Ini Kata Ahli Mata, dr Eunike Cahyaningsih, Sp Mata Terkait Penyebab Penyakit Katarak di NTT
POS-KUPANG.COM|LARANTUKA-- Beberapa hari terakhir, pelayanan kesehatan khusus penyakit Katarak menjadi berita yang ditulis di media.
Banyak orang yang menderita penyakit Katarak disembuhkan. Mereka bisa melihat kembali wajah keluarga dan keindahan alam sekitarnya.
POS-KUPANG.COM secara eksklusif mewawancarai dr Eunike Cahyaningsih, Sp selaku
Ketua Tim Penanggulangan Katarak NTT sebelum operasi di RSUD dr Hendrikus Fernandez, Larantuka, Senin (14/7/2019)
Yuk Simak, hasil wawancara POS-KUPANG.COM dengan dr Eunike Cahyaningsih, Sp Mata selaku
Ketua Tim Penanggulangan Katarak NTT berikut ini :
1. Apa Penyebab Penyakit Katarak Sebenarnya?
Penyebab katarak itu yang paling banyak adalah faktor usia. Jadi dengan bertambahnya usia, lensanya semakin keruh. Seharusnya jernih. Dengan bertambahnya usia lensanya bertambah keruh sehingga terjadi katarak. Jadi kalau kita lihat orang-orang berusia lanjut.
2. Rata-rata berapa usia seseorang rentan terkena katarak?
Ini ada 45 sampai 80 tahun juga ada.
3. Provinsi NTT termasuk memiliki penderita katarak terbesar di Indonesia. Kira-kira penyebabnya apa?
Di NTT itu, salah satu faktornya atau faktor pertama itu adalah paparan sinar ultraviolet sinar matahari. Itu juga mempengaruhi terjadinya katarak.
Yang kedua, di NTT itu terbatas fasilitas pelayanan kesehatan mata. Seperti di Larantukan ini kan tidak ada dokter matanya.
Makanya teman-teman dari PMI, ICRC dan saya dari Rumah Sakit Kartini Kupang datang ke sini untuk membantu dan mendekatkan pelayanan.
Sebenarnya banyak pasien yang butuh dioperasi tapi untuk dia mencapai fasilitas kesehatan itu terlalu jauh. Mungkin juga biaya. Kita ke sini ini untuk mendekatkan pelayanan dengan masyarakat.
4.Apa yang perlu dilakukan pasien setelah operasi. Apakah ada kemungkinan terkana katarak lagi?
jadi setelah operasi perlu dijaga kebersihannya selama kurang lebih satu bulan. Dia harus menjaga supaya tidak boleh gosok mata dan sebagainya. Itu supaya tidak infeksi. Itu yang harus dia jaga.
5. Kalau tidak ada operasi katarak gratis, kira-kira berapa biaya operasinya?
Kalau ada BPJS ditanggung oleh BPJS.
Jadi kan sebagian masyarakat ini sudah punya BPJS.
Jadi sebenarnya untuk biaya itu tidak ada kendala. Tapi barangkali masyarakat di sini untuk misalnya berangkat berobat ke Kupang, biaya transportasinya yang tidak ada. Itu yang jadi kendala. Operasi sekarang BPJS tanggung semua.
6. Apakah ada rencana untuk lakukan operasi gratis di daerah lain lagi?
Ya, jadi sudah. Tim kami ini setiap tahun ada beberapa kegiatan. Ya ini salah satunya di Larantuka. Sebelumnya pernah di Sabu, pernah di Kefa, Rote dan Wini, serta Malaka.
Kami juga membantu untuk datang ke sini. Respon masyarakat di sini sangat antusias ya. Hari ini kami tutup dengan 86 operasi. Yang lainnya dilanjutkan besok.
Sampai hari ketiga targetnya sampa 150 lebih ya tapi kita lihat animo masyarakat. Kalau besok lebih ya kita tetap layani.
7. Apa harapannya soal operasi katarak di masa mendatang?
Harapan kami, pemerintah daerah lain selain Flores Timur, juga membantu memfasilitasi operasi katarak seperti ini karena angka kebutaan karena katarak itu cukup tinggi di NTT. Karena kalau dari segi biaya untuk pasien itu kan BPJS tanggung, tetapi untuk mereka transpor ke Kupang misalnya itu kan jadi masalah.
Jadi kami berharap pemerintah daerah kabupaten lain juga peduli dengan ini. Karena kalau usia-usia produktif seperti ini dia tidak bisa melihat akan jadi beban untuk keluarga.
Dia tidak bisa kerja. Keluarga juga harus bantu untuk makan, untuk mandi. Itu kan jadi beban. Tapi kalau dia bisa lihat kan dia bisa menolong dirinya sendiri. Maksudnya kegiatan seperti ini pemda kabupaten lain tolong peduli dengan kegiatan ini.
• Eratkan Persatuan Anak Muda Rote Dengan Bola
• Pemda Kabupaten TTS Siap Benahi Akses Jalan Di Ibu Kota Kecamatan
• Polisi Tahan Terhadap Pelaku Penganiayaan Berat Hingga Meninggal Dunia di TTU
• Bupati Flotim Apresiasi Kegiatan Operasi Katarak dari PMI
Jumlah dokter mata kan kurang, cuma ada di Kupang dan Ende. Nah kabupaten-kabupaten lain yang tidak ada dokter mata itu jadi masalah tersendiri untuk pasien. Tapi kalau kami dipanggil ke sini, mereka pasti akan merasa tertolong.
Makanya kami selalu jalan-jalan ke kabupaten bekerja sama dengan PMI, ICRC, Pemda dan siapa saja yang mau kami pasti bantu. (Laporan Reporter POS-KUPANG, Rikardus Wawo)