Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Kristen Sabtu 6 April 2019 'Jangan Sampai Idolamu Sama dengan Kristus atau MelebihiNya'

Editor: maria anitoda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Renungan Harian Kristen Sabtu 6 April 2019 'Jangan Sampai Idolamu Sama dengan Kristus atau MelebihiNya'

Renungan Harian Kristen Protestan

Sabtu 6 April 2019

Oleh: Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

“Jangan Sampai Idolamu Sama dengan Kristus atau MelebihiNya”

Teks Ibrani 1:1-4 pada intinya berbicara tentang Keutamaan Kristus melebihi para Nabi.

Selengkapnya penulis Ibrani katakan: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.

Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.

Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka..“

Penulis surat Ibrani dalam teks ini menampilkan suatu gambaran Yesus yang mulia dan agung melebihi siapapun.

Gambaran tentang Yesus ini disampaikan dengan uraian syair-syair kata-kata Yunani yang bukan saja indah kedengarannya, tetapi juga dalam maknanya.

Penulis surat Ibrani tidak memberikan gambaran Yesus sebagai bayi di kandang domba yang hina dan yang terbaring lemah di sisi orang tuanya, seperti dalam kisah kelahiran Yesus dalam Injil tetapi ia menggambarkan Yesus sebagai Anak Allah yang duduk disebelah kanan Allah yang Maha Tinggi.

Seluruh dunia melalui Krstus diciptakan dan kepadanya seluruh maklukh termasuk para malaikat tunduk dan melayaninya. 

Para ahli seperti Philip Hughes, William Barclay, Barnabas Lindars, Donald Guthrie dan lain-lain mengatakan bahwa teks ini merupakan inti dan pintu masuk untuk memahami seluruh isi kitab Ibrani.[1]

Teks ini dengan jelas berbicara mengenai keutamaan Yesus Kristus baik melebihi para nabi (ay 1) maupun para malaikat (ay 4).

Dasar pemikiran teks ini menekankan bahwa hanya Yesus Kristus saja yang dapat menyampaikan wahyu ilahi secara sempurna dan sepenuhnya.

Kepada manusia. Hanya Kristus yang berkuasa menghantar manusia kepada tahta Allah.

Penulis surat Ibrani mulai dengan membandingkan antara Kristus dan para nabi, dan antara Kristus dan para malaikat.

Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa wahyu Allah yang datang melalui para nabi itu adalah wahyu yang bersifat polumeros (bahasa Yunani artinya yang diberikan secara berulang kali) polutropos (bahasa Yunani artinya yang disampaikan dengan berbagai cara.

Menurut William Barclay ada dua gagasan yang perlu diperhatikan.

Pertama, setiap nabi melalui pengalaman hidupnya dan pengalaman bangsa srael telah menerima dan menyatakan sebagian atau satu fragmen saja dari seluruh kebenaran  Allah.

Tidak ada seorang nabi pun yang pernah menerima kebenaran ilahi itu seutuhnya.

Tetapi lain halnya dengan Yesus.

Ia bukan hanya menerima sebagian dari kebenaran itu,  ia juga bukan sebagian dari kebenaran itu.

Ia adalah kebenaran itu seutuhnya.

Dalam Dia Allah bukan hanya memperlihatkan sebagian saja dari dirinya, melainkan DiriNya sendiri seutuhnya.

Kedua, para nabi memakai cara-cara manusiawi untuk menyampaikan kebenaran Allah yang diterimanya.

Sedangkan Yesus menyatakan kebenaran Allah dengan pribadinya sendiri.

Bukan hanya dengan perkataan Yesus menyatakan siapakah Allah tetapi juga dengan perbuatanNya.

Yesus menyatakan siapakah Allah itu dengan diriNya sendiri.

Yesus itu Anak Allah. Demikianlah penegasan penulis surat Ibrani tentang Yesus.

Para nabi adalah sahabat Allah, tetapi Yesus adalah putera Allah.

Para nabi menangkap hanya sebagian saja dari akal budi Allah, tetapi Yesus adalah seluruh Akal budi Allah. 

Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa Yesus adalah apaugasma (bahasa Yunani yang artinya kemuliaan, sinar atau cahaya yang memancarkan kemuliaan dan kebesaran Allah).

Itu berarti Yesus adalah pancaran sinar kemuliaan Allah di antara manusia.

Oleh karena itu dapat dipahami jika penulis surat Ibrani mengatakan bahwa Yesus lebih utama dari pada para nabi, para malaikat.

Yesus lebih utama dari Musa (Ibr 3:1-4:13) dan Harun (Ibr 4:14-10:18). 

Keutamaan Kristus itu menurut penulis surat Ibrani, sebagaimana dikatakan oleh Philip Hughes, nampak jelas dalam pengorbanan Kristus dan penyucian orang percaya dari dosa-dosanya.

Dalam Kristus telah dikaruniakan kehidupan baru dan cara hidup baru Ibr 10:19;12:29). Penegasan tentang hal ini telah nampak dalam Ibr 10:19-22:

19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,

 20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

 21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

 22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

Pesan penulis surat Ibrani sangat jelas bahwa Kristus lebih utama dari segala sesuatu.

Kristus bukan saja lebih utama dari para nabi (Musa, Harun) dan para malaikat, tetapi juga dalam Kristus melalui karya pengorbanan dan penebusanNya, Yesus telah mengaruniakan kehidupan baru dan cara hidup baru kepada orang percaya untuk mengatasi segala dosa yang menghalangi orang percaya datang kepada Allah.

Paling kurang ada dua pesan utama dari teks ini.

Pertama, pada satu sisi kita harus mengutamakan Kristus dalam hidup kita.

Bukan sebaliknya kita mengutamakan diri sendiri dan menomorduakan Kristus.

Kita ini hanyalah hamba-hamba dan pelayanNya yang dipanggil untuk terus menerus memancarkan kemuliaan Kristus bagi seluru dunia.

Oleh karena itu kita semua terpanggil dalam bidang tugas kita masing untuk menjadi pelayan Kristus.

Namun pada sisi lain kita terjebak dengan pengkultusan diri pribadi atau orang lain.

Bahaya dalam pengklutusan diri pribadi atau orang lain adalah kita sudah mengabaikan Kristus sebagai yang utama, dan juga kita telah kehilangan akal sehat dan sifat kritis kita.

Bahaya dalam pengkultusan tokoh politik misalnya adalah bahwa kita menelan mentah-mentah semua sepakterjang dan semua yang dikatakannya, semua tindak tanduknya, semua pernyataan dan janji-janjinya pada hal yang hanya pencitraan dan kebohongan semata.

Malah kita akan membelanya secara mati-matian.

Ibarat orang yang sudah jatuh cinta pada kekasihnya, dimana Tahi kucing pun dirasakan sebagi rasa coklat.

Bahaya dalam pengklutusan para artis dan bintang film adalah kita mengikuti semua model, sifat, cara berpakaian tanpa pertimbangan yang kritis.  

Kedua, kita terpanggil untuk mengubah hidup kita dan segala bentuk perilaku kita yang lama yang berkaitan dengan dosa dan kejahatan.

Cara hidup lama yang senantiasa bertentangan dengan kehendak Allah merupakan bukti yang paling jelas bahwa kita belum mengutamakan Kristus, dan secara egois mengutamakan diri sendiri.

Kristus menurut penulis Surat Ibrani memberi contoh cara hidup baru yang berlandaskan pada kasih dan pengorbanan.

Kristus tidak mementingkan dirinya, tetapi lewat pengorbananNya dan pelayananNya ia menyelamatkan banyak orang.

Lewat talenta dan bakat yang kita miliki hendaknya kita juga dapat membawa orang kepada Kristus dan mengenal Allah secara sungguh-sungguh.  Semoga demikian adanya. (*)


[1] Lihat Philip E. Hughes, Commentary on the Epistle to the Hebrews, Wm. B. Eerdmans, USA  1977; William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari, Ibrani, BPK, Jakarta 1983; Barnabas Lindars, The Theoloy of the Letter to the Hebrews, Cambridge University Press, New York 1991; Donald Guthrie, Tyndae NT Commentaries, Hebrews,  Wm. B. Eerdmans, Michigan  1983.

Berita Terkini