Kota Kupang Terkini

Prosesi Jalan Salib Pemuda GMIT Kota Kupang: Iman, Seni, dan Harapan Bagi Kota

Prosesi Jalan Salib ini mencerminkan semangat generasi muda GMIT untuk terus memelihara nilai-nilai kekristenan melalui kreativitas dan kontekstual.

Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Prosesi Jalan Salib Pemuda GMIT Kota Kupang: Iman, Seni, dan Harapan Bagi Kota
POS-KUPANG.COM/HO
Anggota DPRD Kota Kupang Linda Uta

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Kota Kupang hari ini Senin (21/4/2025) disemarakkan oleh prosesi Jalan Salib yang melibatkan ribuan pemuda dari berbagai jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)di Kota Kupang bahkan daerah lain di daratan timor.

Prosesi yang berlangsung pada Senin pagi ini menjadi bentuk refleksi iman menjelang perayaan Paskah dan disambut antusias oleh masyarakat yang memadati ruas-ruas jalan utama untuk menyaksikan jalannya pawai religius tersebut.

Dimulai dari monumen tirosa, para peserta memerankan adegan demi adegan kisah sengsara Yesus Kristus, mulai dari pengadilan oleh Pontius Pilatus hingga peristiwa penyaliban di Golgota.

Jalan Salib ini dikemas dalam bentuk pawai teatrikal, menggunakan kendaraan besar yang dihias dengan tema tertentu, lengkap dengan kostum, narasi, dan pujian rohani yang mengiringi setiap pemberhentian.

Para pemuda yang terlibat dalam pawai menunjukkan dedikasi dan penghayatan yang dalam. Tak sedikit warga yang tampak tersentuh oleh penampilan para peserta, yang tidak hanya memerankan kisah Alkitab secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan spiritual di tengah kehidupan perkotaan yang dinamis.

Baca juga: Petugas Keamanan Masih Siaga Kawal Prosesi Paskah Pemuda Sinode GMIT Kupang

Salah satu Anggota DPRD Kota Kupang, Linda Uta menyampaikan dukungan dan apresiasinya terhadap pawai Jalan Salib ini sebagai bentuk ekspresi iman yang bermakna.

“Kami sangat mengapresiasi ekspresi iman yang dinyatakan dalam bentuk pawai ini,”ungkap Linda.

 “Kami melihat bahwa pawai menjadi salah satu media umat, terlebih bagi orang-orang muda, untuk menyalurkan rasa syukur kepada Kristus yang telah menebus dosa-dosa manusia dan bangkit mengalahkan maut.” ungkapnya saat diwawancarai reporter POS-KUPANG.COM, Senin (21/4/2025).

Ia menambahkan bahwa pawai ini tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan keagamaan, tetapi juga memperlihatkan keindahan seni dan spiritualitas yang lahir dari iman Kristen.

“Pawai ini menunjukkan sisi keindahan dalam iman. Karya seni yang ditampilkan saya yakini adalah Anugerah Tuhan. Maka pawai ini menjadi ungkapan tidak hanya eksternal, tapi juga membantu umat melihat Cinta Tuhan bagi manusia dalam pengalaman harian Kota Kupang,” tambahnya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan pawai ini dijadikan agenda tahunan seperti Semana Santa di Larantuka, Linda menilai bahwa ide tersebut sangat menarik namun perlu didiskusikan lebih dalam dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Baca juga: Pawai Paskah Pemuda GMIT, Jalan Frans Seda Masih Ditutup

"Saya pikir ini perlu dibicarakan lebih serius di setiap elemen, jika motifnya menjadi acara tahunan. Semana Santa seperti di Larantuka itu memiliki aspek historis dan ikatan religius yang sudah tertanam di semua umat,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya forum dialog antara gereja, masyarakat, dan pemerintah, agar kegiatan serupa bisa menjadi tradisi yang inklusif dan diterima luas di Kota Kupang.

“Untuk konteks kita, kita perlu ruang bicara yang serius dengan semua pihak, baik antar gereja maupun antar instansi pemerintah, agar pawai ini menjadi kesepakatan bersama sesuai dengan kondisi Kota Kupang saat ini,” ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved