Berita Kota Kupang Terkini

Guru Honorer K-2 Menanti Janji Walikota Kupang

Penulis: Yeni Rachmawati
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Uang rupiah

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Guru honorer K-2 yang telah mengabdi di atas lima ke atas kini menanti janji dari Walikota Kupang untuk memperoleh insentif.
Pasalnya, bulan ini merupakan bulan pencairan insentif seperti tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Forum Guru Honorer K-2 Zakarias Nenosaban, kepada Wartawan, Kamis (18/10/2018), mengatakan, pada Februari lalu Walikota Kupang menjanjikan tambahan insentif Rp 750.000 untuk guru honorer yang sudah bekerja di atas lima tahun setiap bulannya. Namun sampai saat ini insentif tersebut belum juga cair.

Baca: Petani Garam Desa Silawan Dapat Sembako Dsri Pos Satgas Motaain

"Kami yang bekerja di atas lima tahun mungkin ada seribuan lebih. Sama seperti masa kepemimpinan pak Jonas, yang janjikan Rp 750.000 tapi kita dapat Rp 500.000. Tiap bulan kami diberikan Rp 500.000 tapi diterima sekalian di bulan Oktober. Tapi bulan ini kami belum mendapatkan insentif yang dijanjikan," ujarnya.

Menurutnya, Pemerintah dan DPR agar tidak sekedar janji tapi realisasi dulu. Karena ini janji dengan masyarakat.

Sementara itu, Anggota DPRD kota Kupang, Yuven Tukung, sangat kecewa dengan lambannya pencairan dana insentif terutama saat koordinasi dengan dinas melalui sekretaris dinas dibilang siap mau dicairkan.

"Itu janji 1 minggu yang lalu. Kasihanlah para rekan guru yang sangat membutuhkan dari uang ini. Dan apa susahnya? Seakan setengah hati dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kita berharap segera diproses dan jangan berlarut terlalu lama lagi. Kita ingin mereka fokus mengajar di sekolah tetapi kalau begini kondisinya tentu mereka tidak bisa fokus," ujarnya.

Sebab, otomatis sebagian pikiran mereka konsen memperjuangkan hak-hak-nya seperti ini.

"Saya jadi bingung kok seakan-akan di kota Kupang ini, segala sesuatu harus diperjuangkan dulu atau harus diteriak capek-capek dahulu baru semuanya diproses. Ini kultur pelayanan yang mesti diubah," tegasnya. (*)


Berita Terkini