Konflik Israel Palestina
Proposal Gencata Senjata di Gaza Menggantung: Hamas Setuju, Israel Tetapkan Alternatif Washington
Kelompok pejuang Palestina, Hamas dilaporkan telah menyetujui proposal gencatan senjata baru itu pada Sabtu.
POS-KUPANG.COM, ISTANBUL - Proposal gencatan senjata baru untuk Jalur Gaza kini menggantung. Proposal gencatan senjata itu diajukan oleh Mesir dan Qatar.
Kelompok pejuang Palestina, Hamas dilaporkan telah menyetujui proposal gencatan senjata baru itu pada Sabtu (29/3) malam lalu. Mereka berharap, Israel tidak akan menghalangi rencana tersebut.
"Kami menerima proposal dua hari lalu dari saudara-saudara kami di Mesir dan Qatar, yang menjadi mediator dalam perundingan,” kata kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi sebagaimana dirilis Analodu.
“Kami menanggapi proposal ini secara positif dan menerimanya, serta kami berharap pendudukan tidak akan menyabotasenya atau merusak upaya para mediator,” tambah dia.
Al-Hayya tidak mengungkapkan rincian proposal tersebut, tetapi media internasional dalam beberapa hari terakhir melaporkan bahwa Mesir dan Qatar telah mengajukan proposal gencatan senjata di Gaza.
Tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel tersebut akan diberlakukan setelah periode tenang.
"Kami sepenuhnya mematuhi komitmen kami dan bekerja dengan para mediator untuk memastikan Israel memenuhi kewajibannya. Namun, Israel mengingkari seluruh perjanjian begitu tahap pertama selesai," katanya.
"Dengan komitmen kami terhadap rakyat dan keluarga kami, kami telah terlibat dengan semua proposal secara bertanggung jawab dan positif, yang bertujuan untuk mengakhiri perang," kata Khalil Al-Hayya.
Pernyataan itu juga menegaskan kembali sikap Hamas soal perlawanan bersenjata dengan menyebutnya sebagai "garis merah" dan memperingatkan "senjata perlawanan" akan tetap berada di tangan rakyat dan negara "jika pendudukan Israel terus berlanjut."
"Kami tidak akan pernah menerima penghinaan atau penistaan terhadap rakyat kami. Tidak akan ada pengungsian atau deportasi," imbuh pernyataan itu.
Hamas lebih lanjut menyatakan, bersama dengan faksi-faksi lain, mereka telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir untuk membantu membentuk sebuah komite untuk mengelola daerah kantong tersebut.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth kemudian melaporkan bahwa Tel Aviv telah mengajukan proposal alternatif untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza, yang meminta Hamas membebaskan 10 tawanan, bukan lima seperti yang diusulkan dalam proposal Mesir.
Surat kabar itu mengutip sumber terpercaya yang mengatakan Israel "berharap mencapai kesepakatan gencatan senjata sebelum perayaan Paskah Yahudi," yang jatuh pada 12 hingga 20 April.
Sebelumnya pada Sabtu, kantor Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Tel Aviv telah menanggapi proposal yang diterima dari para mediator dengan alternatif yang sepenuhnya dikoordinasikan dengan Washington, tanpa mengungkapkan isi dari kedua proposal tersebut.
Kan TV News milik pemerintah Israel melaporkan di bawah persyaratan yang diajukan kepada Israel, Hamas akan membebaskan beberapa orang dari 59 sandera yang masih mereka tawan dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari di Gaza.
Terlepas dari upaya mediasi intensif untuk gencatan senjata, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pasukannya telah memulai operasi darat baru di daerah Al Janina di Rafah, Gaza selatan, yang bertujuan untuk memperluas zona keamanan.
IDF menegaskan infrastruktur milik Hamas telah dihancurkan dalam operasi tersebut.
Menurut pernyataan itu, IDF dan dinas intelijen dalam negeri Israel Shin Bet juga melakukan serangan udara terhadap target-target militer milik Hamas dan Jihad Islam di seluruh Gaza.
Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di Gaza pada 18 Maret, yang secara efektif mengakhiri kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang berlaku sejak 19 Januari.
Tentara Israel meluncurkan serangan udara mendadak di Gaza pada 18 Maret, menewaskan lebih dari 920 orang, melukai lebih dari 2.000 lainnya, serta menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.200 warga Palestina telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 114.000 lainnya terluka akibat serangan militer Israel yang brutal di Gaza. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.