NTT Terkini

Dualisme Kepemimpinan PMI Kupang, Akademisi Soroti Pentingnya Mediasi dan Fokus Kemanusiaan

Untuk menyelesaikan konflik ini, Eusabius menyarankan agar PMI tingkat provinsi berperan sebagai mediator.

Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Dualisme Kepemimpinan PMI Kupang, Akademisi Soroti Pentingnya Mediasi dan Fokus Kemanusiaan
POS-KUPANG.COM/HO
Dosen Unwira Kupang Eusabius Separera Niron

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG  – Polemik dualisme kepemimpinan di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kupang memicu perhatian berbagai kalangan, termasuk akademisi. 

Eusabius Separera Niron, atau biasa disapa dengan sebutan Eston , seorang dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, memberikan pandangannya terkait isu ini.

Menurut Eston , PMI sebagai organisasi independen yang bergerak di bidang kemanusiaan membutuhkan tata kelola organisasi yang baik untuk menjalankan aktivitasnya secara optimal. 

“Tata kelola yang baik harus didukung oleh kepemimpinan yang kuat. Polemik dualisme ini harus diselesaikan dengan kembali ke Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PMI,” ujarnya saat dihubungi oleh reporter POS-KUPANG.COM (3/6/2025)

Eston menegaskan bahwa AD/ART PMI telah mengatur secara jelas mekanisme rotasi atau pergantian kepemimpinan, termasuk masa jabatan, seperti empat atau lima tahun, serta prosedur pemilihan dan pelantikan.

Baca juga: Agustinus Nahak: Polemik PMI Kota Kupang Tidak Perlu Terjadi, Kembali ke Misi Kemanusiaan

 Ia mempertanyakan legalitas pelantikan yang dilakukan oleh Wakil Wali Kota Kupang, apakah memiliki dasar hukum sesuai ketentuan AD/ART dan peraturan PMI lainnya. 

“Perlu dicek siapa yang berwenang melantik dan kapan pemilihan seharusnya dilakukan,” tambahnya.

Untuk menyelesaikan konflik ini, Eusabius menyarankan agar PMI tingkat provinsi berperan sebagai mediator.

“PMI provinsi harus memfasilitasi mediasi untuk mencari solusi atas dualisme kepemimpinan ini, termasuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Kupang untuk memahami akar masalahnya,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya mengesampingkan ego pribadi demi kepentingan organisasi.

“Fokusnya bukan pada siapa yang menjadi ketua, tetapi bagaimana PMI tetap menjalankan misi kemanusiaannya. Konflik dalam organisasi bisa mendewasakan, tetapi tidak boleh berkepanjangan. Harus ada solusi yang mengedepankan kerja-kerja kemanusiaan,” tegas Eston.

Eston berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menemukan jalan keluar, sehingga PMI Kota Kupang dapat kembali fokus pada tugas-tugas kemanusiaan yang menjadi inti organisasi tersebut. (uan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved