Berita Flores Timur
Atap Rusak Parah Bikin Proses KBM di SDI Wolorona Flores Timur NTT Tak Efektif
Kita sudah kirim tadi. Besar harapan semoga secepatnya ada respon balik, agar kami tidak kesulitan melaksanakan KBM
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Kesan memprihatinkan saat melihat siswa dan guru Sekolah Dasar (SD) Inpres Wolorona yang tak leluasa melaksanakan Kegiatan Belajar mengajar (KBM) di tengah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Jumat, 11 Oktober 2024 pagi.
Sekolah yang terletak di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini memiliki 166 murid dan 15 guru.
Sudah beberapa bulan proses KBM tidak berjalan efektif lantaran ruang kelas disasar abu vulkanik dari gunung yang hingga kini masih bertatus Level III (Siaga).
Abu vulkanik bercampur pasir halus jatuh dan melanda SD Inpres Wolorona hingga menyebabkan atapnya bocor. Bahkan Halaman sekolah yang dulunya asri kini berubah drastis. Nyaris tak ada udara segar, yang ada hanyalah aroma belerang.
Baca juga: Timor Leste Konsultasi dengan Perusahaan Tiongkok Soal Proyek Gas Greater Sunrise
Theresia Bali (59) terpaksa menghentikan sementara proses KBM lantaran kelasnya dihujani belerang bercampur pasir halus. Guru Kelas II itu mengarahkan muridnya untuk melindungi kepala mereka dengan buku tulis.
"Aduh, abu turun lagi. Anak-anak cepat tutup kepala. Gunung Lewotobi Laki-laki barusan erupsi," tutur Theresia sambil menatap ke arah atap kelas yang sudah bocor bahkan terbuka lebar itu.
Semua siswa kompak meletakkan buku tulis di atas ubun-ubun kepala. Sesekali mereka mengebas belerang yang melumuri pakian seragamnya. Belerang terlihat jelas apabila sinar matahari menerangi kelas.
Beberapa saat berselang, perabot dalam kelas berubah warna abu-abu. Meja, kursi, dan lantai dibalut abu vulkanik yang masuk melalui celah atap yang bocor. Para siswa beranjak dari tempat duduk, mengambil sapu dan potongan kertas lalu membersihkan meja dari paparan abu.
Semua atap pada bangunan sekolah itu rusak berat. Endapan belerang sejak erupsi pertama di bulan Desember 2023 hingga Oktober 2024 melululantahkan seisi ruangan.
Tidak ada lagi tempat belajar yang nyaman. Meski demikian, mereka tetap bertahan meski dalam keadaan rentan terserang penyakit. Tak sedikit siswa dan guru yang mengalami batuk keras.
Empat siswa Kelas II berusia 8 tahun, Jeson Puhun, Ovin Punang, Real Nunang, dan Sari Go'o, duduk termenung. Sementara sesama teman kelasnya memandu wartawan melihat semua atap sekolah yang terbuka lebar bak tersayat benda tajam itu.
"Setiap hari kami belajar di kelas, tapi setiap hari Gunung Lewotobi Laki-laki bawa belerang ke dalam kami punya sekolah, kami semakin susah belajar," kata Sari dan tiga temannya itu saat diwawancara. Mereka menjawab dengan bahasa polos seperti anak SD umumnya.
Sari berkata, sebelum dan sesudah jam sekolah, para siswa selalu membersihkan ruangan kelas. Sebab jika dibiarkan lama, maka kelasnya semakin motor dan mereka akan mengirup aroma yang lebih menyengat.
Dia gusar dengan kondisi seperti itu. Warga sekolah bertahan di bawah atap yang sudah bocor. Abu vulkanik masuk melalui celah-celah seng membuatnya tak nyaman bahkan kehilangan semangat belajar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.