Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan: Kebenaran dan Praktik Kebenaran Bertalian Satu dengan Yang Lain

Editor: Ferry Jahang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendeta Messakh Dethan

Renungan Harian Kristen Protestan : 12 Maret 2019

Kebenaran dan Praktik Kebenaran Bertalian Satu dengan Yang Lain

Oleh: Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

MENURUT Udo Schnelle, seorang penafsir Jerman abad ini (lihat Udo Schnelle, Einleitug in das Neue Testament, Vandenhoeck & Ruprecht, Goettingen, 2005, hal. 526).

Disebutkan kisah Tuhan Yesus membasuh kaki murid-muridNya dalam Yohanes 13:1-7 merupakan sebuah prolog bagi bagian kedua dari kisah Injil Yohanes tentang Yesus, yang merupakan puncak atau klimaks dari kisah Yesus dalam seluruh Injil Yohanes.

Secara garis besar Injil Yohanes terbagi atas tiga bagian: pertama 1:19-12:50, Karya Penyataan Yesus bagi dunia, kedua 13:1-20:29.

Kedua, Penyataan diri Yesus bagi murid-muridnya, penderitaan, pemuliaan dan penampakanNya setelah kebangkitan.

Dan ketiga berupa epilog 20:30-31 tentang pemahaman injil.

Tiga bagian potongan cerita tentang Yesus itu dimulai dengan sebuah prolog 1:1-18 Yesus Sang Logos.

Karena dalam bagian kedua (pasal 13:1-20:29) ini mengisahkan tentang penyataan diri Yesus kepada murid-muridnya, penderitaannya, pemuliaannya dan penampakan diri setelah kebangkitanNya.

Kisah pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus terhadap murid-muridnya merupakan tanda awal bagi perendahan dirinya yang kemudian dilakukan secara total pada peristiwa penyaliban.

Para penafsir berbeda pendapat tentang kapan tepatnya kisah pembasuhan kaki itu terjadi. Apakah pembasuhan kaki murid-murid pada hari Kamis atau pada hari Jumat.

Yang setuju bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Kamis berpendapat bahwa penanggalan orang Yahudi berbeda dengan penanggalan Romawi.

Bagi orang Yahudi setiap hari dimulai pada waktu matahari terbenam, berbeda dengan orang Romawi setiap hari dimulai dengan matahari terbit.

Dengan anggapan bahwa peristiwa itu tidak terjadi pada hari raya Paskah yang biasanya jatuh pada hari Jumat. Jadi akhir hari Kamis adalah ketika rembang petang hari itu.

Peristiwa yang diceritakan dalam nas ini termasuk persiapan sebelum mereka makan domba Paskah, yang harus dimakan pada hari raya Paskah, tanggal 15 Nisan.

Menurut Markus 14:12 dan Lukas 22:15 Yesus dan murid-murid-Nya merayakan Paskah bersama-sama, tampaknya pada akhir hari Kamis dan awal hari Jumat (karena matahari baru terbenam).

Sedangkan yang berpegang pada hari Jumat berargumentasi bahwa pembasuhan kaki para murid oleh Yesus dan percakapan yang mengiringi kejadian itu terjadi pada malam yang sama saat Ia dikhianati.

Pada malam yang sama saat Ia sedang makan Paskah dan menetapkan perjamuan Kudus. Dan itu semua terjadi disaat matahari terbenam dan hari Jumat baru saja dimulai.

"Dan mereka sedang makan bersama" (Yoh 13:2).

Perbedaan pendapat itu tidak akan saya bahas di sini. Akan tetapi umumnya para penafsir sepakat bahwa ada pesan khusus yang hendak penulis Yohanes tekankan dalam kisah pembasuhan kaki ini.

Dimana kisah ini tidak ditemukan dalam Injil Sinoptik, adalah berkaitan dengan lima aspek penting antara lain: aspek pernyataan kasih, aspek keteladanan, aspek pembelajaran, aspek pembersihan dan penyucian dan aspek simbolisasi.

Pertama Aspek Pernyataan Kasih

Peristiwa pembasuhan kaki dapat dipandang sebagai suatu cara Yesus untuk menyatakan kasihnya kepada para muridnya (ayat 1 dan 2). Dan kasih itu telah ia tunjukkan selama ini bahkan menjelang kematiannya sekalipun.

Yesus ingin memberikan waktu khusus bagi para muridnya untuk melayani mereka dan bukan menuntut mereka yang melayaninya.

Kedua Aspek Keteladanan

Peristiwa pembasuhan kaki juga dapat dipandang memiliki aspek keteladanan wacana kebenaran dan praktik kebenaran.

Tuhan Yesus mengajarkan para muridnya untuk bersikap rendah hati dan sok berkuasa ketika mereka mempeributkan siapa yang terbesar dan siapa yang akan memiliki kedudukan nanti (Markus 10:35-45, Matius 20:20-28).

Dengan membasuh kaki muridnya Yesus menunjukkan keteladanan tentang kerendahan hati.

Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi teladan mengenai kerendahan hati-Nya yang luar biasa.

Ia menunjukkan bahwa Ia rela merendahkan diri-Nya dan mau membungkuk demi untuk mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya (ayat 3-5).

Ketiga Aspek Pembelajaran

Satu perbuatan baik yang nyata lebih berharga dari pada seribu kata yang berisi janji untuk kebaikan.

Pepatah ini tepat seperti yang Yesus tunjukkan kerelaan seorang guru untuk membasuh kaki murid-muridnya merupakan suatu pembelajaran yang mahal dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Karena tradisi pembasuhan kaki biasanya dilakukan oleh para hamba kepada tuannya. Kalau sampai Yesus mau melakukannnya maka itu merupakan suatu pembelajaran yang luar biasa.

Melalui pembasuhan kaki Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Ia telah mengambil peranan yang sangat rendah untuk melayani murid-murid-Nya.

Karena itu murid-murid pun seharusnya rela untuk melayani dan menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan mereka sendiri (Fil. 2:1-11).

Biasanya orang berbangga punya beberapa pembantu. Tetapi melalui kisah ini justru kita diajak bertanya, berapa banyak oang yang bisa kita bantu.

Tuhan Yesus memberi pembelajaran bahwa menjadi "pelayan" bagi orang lain bukanlah suatu tindakan yang bernilai rendah, karena Tuhan Yesus sendiri telah merendahkan diri untuk melayani mereka (Yohanes 13:15).

Keempat Aspek Pembersihan dan Penyucian

Selain aspek keteladanan dan pembelajaran tentang kerendahan hati melalui kisah pembasuhan kaki para muridNya Yesus juga mengajarkan tentang pembersihan dan penyucian diri yang menunjuk kepada penatahiran rohani (ayat 8 dan 10).

Jikalau pembasuhan kaki para murid dipandang sebagai tindahan perendahan diri Kristus kepada beberapa orang (para murid) maka peristiwa penyaliban adalah perendahan Kristus bagi banyak orang (bagi dunia).

Kristus menyucikan dosa para murid dan memuncak pada menyucikan dosa dunia melalui peristiwa salib.

Boleh dikatakan Kisah Pembasuhan Kaki merupakan titik start bagi bagi kisah kematian-Nya.

Kelima Aspek Simbolisasi

Kisah pembasuhan kaki para murid yang dilakukan oleh Yesus dapat dilihat sebagai simbol atau tanda kasih Kristus yang dalam, lambang salib yang paling awal, dan sekaligus simbol keteladan kerendahan hati.

Simbolisasi ini makin nampak ketika Tuhan Yesus bangun dan menanggalkan jubahnya. Suatu sikap yang simbolik dimana Ia sedang melepaskan "ke-guru-anNya" dan mengambil peran sebagai hamba bagi murid-muridNya sendiri.

Bahkan Yesus mengambil kain lenan untuk membasuh kaki dan mengikatkannya pada pinggangNya.

Tindakan melepaskan jubah dan mengikatkan kain di pinggang menegaskan sikap merendahkan hati yang luar biasa (band. Kej 21:14).

Jadi pesan penting di sini adalah jika Sang Guru saja rela merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi murid-muridNya, maka kita pun terpanggil untuk saling melayani satu sama lain tanpa memandang status dan rasa gengsi kita. (*)

Berita Terkini