HUT Ke 79 TNI

HUT Ke-79 TNI 5 Oktober, 1.500 Drone Akan Menghiasi Langit Jakarta

Kehadiran drone atau pesawat nirawak memperlihatkan kesiapan TNI menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk perang nonkonvensional di masa depan.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
Pesawat nirawak Camcopter S-100 buatan Austria yang dimiliki oleh Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) sedang terparkir di Silang Monas Jakarta, Jumat (4/10/2024). Pesawat nirawak tersebut akan dipamerkan dalam parade dalam rangka perayaan HUT ke-79 TNI. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - "Akrobat” 1.500 drone milik TNI, menurut rencana, bakal menjadi salah satu daya tarik saat puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-79 TNI yang digelar di Lapangan Silang Monas, di Jakarta, Sabtu (5/10/2024).

Kehadiran drone atau pesawat nirawak memperlihatkan kesiapan TNI menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk perang nonkonvensional di masa depan.

Tak hanya bermanuver di udara, pantauan Kompas di Lapangan Silang Monas, Jumat (4/10/2024), sejumlah drone milik TNI ikut dipamerkan. Tiga unit drone atau UAV vertical take-off and landing Poseidon H6, misalnya. Pesawat nirawak yang belum lama diakuisisi TNI tersebut digunakan untuk kepentingan pengintaian jarak jauh.

DRONE KAMIKAZE_01
Sekelompok drone kamikaze membentuk formasi dalam geladi bersih Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 TNI di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).

Kemudian terlihat pula beberapa pesawat nirawak jenis lain. Salah satu yang menarik perhatian adalah pesawat nirawak Camcopter S-100 buatan Austria yang dimiliki oleh Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal). Schiebel Camcopter S-100 diklaim mampu terbang hingga 10 jam dan memiliki kecepatan maksimum hingga 220 kilometer per jam dengan ketinggian terbang maksimum 5.500 meter.

Menurut prajurit TNI AL yang enggan namanya disebut, pesawat berbentuk helikopter tersebut tidak banyak jumlahnya di Indonesia. ”Drone ini untuk kepentingan surveillance,” kata prajurit tersebut.

Pada perayaan HUT TNI ini, kata prajurit tersebut, TNI AL juga membawa pesawat nirawak ScanEagle buatan Amerika Serikat yang diklaim mampu terbang setinggi 5.943 meter dan bertahan di udara selama 24 jam. Pesawat nirawak itu disebutnya sudah terbukti tangguh dalam melakukan tugas pengintaian. Namun, pada saat Kompas hendak melihat, drone tersebut sudah tersimpan di dalam peti dan perlu waktu untuk merakitnya.

Di bagian lain, terdapat drone yang juga hendak dipamerkan dalam ajang perayaan HUT TNI. Namun, saat dilihat, drone tersebut dalam kondisi terbungkus. Dalam geladi bersih, TNI juga menurunkan drone kamikaze maupun drone serang.

Dari catatan Kompas, TNI juga mengoperasikan CH-4 buatan China yang merupakan drone tempur berjenis medium altitude long endurance (MALE) dengan satelit Beyond Line of Sight (BLOS). Terakhir, terdapat drone buatan dalam negeri bernama Elang Hitam yang juga berjenis MALE dan mampu terbang di ketinggian sekitar 9.000 meter.

Baca juga: Perayaan HUT ke-79 TNI, Semua Pintu Masuk Menuju Monas Dibuka

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Hariyanto mengatakan, acara puncak HUT TNI besok melibatkan sekitar 100.000 prajurit TNI serta 1.059 alutsista yang akan ditampilkan saat defile. Alutsista dari tiga matra akan ditampilkan, termasuk kapal laut.

Menurut Penanggung Jawab Demonstrasi Gabungan HUT TNI Marsekal Muda Ronald Kasenda, pertunjukan kapal laut akan dilakukan secara terpisah di markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Jakarta. Kapal-kapal akan sailing pass yang bisa disaksikan lewat Videotron.

Donald mengatakan, ada lima brigade upacara yang akan defile, mulai dari pasukan berkuda, drum band taruna akademi, hingga kekuatan pasukan TNI AD, AL, AU, termasuk komponen cadangan. Drone akan ditampilkan dalam defile tersebut.

”Ada drone yang akan kita tampilkan. Sebelum acara defile akan ditampilkan terjun payung, ada 200 penerjun,” kata Donald.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (Isess) Khairul Fahmi berpandangan, peran drone untuk kebutuhan militer semakin krusial. Drone memiliki keunggulan tersendiri karena dapat menjalankan berbagai tugas, seperti pengintaian, melakukan serangan presisi, sampai memberikan dukungan logistik.

Selain itu, dalam konflik modern berupa perang asimetris atau melibatkan kekuatan yang tidak seimbang, drone dapat menekan risiko jatuhnya korban jiwa personel militer di lapangan.

Dari pengalaman perang yang terjadi di beberapa tempat, penggunaan pesawat nirawak dapat menjadi game changer karena bisa menghancurkan alutsista berat dan mahal, seperti tank, kendaraan lapis baja, sampai artileri.

”Tidak perlu menerjunkan orang karena bisa dikendalikan dari jauh, hingga bisa menjangkau lokasi yang sulit. Operatornya tidak ditempatkan dalam posisi berbahaya secara langsung,” tutur Khairul.

Menurut Khairul, drone sangat diperlukan untuk melakukan pengawasan di Indonesia. Sebab, kondisi geografis Indonesia sangat luas dan banyak lokasi yang sulit diakses. Dengan drone, aparat keamanan dapat merespons secara cepat terhadap potensi ancaman yang muncul.

Oleh karena itu, lanjut Khairul, TNI sudah seharusnya dilengkapi dengan beberapa jenis pesawat nirawak sesuai kebutuhan yang berbeda-beda. Sebab, sebagai negara kepulauan terbesar dengan perbatasan yang harus diawasi sangat luas, Indonesia juga menghadapi potensi konflik, khususnya di Laut China Selatan.

Penggunaan drone dinilai penting karena operasi pengawasan maupun penegakan hukum menjadi sangat efisien. Namun, Khairul berharap agar drone lebih banyak dikembangkan oleh industri pertahanan nasional, bukan mengandalkan pembelian dari luar negeri. (kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved