Kekeringan di NTT

Dampak Kekeringan Panjang, Daun Jagung Mirip Gulungan Rokok

Penulis: PosKupang
Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rafael Raji, petani di Desa Golo Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur memegang tanaman jagung di kebunnya yang sudah kering, Jumat (8/1/2016).

POS KUPANG.COM, OELAMASI - Musim kering yang masih melanda wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga pekan kedua bulan Januari 2016 sungguh mendera para petani. Gagal tanam dan gagal panen sudah di depan mata. Krisis pangan yang berujung pada bencana kelaparan bukan mustahil hadir dalam waktu tak lama lagi.

Ayub Costa (49), petani jagung yang ditemui di Dusun Kuannoah, Desa Noelbaki, Kupang Tengah, mengeluh jagungnya yang berumur tiga minggu nyaris mati kekeringan. "Pak lihat sendiri, daun jagung sudah tergulung seperti gulungan rokok joker. Sebab sudah tiga minggu tidak ada hujan," jelas Costa, Jumat (8/1/2016).

Ia mengaku menanam bibit jagung pada 22 Desember 2015. "Sejak saya tanam bibit jagung lalu tumbuh hingga sampai sekarang belum hujan. Minggu depan mungkin sudah mati," kata Costa yang ditemui sedang menyiangi rumput di kebunnya.

Keluhan senada disampaikan Markus Ndoen, warga Desa Tanah Merah. Ia mengatakan jagungnya cepat layu dan bergulung sebab ditanam pada tanah berbatu.
"Jadi tidak ada air. Kalau ditanam di tanah hitam liat, pasti daunnya hijau subur. Sebab tanah hitam menyimpan air," katanya sedih.

Pantauan Pos Kupang sepanjang Jalan Timor Raya, mulai dari Desa Oebelo hingga Naibonat, umumnya jagung hijau segar. Sebab jagung ditanam di tanah hitam. Kondisi berbeda ketika memasuki Desa Tanah Putih dan Tuatuka. Wilayah bertanah kapur ini, jagung meranggas. Umumnya warga dua desa ini belum menanam. "Kalau hujan lari-lari 10 menit sampai setengah jam saja, kami belum berani tanam. Percuma saja. Apalagi tanah kapur begini," keluh Ny. Lina Hetmina-Adoe.

Kepala Kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Kupang, Paulus Ati menyebutkan belum semua wilayah Kabupaten Kupang yang sudah menanam. Ati. mengaku tim yang dibentuknya sedang ke desa-desa untuk mendata kekeringan. "Ada lima kecamatan belum menanam sama sekali karena belum ada hujan di sana. Yaitu Amfoang Barat, Amfoang Barat Daya, Amfoang Tengah, Amfoang Utara dan Amfoang Timur," beber Ati.

Kecemasan pun diungkapkan petani di Fatubenao, Kabupaten Belu. "Wah, kalau tidak hujan sampai Februari maka jagung ini akan mati," kata Alphonsu Lopes (57), petani Fatubenao ketika ditemui di kebunnya, Jumat (8/1/2016). Istri Lopes, Balbina Bui sedih mendengar informasi prakiraan cuaca tidak akan hujan sampai Februari 2016. "Kami berharap hujan, tidak mungkin bisa siram kebun seluas ini," katanya. Lopes dan Balbina tidak menampik kemungkinan gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Belu, Remigius Asa mengatakan, jika keadaan terus memburuk, pemerintah menyiapkan benih jagung untuk dibagikan lagi kepada petani. "Jika dua minggu ke depan tidak hujan maka jagung yang sementara tanam akan mati kekeringan. Pemerintah menyiapkan benih," katanya.

Menurutnya, saat ini stafnya sedang mendata lahan basah dan kering yang sudah ditanami petani. Dikatakannya, Belu secara keseluruhan memiliki 9.684 hektar lahan untuk ditanami jagung dan 6.948 lahan basah untuk padi.

Ketiadaan air akibat kekeringan menyebabkan lahan jagung milik petani Nangahure, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka layu dan sebagian sudah mati. Seperti disaksikan Pos Kupang, Jumat (8/1/2016) siang, kebun jagung petani yang berada di sisi jalan Maumere-Magepanda itu umumnya layu dan kering. Para petani di sana, Petrus Wara, Egidius Meak, Viance Laukoli,Agustina Mooy dan Yoseph Dema mengaku pasrah.

"Di kebun saya jagung mulai mati karena kepanasan. Sudah dua minggu hujan tidak turun. Kami mau tanam lagi takut karena hujan tidak tentu. Mau tanam lagi tapi bibit tidak ada. Kami sudah tanam ubi sebagai pengganti," kata Petrus Wara.

Ia menjelaskan, kebunnya seluas 1 Ha telah ditanam jagung pada tanggal 27 Desember 2015. Namun, tanaman itu dipastikan gagal panen. "Saya ada tanam ubi tapi mudah-mudahan ubi bisa tumbuh dan kami bisa makan," ujar Petrus.
Egidius Meak berniat menanam ubi kayu tetapi khawatir karena hujan belum tiba juga. "Jagung saja mati apalagi mau tanam ubi kayu, sama saja tidak ada hasil. Kalau jagung baik kami pasti selipkan ubi di antara tanaman jagung," ujar Meak.

Hal lain diungkapkan Agustina Mooy. Agustina mengaku takut menanam kacang tanah di kebunnya. "Bibit kacang tanah sudah ada. Biar kami tunggu saja," ujarnya.
Kepala BPM Sikka, Marta Pega, mengatakan, pihaknya meminta semua tenaga PPL melakukan pendataan. "Data yang kami peroleh memang benar ada tanaman jagung yang mati karena hujan tidak turun," kata Marta.

Rafael Raji, petani jagung di Desa Golo Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) alami gagal panen. Ketika ditemui di kediamannya, Jumat (8/1/2015), Rafael mengaku merugi hingga puluhan juta rupiah karena gagal panen. "Hidup tambah susah, pisang juga mati semua. Mete (jambu mete) juga buah sedikit," tuturnya sambil berharap ada solusi dari pemerintah setempat.

Harapan yang sama disampaikan Gabriel Hanu, Paulina Bamus dan Fabiana Jenida.
Hanu menyebut hampir semua petani di Desa Golo Kantar mengalami gagal panen tahun ini karena hujan belum pernah turun. Dikonfirmasi, Jumat (8/1/2016), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Matim, Silvester Djerabat mengatakan, stafnya masih mendata para petani yang alami gagal panen dan gagal tanam. Djerabat mengatakan, pemerintah akan membantu petani bibit komoditi yang tahan terhadap kekeringan.
"Tetapi kita masih tunggu data dari para staf lapangan jika data sudah masuk, kami akan berkoordinasi dengan pak bupati dan pak Sekda untuk mencari solusi," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Mabar, Anggalinus Gapul mengaku stafnya masih mendata petani yang alami gagal panen. Dia menyarankan petani menanam palawija seperti kacang-kacangan memanfaatkan curah hujan yang tipis saat ini. Namun diakui pemerintah tidak menyiapkan benih karena tidak ada anggaran. "Kami sudah koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi lewat rapat bersama pihak BMKG. Kali ini kita mengalami el nino kuat karena musim hujan baru terjadi pada Februari 2016. Dengan demikian berdampak pada bergesernya musim tanam," kata Anggalinus.

Kekeringan juga melanda sebagian besar wilayah Pulau Sumba. Di Sumba Timur, misalnya kekeringan terjadi di Pahunga Lodu, Mahu, Tabundung, Kananggar, Kahunga Eti, Kambata, Mapambuhang, Pandawai, Kanatang, Haharu, Lewa dan Tidau. (ade/roy/ris/rob/ser/gem)

Berita Terkini