Orang Muda Lintas Agama di TTS Serukan Tolak Kekerasan Atas Nama Agama

Penulis: Dion Kota
Editor: OMDSMY Novemy Leo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pemuda Lintas agama memimpin pawai Paskah Klasis Amanuban Timur, Rabu (4/4/2018)

Laporan Wartawan POs-Kupang.Com, Dion Kota

POS-KUPANG.COM, SOE – Para pemuda lintas agama bergandengan tangan menolak kekerasan atas nama agama. Para pemuda sepakat untuk hidup harmonis di dalam berbagai perbedaan yang ada.

Hal ini diungkapkan Nina Watu Raka, orang muda Katolik, Christofer Hitariun, pemuda Kristen, Ririn Astiana Wati, pemudi Islam dan Supriadi Serotaha Darma, Pemuda Budha dalam kegiatan pawai Paskah, Rabu (4/4/2018) yang diselenggarakan oleh jemaat Klasis Amanuban Timur.‎

Baca: Ngajak Pasangan Travelling? Ikuti TIps Ini Agar Hubungan Kalian Makin Hangat

Baca: Hotman Paris Tantang 6 Perempuan Ini Menikahinya, Hadiahi 1 Lamborghini per Orang!

Baca: Hotman Paris Taruhan Rp 2 Miliar, Katanya Syahrini Tak Bermasalah

Pawai yang diikuti sekitar 2000 warga Amanuban Timur yang terdiri dari berbagai agama dan suku ini‎ mengambil titik start di jemaat Betania Haunomaten dan finis di Jemaat Bet'el Maunsenu‎.

Nina Watu mengajak para kaum muda untuk menghargai perbedaan ras dan agama yang ada. Perbedaan yang ada harus dipandang sebagai suatu kekayaan yang mempersatukan bukan untuk memisahkan.

Ia berharap, dengan adanya pawai Paskah lintas agama ini bisa semakin mempererat rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara warga Amanuban Timur yang memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda.

"Orang muda harus jadi pelopor dari dalam keberagaman agama dan ras yang ada. Orang muda harus mampu melihat perbedaan yang ada sebagai suatu kekayaan negeri kita yang harus dijaga dengan hidup berdampingan secara harmonis," ungkap Nina.

Christofer Hitariun mengatakan, orang muda harus hadir untuk menunjukan jika perbedaan itu indah. Layaknya pelangi yang indah karena berbeda warna, maka hidup rukun menjadi indah karena masyarakatnya berbeda agama dan suku. Dengan hidup rukun, kita akan menunjukan suatu keindahan dari sebuah kebersamaan. Oleh sebab itu, tidak boleh ada lagi kekerasan yang mengatas namakan agama, kekerasan karena adanya mayoritas dan minoritas dan kekerasan karena perbedaan suku. Moment Paskah ini harus jadi moment yang mempersatukan kita, yang datang dari latar belakang suku dan agama yang berbeda. Kita harus menunjukan keindahan dari hidup dalam keberagaman," ujar Christofer.

Baca: Ingat Agus? Warga NTT Terdakwa Pembunuh Angelina di Bali, Hotman Dibayar Mahal Setelah Vonis Bebas

Baca: Hei Pria, Celana Dalam Seperti Ini Bikin Kamu Lebih Sehat Loh

Senada dengan Nina dan Christofer, Ririn yang mewakili pemudi Islam dan Supriadi Darma yang mewakili Pemuda Budha mengajak seluruh masyarakat Amanuban TImur untuk hidup rukun dan damai dalam perbedaan agama dan suku yang ada.

Sebagai kaum muda, keduanya berharap kerukunan dan kedamaian hidup antar umat beragama yang telah terjalin di Kecamatan Amanuban Timur bisa terus dijaga dan dilestarikan agar menjadi contoh bagi daerah lain.

"Walau kami bukan beragama Kristen, tetapi kami senang bisa merayakan Paskah bersama saudara-saudari kami yang beragama Kristen. Kami senang karena melalui moment Paskah, semangat kerukunan hidup antar umat bergama bisa terus dikobarkan," ungkap keduanya.‎ (*)

Berita Terkini