Berita NTT

Pamer 7 Bendungan, Pemerintah Klaim Bisa Bantu Petani NTT 

Sejumlah bendungan yang ada akan dioptimalkan penggunaannya untuk irigasi sampai pada lahan pertanian di masyarakat.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Pamer 7 Bendungan, Pemerintah Klaim Bisa Bantu Petani NTT 
POS-KUPANG.COM/HO
Penjabat Gubernur NTT Dr Andriko Noto Susanto

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Provinsi NTT memamerkan 7 bendungan yang mampu menampung lebih dari 10 juta kubik air. Pemerintah mengklaim bendungan itu bisa membantu petani di NTT. 

Penjabat Gubernur NTT Dr. Andriko Noto Susanto mengatakan, optimalisasi pemanfaatan infrastruktur sebagai dukungan penunjang produktivitas ketahanan pangan di NTT. 

”Provinsi NTT saat ini dibangun 7 bendungan dengan volume tampung air masing-masing diantaranya Bendungan Tilong (19 Juta M3), Raknamo (14,09 Juta M3), Rotiklot (3,3 Juta M3), Napung Gete (11,22 Juta M3), Temef (44,9 Juta M3), Manikin (28,2 Juta M3), Lambo Mbay (51,7 Juta M3). Ini tentunya sangat membantu masyarakat terutama dibidang pertanian,” katanya Minggu 13 Oktober 2024.

Sejumlah bendungan yang ada akan dioptimalkan penggunaannya untuk irigasi sampai pada lahan pertanian di masyarakat.

Bendungan itu dibangun tidak saja  infrastruktur primer tapi diikuti dengan infrastruktur sekunder dan tersier berupa saluran distribusi sampai ke lahan pertanian milik masyarakat. 

Menurut Andriko itu sangat penting agar pemanfaatan bendungan bisa maksimal. 

Semua bendungan ini perlu ada pengelolaan dan perawatan secara rutin sehingga air yang ditampung tetap dalam jumlah yang besar. 

"Saluran pipa dari bendungan sampai lahan harus lancar agar pengairan tetap berjalan dengan baik,” kata Andriko.

Dia menjelaskan, Provinsi NTT ini memiliki cakupan geografis yang beraneka ragam mulai dari daerah wilayah yang datar, dan berbukit serta gunung.

Selain itu curah hujan cukup rendah menyebabkan minimnya ketersediaan air untuk produktivitas pangan. 

Sehingga sangat penting untuk dibangun infrastruktur seperti bendungan ataupun embung atau waduk untuk menjaga atau meningkatkan kapasitas ketersediaan air untuk pengairan hingga peningkatan produktivitas pangan.

Baca juga: Jokowi Sebut Pembangunan Bendungan Terbanyak di NTT

”NTT ini sangat berpeluang untuk produktivitas sektor lahan kering. Pemanfaatan lahan kering sangat bisa dilakukan asalkan dengan ketersediaan air yang cukup yaitu dengan membuat embung yang tersebar di setiap wilayahnya. Manfaatnya sangat besar karena bisa menampung air hujan ataupun bisa menggunakan aliran sungai,” ujarnya. 

Di samping itu, strategi yang baik harus bisa mencetak lahan pertanian. Jika lahan sawah ini infrastruktur irigasinya adalah bendungan sedangkan lahan kering infrastruktur irigasinya adalah embung yang disesuaikan dengan kebutuhan luas lahan. 

Andriko juga menjelaskan, bendungan dengan biaya pembangunan yang besar tidak semata untuk irigasi saja tetapi juga membawa nilai ekonomi yang lain seperti pemanfaatannya untuk budidaya ikan air tawar bahkan nilai pariwisata. 

”Seperti bendungan Temef yang belum lama ini diresmikan Presiden Jokowi, sudah ada nilai pariwisata karena ada beberapa spot menarik disana. Air tawar bendungan juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar untuk menambah nilai ekonomi lain serta menjadi sarana distribusi air bersih bagi masyarakat,” katanya. 

Perbandingan perubahan dari adanya bendungan adalah pada tingkat produktivitas pertanian dan juga jumlah lahan yang bertambah.

Tolak ukur akhir dari optimalisasi pemanfaatan infrastruktur bendungan, kata dia, adalah tingkat produktivitas panen yang meningkat dan juga luas lahan yang bertambah luas dari luas lahan sebelumnya. 

"Misalnya sebelum ada bendungan masyarakat hanya bisa panen satu kali saja selama 1 tahun, kini dengan adanya bendungan maka bisa panen 2 kali bahkan 3 kali setahun," tambah dia. 

Selain itu luas lahan juga akan bertambah dengan pemanfaatan air yang melimpah yang juga berpengaruh pada hasil panen yang beraneka ragam. 

Dia mengatakan, luas lahan kalau bertambah maka bisa ditanam dan panen yang aneka ragam seperti jagung, kedelai, dan sorgum serta umbi-umbian juga sayur dan buah.

Sisi lain, pentingnya pembinaan petani untuk peningkatan kapasitas SDM. 

”Program pemberdayaan masyarakat tetap dibutuhkan misalnya untuk pemberdayaan kelompok tani, perencanaan kelompok tani dan pemanfaatan lahan serta air yang ada dari pembangunan bendungan,” kata Andriko.

Selain itu juga pemerintah dan semua pihak juga harus membantu perlu menyiapkan off takernya. Paling tidak perlu ada area pasar agar hasil produksi bisa terserap. 

Sebab, setiap petani menginginkan hasil panen dapat dijual dengan harga yang sesuai keinginan petani itu sendiri. Untuk mendukung hal itu, saat ini Pemprov NTT bersama kepala daerah di NTT menyiapkan Perda sebagai bentuk komitmen mendukung Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2024 Tentang Penganekaragaman Pangan Berbasis Potenssi Sumber Daya Lokal. 

"Ini juga akan membantu terserapnya hasil panen Petani dalam hal ini pemanfaatan sumber daya lokal. Jadi ada peningkatan daya beli masyarakat terhadap pangan lokal dan sebaliknya juga memberikan manfaat ekonomi bagi para Petani lokal.” kata Andriko. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved