan cairan di dada) atau ascites (penumpukan cairan di perut).
Pembuluh darah seringkali menjadi rusak dan bocor. Jumlah gumpalan sel trombosit dalam aliran darah juga menurun. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan dari hidung dan mulut, muntah terus-menerus, perdarahan di bawah kulit, hingga menyebabkan masalah pada paru-paru, hati, serta jantung.
Inilah alasan mengapa disarankan secepatnya untuk membawa anak yang demam ke fasilitas kesehatan. Sebab jika menunggu di rumah tanpa adanya pertolongan medis akan berdampak buruk bagi kondisi anak.
Agar lebih jelas penderita harus dirawat apabila ditemukan gejala-gejala seperti; Takikardi (denyut jantung meningkat), kulit pucat dan dingin, denyut nadi melemah, perubahan kesadaran, penderita terlihat mengantuk atau tertidur terus-menerus, air kemih sangat sedikit, peningkatan hematokrit secara tiba-tiba, tekanan darah menurun.
Virus corona hingga saat ini masih dapat kita cegah namun DBD tidak mampu kita bendung. Setiap tahun sudah pasti ada jatuh korban. Namun langkah antsisipasi kita kalah jauh dari SOP pencegahan corona.
Sebenarnya kita sudah mampu mengatasi atau minimal meminimalisir DBD dengan penerapan peraturan pemerintah Provinsi NTT No 3 Tahun 2015 tentang Pemberantasan Nyamuk.
Dalam Perda tersebut telah dijelaskan secara baik bagaimana upaya pemberantasan saran nyamuk dengan gerakan Empat M Plus artinya menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, dan memantau jentik nyamuk seminggu sekali.
Plus disini artinya menghindari gigitan nyamuk menggunakan repelen anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan larvasidasi, dan menggunakan kelambu. Juga dalam perda ini terdapat sanksi yang tegas bagi mereka yang memelihara nyamuk dalam rumahnya atau mereka yang tidak memberantas tempat perindungan nyamuk.
Namun fakta berbicara lain. Memang benar untuk perubahan perilaku diperlukan kekuatan ekstra. Pemberian sanksi yang tegas adalah kunci. Juga hal utama adalah pada masing-masing keluarga untuk menjaga lingkungannya. Membuang sampah tidak pada tempatnya adalah salah satu penyumbang malapetaka ini.
Mari berhenti melihat dunia luar, ayo kembali pada dunia kita. Ingat Corona masih jauh namun DBD sudah ada disini, di dalam rumah kita. (*)