Editor Mode : "Fashion Blogger" Memalukan dan Haus Popularitas

Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Caroline Vreeland and Shea Marie, fashion bloggers.

POS KUPANG.COM -- Mengapa harus ada blogger pada acara pergelaran busana dan peluncuran produk kecantikan?

Mengunggah foto, berpose seolah mereka Model ternama, dan mengulas produk terbaru dalam dua baris kalimat merupakan keseharian para blogger, baik di luar negeri dan di Indonesia.

Mereka (blogger) hadir di sejumlah acara menyatu dengan jurnalis yang bekerja mencari dan mengumpulkan informasi untuk berita atau artikel.

Mereka mendadak dianggap lebih penting hanya karena memiliki puluhan ribu followers di Instagram.

Kehadiran para bloggers ini sudah cukup mengganggu para editor mode dalam lingkup internasional.

Beberapa waktu lalu, pergelaran pekan mode Milan sukses diselenggarakan. Lalu, tibalah waktu rapat editorial di ruang redaksi, Vogue, untuk membahas ulasan dan ringkasan dari pekan mode tersebut.

Tim editor di majalah mode ternama tersebut menayangkan sebuah artikel yang cukup mengejutkan.

Alih-alih merangkum dan menuangkan pengalaman liputan pekan mode, para editor memutuskan untuk menayangkan artikel mengenai betapa menjengkelkannya kehadiran blogger di perhelatan akbar tersebut.

Majalah Vogue menyebut kawanan bloggers tidak tahu malu dan merasa diri seorang selebriti ternama.

"Bicara soal koleksi busana terbaru yang dirancang untuk menarik perhatian. Catatan untuk para bloggers yang bergaya berlebihan, ganti baju di setiap pergelaran, dan dibayar untuk melakukan itu semua, carilah bisnis lain, kalian semua mematikan keindahan mode," ujar Sally Singer, Creative Digital Director Vogue.

Para editor mode selalu mengenakan busana yang sama untuk melakukan liputan pekan mode yang berlangsung panjang setiap hari. Sementara itu, para selebriti dan bloggers memang dikenal sering gonta-ganti busana mengahadiri setiap pergelaran.

Pemimpin Redaksi Vogue.com, Sarah Mower memiliki opini mengenai tingkah para bloggers yang berlebihan seolah-olah seluruh busana itu memang milik mereka pribadi.

"Parade street styles yang begitu buruk. Para blogger wanita sangat memalukan dan terlihat begitu putus asa," tulis Mower.

Mower menuliskan bahwa mereka sengaja berdiri dan meminta secara agresif pada para fotografer atau paparazzi untuk memotret mereka.

"Tak hanya menyedihkan, tetapi wanita yang mengenakan busana pinjaman yang berharap difoto oleh media, itu sangat mengerikan," imbuhnya.

Sesuai dengan prediksi, para blogger yang memang mencari uang dengan selfie, meminta atau meminjam produk untuk difoto, dan berkerumun di pergelaran busana merasa tersinggung dengan artikel tersebut.

Mereka membalas dan menuliskan kritik kepada para editor mode Vogue melalui, tak lain tak bukan, akun media sosial masing-masing. (Kompas.Com)

Berita Terkini