Laporan wartawan pos-kupang.com, eginius mo’a
POS-KUPANG.COM, MAUMERE---Gubenur NTT, Viktor Laiskodat kembali menegaskan penolaknya terhadap label wisata halal yang digagas Kementrian Pariwisata Indonesia RI.
Label wisata hal, tegas Viktor Laiskodat akan menjadi diskursus yang buruk bagi pariwisata NTT.
“Tidak perlu ada lebel itu. Haram dan halal urusan agama. Kita tidak punya masalah dengan siapapun. Mau masuk lakukan investasi ke sini, silahkan,” kata Viktor Laiskodat, kepada wartawan usai berbicara dalam seminar mendorong peningkatan usaha ekonomi produktif kepada anggota Kopdit Pintu Air dan Obor Mas di Aula Nawacita Universitas Nusa Nipa, Jalan Kesehatan Kota Maumere, Pulau Flores, Senin (6/5/2019) siang.
• Di TTS, Tanda Tangan Kontrak Kerja Proyek Dihadapan Bupati Disaksikan Ratusan ASN
• Polisi Lakukan Rekonstruksi Pembunuhan Bayi di Kupang, Pelaku Peragakan 15 Adegan
Label haram dan halal pariwisata, tegas Viktor Laiskodat, tidak cocok untuk NTT. Sebab orang akan mempertanyakan kalau ada wisata yang halal, maka ada yang haram. “Yang haram yang mana,” tanya Viktor.
Dalam pariwisata, demikian Viktor, yang berkembang adalah kluster sosial yang tidak mengenal halal dan haram. Ada ‘deluxe class’ untuk wisatawan bintang lima, ‘midle class’ dan ‘social tourism’.
Ia menyilahkan siapa saja investor yang hendak masuk berinvestasi di NTT.
“Kalau dalam investasi nanti, investor mau bangun komunitas tertentu boleh. Tapi tidak boleh ada pariwisata halal untuk kelompok tertentu karena kepercayaan tidak makan makanan tertentu, punya waktu tertentu untuk lakukan upaya-upaya kepercayaan mereka silahkan. Itu bisa dilindungi oleh aturan Indonesia, tapi tidak boleh ada lebel halal dan haram,” tegas Viktor.
• Polisi Lakukan Rekonstruksi Pembunuhan Bayi di Kupang, Pelaku Peragakan 15 Adegan
• Di Kabupaten Belu- Caleg DPR RI, Herman Herry Raih Suara Terbanyak
Sikap Mekeng
Ketua Fraksi DPR RI Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng Bapa tolak tegas Wisata Halal di Labuan Bajo, ini gerakan yang akan dilakukannya bersama warga NTT.
Penolakan wisata halal ini disampaikan Melchias Markus Meeng Bapa kepada POS-KUPANG.COM melalui telepon genggamnya dari Singapura ke Kupang, Minggu (5/4/2019).
Mekeng mengatakan, para wisatawan datang ke NTT termasuk ke Labuan Bajo untuk melihat keaslian dan kearifan budaya lokal yang ada di wilayah tersebut.
Karena itu wisata halal hendaknya tidak diterapkan di Labuan Bajo pada khususnya dan NTT pada umumnya.
"Jangan dipaksakan untuk kepentingan yang tidak sesuai dnegan kerifan lokal yang ada, khususnya yang ada di Labuan Bajo pada khususnya dan NTT pada umumnya," tegas pria asal Kabupaten Sikka ini.
• VIDEO: KPU Kabupaten Ende Membuka Kotak Suara Pemilu 2019 Saat Pleno, Ini Alasannya
• Ini Desakan BP Komnas Pengawas BOP Labuan Bajo-Flores
Menurut Mekeng, tidak semua tempat mesti menjadi wisata halal sehingga harusnya rencana untuk menerapkan wisata halal di Labuan Bajo bisa dianulir.
"Silahkan saja membuat wisata halal di tempat lain tapi jangan di Labuan Bajo atau di NTT. Sebab di NTT ada banyak sekali budaya dan kearifan lokalnya. Saya kuatir, hal ini mulai masuk dari Labuan Bajo, nanti akan masuk ke daerah atau kabupaten lain di NTT. Maka akhirnya seluruh wilayah NTT akan diterapkan wisata halal, terus nanti kearifan dan budaya lokal NTT bagaimana," geram Mekeng.
Mekeng mengingatkan bahwa di NTT itu 80-an persen penduduk NTT beragama Kristen Protestan dan Katholik, sehingga jika diterapkan wisata halal maka kearifan lokal akan tergeser bahkan hilang.
"Biarkan masyarakat itu hidup dengan budaya masing-masing. Kalau orang luar mau datang ke NTT ya silahkan saja. Tapi jangan datang lalu merusak budaya dan kearifan lokal yang sudah ada selama ini di NTT, salah satunya dengan menerapkan Wisata Halal itu," kata Mekeng.
• Di Kota Kupang, Cerita Anggota KPPS Usia 72 Opname Empat Hari di Rumah Sakit
• VIDEO: Dua Pensiunan ASN Dapat Kursi Roda Bantuan PT Taspen, Begini Reaksi Mereka
Mekeng juga memberi kritik terhadap otoritas wisata.
"Otoritas wisata kalau tidak mengerti jangan bikin wisata halal itu di Labuan Bajo dan NTT. Kalau mau menarik wisata datang ke NTT, berikan infrastruktur yang baik, listrik yang baik, jalan raya yang baik, air yang banyak, bukan malah bikin regulasi yang bisa merubah kearifan dan budaya lokal di NTT. Sepertinya ketua otoritas itu bukan orang NTT," kesal Mekeng.
Karena itu, demikian Mekeng, dalam waktu dekat, dia akan berkordinasi dengan Gubernur NTT, Wakil Gubernur NTT, para tokoh budaya, tokoh agama, tokoh masyarakat dan LSM di wilayah NTT untuk bisa menolak Wisata Halal di Labuan Bajo dan NTT.
"Saya akan segera diskusikan hal ini dengan Gubernur, Wakil Gubernur dan anggota DPRD Propinsi NTT dari Fraksi Golkar untuk tolak Wisata Halal di Labuan Bajo dan di NTT," kata Mekeng.
Mekeng juga mengajak seluruh masyarakat NTT, Tokoh agama, tokoh adat dan LSM untuk bergandengan tangan bersama-sama tolak Wisata Halal di Labuan Bajo dan NTT.
• Pleno KPU NTT- Ini Perolehan Suara Pilpres di Manggarai Timur
• VIDEO: Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur Serahkan SK Kepada 213 CPNS, Begini Reaksi ASN
"Jangan sampai orang luar yang mendikte orang asli. Mestinya yang datang ke NTT mengikuti dan menghormati serta menghargai budaya dan kearifan lokal yang ada di NTT, bukan mereka malah meminta orang NTT untuk mengikuti kemauan mereka dari luar. Saya kalau ke Singapura, saya akan mengikuti dan menghargai budaya Singapura, kalau saya ke Eropa maka pun saya akan ikuti dan hargai budaya Eropa," kata Ketua Pemenangan Indonesia Timur Partai Golkar ini.
Untuk diketahui, kontroversi branding halal untuk wisata Labuan Bajo di Provinsi NTT memang mengejutkan publik NTT.
Akhir Bulan April 2019 lalu, Kementerian Pariwisata menggelar sosialisasi pariwisata halal di Labuan Bajo.