Berita NTT

ICW Gelar Album Menenun Suara Timor di Kupang, Kampanye Seni untuk Lawan Korupsi

Ia menegaskan bahwa acara ini tidak hanya menjadi ajang seni dan budaya, tetapi juga edukasi yang menyentuh hati.

Penulis: Ray Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2024, Indonesian Corruption Watch (ICW) bersama LBH Apik dan didukung oleh program USAID Integritas, secara resmi meluncurkan album musik bertajuk "Menenun Suara Timor". 

Acara yang berlangsung di Auditorium Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Sabtu 14 Desember 2024 ini bertujuan untuk menyampaikan pesan anti-korupsi melalui pendekatan seni dan budaya, dengan menggugah kesadaran masyarakat tentang dampak nyata dari kejahatan korupsi.

Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya, menjelaskan bahwa album ini berfokus pada dampak sosial yang sering kali terabaikan.

Album ini merupakan karya kolaborasi antara tiga musisi lokal ternama, yaitu Marapu, Leisplang, dan hip hop Lembata Foundation, bersama kelompok masyarakat yang terdampak langsung oleh korupsi. 

Proses penciptaannya, kata dia melibatkan serangkaian workshop, diskusi, dialog, serta kunjungan lapangan untuk menggali cerita nyata dari korban korupsi.

"Korupsi tidak hanya merugikan negara, tetapi juga menciptakan korban di masyarakat. Sayangnya, pembahasan sering hanya berpusat pada angka kerugian negara, tanpa menyoroti penderitaan mereka yang terdampak," ujar Sigit.

Melalui lagu-lagu yang sarat makna, kata Sigit album ini mengangkat kisah nyata dari kasus-kasus korupsi, seperti penyelewengan bantuan sosial, dana BOS, dan pengadaan alat kesehatan, dengan harapan dapat menyadarkan publik bahwa korupsi memiliki efek domino yang menghancurkan kehidupan banyak orang.

Sigit Wijaya menegaskan bahwa perhatian harus lebih diarahkan pada penderitaan masyarakat yang dirugikan, bukan hanya pada besarnya kerugian negara.

"Ketika bansos diselewengkan, siapa yang mengganti rugi untuk korban? Saat dana pendidikan dikorupsi, siapa yang peduli pada murid-murid yang kehilangan haknya? Album ini ingin menyuarakan suara mereka," tambahnya.

"Ini bukan sekadar hiburan. Album ini adalah bentuk perlawanan terhadap korupsi yang diharapkan dapat menggugah kesadaran dan membangun solidaritas," ujar Sigit.

Baca juga: ICW Luncurkan Album "Menenun Suara Timur" di Kupang sebagai Kampanye Hakordia 2024

Ia menegaskan bahwa acara ini tidak hanya menjadi ajang seni dan budaya, tetapi juga edukasi yang menyentuh hati.

Dengan pendekatan kreatif, ia berharap kampanye ini dapat mendorong tindakan nyata untuk memberantas korupsi dan mencegahnya merusak generasi mendatang.

Disaksikan, peluncuran album ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari akademisi, mahasiswa, komunitas lokal, hingga pelaku UMKM yang turut memamerkan produk mereka. 

Acara tersebut juga dimeriahkan dengan konser musik yang menampilkan lagu-lagu dari album "Menenun Suara Timor", berbagai lomba kreatif, dan aktivitas interaktif lainnya.

Melalui kampanye ini, ICW ingin membuka mata masyarakat tentang korban nyata yang dihasilkan oleh korupsi. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved