Kota Kupang Terkini
Cuaca Buruk di Kupang, Lorens Bale Sudah Seminggu Tidak Melaut
Lorens mengungkapkan bahwa akibat hujan dan angin kencang, dirinya dan nelayan lainnya tidak bisa melaut selama hampir satu minggu.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro
POS-KUPANG.COM, KUPANG – Cuaca ekstrem berupa hujan deras dan angin kencang dalam beberapa hari terakhir berdampak signifikan terhadap aktivitas para nelayan tradisional di Kota Kupang.
Salah satunya adalah Lorens Bale, seorang nelayan tradisional di Pelabuhan Nun Baun Delha, yang ditemui saat sedang mengikat perahunya agar tidak terseret ombak pada Rabu (26/3/2025).
Lorens mengungkapkan bahwa akibat hujan dan angin kencang, dirinya dan nelayan lainnya tidak bisa melaut selama hampir satu minggu.
“Hujan angin, kita tidak bisa melaut, tidak bisa memancing sudah satu minggu. Sesekali saja kalau air laut tenang baru kita turun,” ujarnya.
Sama halnya dengan nelayan lain di Kota Kupang Abdullah Tari seorang nelayang dari Pantai Kelapa Lima mengungkapkan hal yang sama yang terjadi di tempatnya.
Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi 2,5 - 4 Meter di Perairan NTT, Nelayan Diimbau Waspada
Cuaca yang tidak menentu ini membuat para nelayan kesulitan mencari nafkah. Kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan kapal yang mereka gunakan.
“Kalau kendala utama, perahu kita tidak kuat, tidak besar untuk cari ikan. Penghasilan utama kita dari memancing, kalau tidak memancing kita tidak dapat apa-apa,” tambahnya.
Menghadapi situasi ini, para nelayan tradisional belum memiliki banyak pilihan untuk beradaptasi.
Menurut Lorens, mereka tidak bisa melakukan perubahan teknik atau jadwal melaut untuk menghindari cuaca buruk.
"Kita nelayan tradisional tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” katanya pasrah.
lain hal dengan Abdullah ia mengaku jika tidak bisa melaut ia akan memungut rumput laut di tepi pantai yang terbawa arus.
"Kalau tidak bisa pi pancing saya pilih rumput laut supaya bisa dijual per piring, kalau disini satu piring itu harganya 10 ribu rupiah"
Beberapa nelayan terpaksa mencari pekerjaan alternatif sementara, seperti bekerja sebagai buruh atau memperbaiki perahu mereka sambil menunggu cuaca membaik.
Sumber utama informasi cuaca bagi para nelayan di Kupang adalah berita dari televisi.
“Biasanya kita tahu dari berita di TV,” kata Lorens.
Namun, keterbatasan akses informasi secara langsung menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan tradisional.
Dengan kondisi cuaca yang semakin sulit diprediksi, mereka berharap adanya dukungan lebih lanjut, baik dari pemerintah maupun lembaga terkait, untuk menyediakan informasi cuaca yang lebih akurat dan mudah diakses.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.