Nasional Terkini

Perusahaan Textil dan Garmen Terbesar Sritex Bangkrut, Puluhan Ribu Karyawan PHK

perusahaan testil dan garmen terbesar di Asia Tenggara, Sritex dinyatakan bangkrut.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUN JOGJA
BANGKRUT - PT Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah. Perusahan ini terlilit hutang jumbo dan bangkrut. Dampak lanjutannya, puluhan ribu karyawan di-PHK. 

POS-KUPANG.COM - perusahaan testil dan garmen terbesar di Asia Tenggara, Sritex dinyatakan bangkrut. Puluhan ribu karyawan alami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Semua aset perusahaan yang tersisa harus dijual untuk melunasi seluruh kewajiban perusahaan kepada para kreditur. 

Sritex bangkrut beberapa bulan setelah dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tertanggal 21 Oktober juncto putusan kasasi Mahkamah Agung tertanggal 18 Desember 2024. 

Entitas yang dinyatakan pailit antara lain PT Sritex Sukoharjo, PT Primayudha Mandirijaya Boyolali, PT Sinar Pantja Djaja Semarang, dan PT Bitratex Industries Semarang.

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 39 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, dalam perkara Sritex pailit pekerja yang bekerja pada debitor dapat memutuskan hubungan kerja dan sebaliknya kurator dapat memberhentikan dengan mengindahkan jangka waktu. 

Utang Sritex terlampau besar untuk dilunasi saat pendapatan perusahaan tengah limbung selama beberapa tahun terakhir. 

Baca juga: Prabowo Perintahkan Empat Menteri Selamatkan Sritex

Perusahaan harus menanggung utang jumbo sebesar 1,597 miliar dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 25 triliun (kurs Rp 15.600). Jumlah asetnya bahkan jauh lebih kecil dibanding kewajibannya, yakni hanya 617,33 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,65 triliun. 

Kondisi ini semakin diperparah dengan kinerja penjualannya yang merosot. Dengan jumlah aset yang jauh lebih kecil dibandingkan total utangnya, maka tidak ada aset yang tersisa untuk keberlangsungan usahanya, sehingga perusahaan ini resmi dinyatakan bangkrut atau tutup permanen per 1 Maret 2025.. 

Pendiri Sritex Meninggal

Sejarah perusahaan memang tak bisa dilepaskan dari Haji Muhammad Lukminto atau Ie Djie Shien sebagai pendiri Sritex. Sampai dinyatakan pailit, perusahaan ini sebenarnya dikelola oleh generasi kedua, yakni anak-anak Haji Lukminto

Meski berstatus perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Keluarga Lukminto adalah pengendali de facto Sritex yang berbasis di Sukoharjo ini. 

Mengutip Laporan Tahunan (Annual Report) Sritex 2023, pemegang saham mayoritas atau pengendali saham adalah PT Huddleston Indonesia sebesar 59,03 persen. 

Pemegang saham kedua adalah kepemilikan publik sebesar 40,97 persen saham. PT Huddleston Indonesia adalah perusahaan yang kepemilikannya masih terafiliasi dengan Keluarga Lukminto. 

Baca juga: Prabowo Tak Mau Ada PHK di Sritex

Sebagai pengendali jalannya perusahaan, Keluarga Lukminto menempatkan dua orang di posisi paling strategis di Sritex. Iwan Setiawan Lukminto menjabat sebagai Komisaris Utama Sritex. 

Iwan Setiawan Lukminto sebelumnya sempat lama menjabat sebagai direktur utama, yaitu sejak tahun 2014 hingga digantikan saudaranya pada tahun 2023. 

Sekedar informasi, Iwan Setiawan Lukminto beberapa kali tercatat masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. 

Majalah itu pernah mencatat jumlah kekayaan Iwan Setiawan Lukminto sebesar 515 juta dollar AS atau sekitar Rp 8,05 triliun.

Sementara sang adik, Iwan Kurniawan Lukminto saat ini tercatat sebagai Direktur Utama Sritex hingga perusahaan ini dinyatakan pailit. 

Nah 10 tahun yang lalu, sang pendiri Sritex, Haji Muhammad Lukminto, meningal dunia. Ia mangkat pada tanggal 5 Februari 2014 di Singapura. Sementara perusahaan resmi ditutup per 1 Maret 2025. 

Artinya, Sritex bangkrut hampir bertepatan dengan 10 tahun meninggalnya pendiri perusahaan.

Terus merugi

Merujuk pada Laporan Keuangan Konsolidasi Interim 30 Juni 2024 yang dirilis di situs resmi perseroan, operasional Sritex pun terus merugi, karena beban lebih besar dibandingkan dengan total penjualannya. 

Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan hanya bisa mencatatkan penjualan sebesar 131,73 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dibandingkan periode yang sama pada 2023 yakni 166,9 juta dollar AS. 

Di sisi lain, beban penjualannya lebih besar yakni 150,24 juta dollar AS. Sepanjang paruh pertama 2024, Sritex praktis mencatat rugi sebesar 25,73 juta dollar AS atau setara dengan Rp 402,66 miliar. 

Baca juga: 10 Ribu Buruh Sritex akan Geruduk Istana

Kerugian yang diderita Sritex bukan terjadi pada tahun 2024 saja. Pada tahun 2023, Sritex juga menderita kerugian sangat besar yaitu 174,84 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,73 triliun. Bahkan pada masa pandemi Covid-19, perusahaan mengalami kerugian sangat besar. 

Mengutip Laporan Tahunan Sritex pada 2023, sepanjang tahun 2022 perusahaan menanggung rugi sebesar 391,56 juta dollar AS atau Rp 6,12 triliun. 

Kerugian yang diderita Sritex pada 2022 bahkan jauh lebih besar yakni 1,07 miliar dollar AS atau nilainya setara dengan Rp 16,81 triliun apabila menggunakan nilai kurs dollar saat ini. Berikutnya pada 2021 Sritex mencatat kerugian 1,06 miliar dollar AS. 

Memang pada tahun 2020, di mana Sritex sempat mencatatkan laba sebesar 85,33 juta dollar AS. Masih mengutip laporan tahunan Sritex, aset perusahaan juga terus merosot dari tahun demi tahun. Per Juni 2024, nilai aset perusahaan tercatat 617 juta dollar AS. Nilai aset Sritex ini mengalami penurunan dibanding pada 2023 yakni 648 juta dollar AS. 

Lalu pada 2022, aset Sritex tercatat lebih besar yakni 764,55 juta dollar AS. Sementara pada 2021, aset Sritex masih berada di atas 1 miliar dollar AS, tepatnya 1,23 miliar dollar AS. Aset pada 2021 ini juga menurun dibanding aset Sritex pada 2020 yang tercatat 1,85 miliar dollar AS. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved