Laporan Reporter POS-KUPANG. COM, RICKO WAWO
POS-KUPANG. COM - Lis Giri (13), Melan Lani (14), dan Puja Dethan (13) sedang asyik belajar bersama di dalam kelas. Masing-masing mereka membaca buku pelajaran Sejarah.
Ketiga siswi SMP Surya Mandala Kupang ini tampak serius mendiskusikan materi pelajaran.
Pagi itu, Senin (8/10/2018), sekira pukul 11.20 Wita, memang tak ada guru yang mengajar. Namun, alih alih menghabiskan waktu dengan bermain, beberapa orang siswa di kelas itu memilih untuk membaca.
"Kami disuruh belajar mandiri," kata Lis Giri seraya tersenyum.
SMP Surya Mandala beralamat di Jalan Timor Raya Km 6, RT 10 RW 04 Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.
Sekolah ini memiliki tiga ruang kelas. Masing-masing untuk kelas tujuh, delapan dan sembilan. Ruang kelas itu tak cukup besar. Hanya berukuran 5×5 meter. Setiap kelas hanya dibatasi sekat papan tipis.
Dengan ruangan yang sempit semacam ini tak ayal kerap membuat guru dan murid di dalamnya kepanasan sebagaimana yang dikeluhkan ketiga orang siswa ini.
Kondisi ini tak sontak menyurutkan semangat anak-anak untuk bersekolah.
Bendelina Mata, Kepala SMP Surya Mandala Kupang, ketika ditemui Pos-Kupang.com di ruang kerjanya, mengisahkan
SMP Surya Mandala Kupang didirikan oleh Yoseph Orem Blikololong, seorang pemulung yang punya kepedulian tinggi di dunia pendidikan. Khususnya pendidikan anak-anak jalanan dan pemulung.
Sekolah ini didirikan pada tahun 2011 dan baru setahun kemudian tepatnya pada tahun 2012 proses belajar mengajar dilaksanakan.
Pada saat didirikan sekolah ini masih menyewa gedung tua di Gang Monitor, Jalan Timor Raya, tepatnya di belakang kampus Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.
Namun, sejak tiga bulan lalu sekolah tersebut harus berpindah lokasi karena lokasi tanah tempat sekolah itu berdiri sudah berpindah tangan.
Sekolah pun dipindahkan ke rumah milik Yos Blikololong selaku pendiri sekaligus Ketua Yayasan Peduli Kasih.
Yayasan Peten Ina membawahi dua lembaga pendidikan yakni SMP Surya Mandala sendiri dan PAUD Peduli Kasih.
Kedua sekolah tersebut menempati sebagian gedung rumah milik Yos Blikololong.
"Lokasinya pindah jadi kami pindah mendadak dan anak anak tidak tahu. Dampaknya muridnya semakin berkurang," jelasnya.
Ia menjelaskan jumlah murid hingga saat ini sebanyak 72 orang dari total sebelumnya 105 orang.
Selain lokasi sekolah yang berpindah, berkurangnya murid juga karena jarak rumah para murid dan sekolah yang jauh.
"Ada siswa juga yang tinggal Tarus dan Noelbaki," ujarnya.
Harapkan Dana BOS
Bendelina mengungkapkan, para siswa yang bersekolah di SMP Surya Mandala dan PAUD Peduli Kasih dibebaskan dari uang sekolah atau sekolah gratis sejak awal.
Ia menambahkan anak-anak yang bersekolah di sana berasal dari keluarga tidak mampu. Rata-rata orangtua mereka bekerja sebagai pemulung, nelayan dan pedagang kecil.
Beberapa orang anak bahkan 'dipaksa' bersekolah setelah sebelumnya menjadi pemulung dan hidup di jalanan.
"Sulitnya mengatur anak-anak yang sudah biasa di jalanan dan putus sekolah lalu masuk sekolah. Kadang kita sampai cari mereka lagi di rumah, bawa ke sekolah, lalu kembali ke jalan lagi. Sulitnya juga di situ," tuturnya.
Ia merincikan jumlah guru di SMP Surya Mandala sebanyak 8 orang, sedangkan 3 orang guru mengajar di PAUD Peduli Kasih.
Sekolah ini, katanya, semata hanya bergantung pada dana BOS yang sudah diterima sejak 2014.
Jelasnya, ia sendiri tak bisa mengharapakan banyak pada yayasan. Oleh karena hanya bergantung pada dana BOS, upah para guru pun masih tergolong rendah. Sebulan mereka hanya diupah Rp300 ribu.
"Semua guru di sini honor. Tidak ada yang PNS. Karena jumlah murid sedikit dana BOS juga berkurang kemungkinan kami terima di bawah Rp 300 ribu."
Yoseph Orem Blikololong selaku pendiri dan ketua Yayasan Peduli Kasih mengungkapkan niat untuk mendirikan sekolah ini muncul saat ia menyaksikan banyak anak jalanan yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik dan layak.
"Tiap hari saya ada di jalan jadi saya lihat mereka di pasar, di jalan tidak sekolah. Jadi saya coba kumpulkan mereka dan buat sekolah ini. Sekolah ini gratis. Tidak ada uang sepeser pun dari orangtua," jelasnya.
Ia sangat berharap pemerintah bisa memerhatikan sekolah bagi anak anak tidak mampu tersebut. Baginya, semua anak negeri berhak atas pendidikan yang layak dan berkualitas tanpa terkecuali.
Atas giatnya mendirikan sekolah gratis ini, Yoseph Oreng Blikololong pernah meraih penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 2017. Ia juga pernah diundang dalam program acara Kick Andy di Metro TV.
(*)