NEWS ANALYSIS
Dr. David Pandie (Pengamat Politik)
POS-KUPANG.COM, KUPANGĀ - POLITIK kita adalah panggung politik yang berimbas budaya patriaki. Selama ini masyarakat yang ideologisnya adalah laki-laki dan nilai laki-laki cenderung power over.
Karenanya demokrasi menjadi salah kaprah karena terjadi politik transaksional. Saat pelaksanaan pemilu, ada kecenderungan kuat terjadi sistem transaksional di mana-mana. Jika perempuan masuk dengan gendang politik itu, maka sampai kapan pun kita tidak bisa berharap ada tingkat partisipasi yang tinggi dari perempuan.
Fakta menunjukkan, banyak perempuan yang terjebak dan memperoleh kekuasaan pragmatis. Banyak perempuan terpilih dengan cara seperti itu dan hal itu bukan cara yang elegan. Ketika perempuan ikut bermain dalam gendang laki-laki maka akhirnya perempuan tidak bisa menunjukkan identitas dirinya.
Padahal seharusnya perempuan bisa menunjukkan identitas, kepribadiannya sebagai perempuan dan hak politik kaumnya. Politik perempuan adalah politik nilai, membangun semangat pada basis kesejahteraan, caring, moral, sehingga perempuan tidak terjebak dalam permainan seperti itu.
Karena itu, sudah saatnya membangun satu gerakan baru politik yang berbeda yakni bagaimana membangun demokrasi yang elegan agar perempuan tidak terjebak dengan politik transaksional.
Gerakan politik baru itu harus berbeda dengan alat dan iramanya. Bagaimana membangun kesadaran perempuan agar mereka tidak boleh terjebak dengan politik transaksional meski apapun akibatnya. Perempuan harus bermain dalam demokrasi elegan sesuai nilai-nilai demokrasi yang ada.
Jalan baru yang dibangun perempuan itu adalah jalan yang terbuka bagi laki-laki dan perempuan sehingga ke depan jangan lagi terjebak pemikiran perempuan ke perempuan.
Sekali waktu laki-laki harus bisa angkat topi bagi perempuan dan mengatakan bahwa perempuan yang dipilihnya itu adalah pilihan terbaik. Bangun politik baru, perempuan yang berbasis pada demokrasi yang sesungguhnya. (vel)