Berita Kabupaten Ngada

Isak Dukung Kebijakan Gubernur Viktor Legalkan Miras

Penulis: Gordi Donofan
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Isak dan sang istri sedang sibuk memasak Moke di RT 02 Desa Waesae Kecamatan Aimere Kabupaten Ngada, Jumat (4/1/2019).

POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Isak Imanuel (44) seorang penyadap tuak di Aimere mengaku senang dengan kebijakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat melegalkan Minuman Keras (Miras) lokal yang ada di NTT.

Isak juga mengaku jika dirinya sangat mendukung kebijakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, melegalkan minuman keras (Miras).

Dengan begitu semua penyadap dan produsen moke di NTT merasa diuntungkan karena ada perlindungan dan tidak takut lagi jika aparat penegak hukum menyita moke.

"Kami sangat mendukung kebijakan itu (melegalkan miras oleh Gubernur Viktor). Supaya kami aman dan akan terus memasak moke. Sehingga orang tidak takut beli moke. Kadang orang mau beli nanti disita oleh aparat," ujarnya, saat ditemui POS KUPANG.COM, di Aimere, Jumat (4/1/2019).

Sampah Masih Berseliweran Menganggu Aktivitas Warga Kota. Pengendara yang Lewat Tutup Hidung

Polsek Pantai Baru Amankan Yanto Bolla , Diduga Bawa Lari Gadis Dibawa Umur

Ia mengaku jika semua itu akan terwujud maka akan membantu para produsen moke yang ada di NTT.

Ia juga menyampaikan terima kasih karena pemerintah sudah hadir dalam usaha mereka memproduksi moke dalam bentuk kebijakan.

Isak saat ini hanya fokus memproduksi Moke jenis Bakar Menyala (BM) yang menurut Isak BM nomor satu (Paling Keras).

Pria kelahiran 12 Oktober 1974 ini menghidupkan keluarga dengan menyadap moke. Sehingga anak-anak bisa sekolah.

Dalam sehari Isak memproduksi moke sebanyak 50 liter. Dengan nominal menghasilkan uang bisa mencapai satu juta rupiah. Harga per satu jerigen jumbo adalah 1.000.000 rupiah.

"Satu hari itu bisa menghasilkan satu jerigen jumbo atau 50 liter BM," ungkap Isak.

Ia mengungkapkan setiap hari dirinya dibantu sang istri, Nonce Elsiana Minggus (43) rajin memasak tuak. Jika dirinya sibuk, dirinya hanya panjat lontar untuk ambil tuak sedangkan untuk masak sang istrilah yang membantu.

Ia mengaku jika produksi tuak hanya bulan Mei hingga Desember. Sedangkan Januari hingga April lontar tidak ada rangkai sehingga tidak bisa menyadap tuak.

"Januari sampai april belum ada rangkai moke lontar.
Mei-Desember itu musim baru bisa panjat dan iris moke
Saya sejak tahun1998 kerja ini. Ya lumayan untuk hidup," ujarnya.

Ia mengaku dengan iris moke dirinya bisa menyekolahkan anak dan bisa menghidupkan keluarga.

"Saya ingin anak-anak semua sukses. Mereka harus sekolah. Anak ada lima orang semua mereka sekolah, anak sulung lulus Polisi, saat ini sedang pendidikan di SPN Kupang," ujarnya.(Laporan Reporter POS KUPANG, Gordi Donofan)

Berita Terkini