Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM --- Dinas Pertanian Provinsi NTT langsung merespon secara cepat dalam mendukung program Gubernur NTT tentang revolusi hijau. Revolusi hijau ini merupakan program budidaya kelor atau marungga di NTT.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Ir. Yohanes Tay Ruba, M.M, Selasa (2/10/2018).
Baca: Diterjang Puting Beliung! BPBD Kupang Turunkan Tim ke Kiumasi
Yohanes diminta tanggapan soal program revolusi hijau di NTT.
Menurut Anis, sapaan Yohanes Tay Ruba, tanaman Kelor atau Marungga bagi kaum awam, tidak ada manfaat atau hanya sebagai pakan ternak. Namun, apabila dilihat dari nilai gizinya maka kelor memiliki nilai gizi yang tinggi.
"Tetapi dari data dari Badan PBB, WHO juga merilis soal kandungan gizi dari kelor ini yang lebih dibandingkan dengan susu dan daging. Karena itu, apa yang diprogramkan oleh bapak gubernur ini sungguh luar biasa," kata Anis.
Dia menjelaskan, untuk NTT, kondisi lahan dan iklim sangat mendukung pengembangan kelor. Bahkan, untuk mendukung program itu, pihaknya sedang membuat pesemaian kelor atau marungga dengan target 30 ribu anakan.
"Tanaman kelor tahan terhadap kondisi kering, bahkan di lahan-lahan marginal juga bisa hidup. Jadi tanaman ini cocok bagi daerah seperti di NTT, sehingga dengan adanya lahan-lahan tidur bisa digunakan untuk membudidayakan kelor," katanya.
Dikatakan, tanaman ini bisa membuat lahan-lahan menjadi hijau, karena itu program Gubernur NTT menyebut sebagai revolusi hijau.
"Kelor juga selain sebagai tanaman untuk sumber gizi dan kesehatan, maka juga sebagai tanaman untuk membuat lahan-lahan menjadi hijau," ujarnya.
Terkait pola pengembangan, ia mengatakan, pola pengembangan inti dan pola plasma.
"Pola inti ini dilakukan secara intensif dan penanaman secara monokultur dengan jarak tanam 1 x 1 meter. Sedangkan pola plasma ini merupakan pola tanam dengan sistem Alley cropping / tanaman lorong. Ini bisa juga dengan monokultur juga," katanya.
Menurut Anis, tanaman ini adalah jenis leguminose yang mana dapat menghasilkan nitrogen.
"Untuk bidang pola plasma, kita target 400 pohon per hektar , sedangkan untuk pola inti target 10.000 pohon per hektar. Daun dari kelor ini untuk dilahan inti tujuannya bisnis, sehingga kita panen daun diproses pengeringan dan digiling jadi bubuk," ujarnya.
Sedangkan target kelipatan di pola inti, yakni 40-60 hektar. Alasannya, untuk produksi dengan tujuan bisnis, maka panenannya biasanya 20 ton. "Ini kita minta pengusaha bantu petani-petani kita. Sedangkan daerah target kita untuk 2018 ini di Kabupaten Kupang," ujarnya.(*)