Wisata NTT

Wisata NTT, Mengenal Tradisi Tahunan Sikka NTT , Ule Nale yang Tak Boleh Diikuti Ibu Hamil

Kabupaten Sikka memiliki adat dan tradisi yang masih terjaga hingga kini.  Salah satu adalah  Ule Nale

|
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Via Kompas.com
Warga Sikka sedang berburu ule nale di pesisir pantai di Desa Sikka 

POS KUPANG.COM -- Kabupaten Sikka memiliki adat dan tradisi yang masih terjaga hingga kini. 
Salah satu adalah  Ule Nale  yang tak boleh diikuti ibu hamil. Tradisi masih terjaga hingga kini.
Dan, Ule Nale  merupakan tradiri berburu hewan laut saat air laut surut .

Seperti biasanya, ratusan warga memadati pesisir pantai di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu.
Mereka berbondong bondong menyusuri kolam-kolam kecil yang berada pesisir pantai itu sembari berburu ule nale.

 Dalam bahasa setempat ule berarti cacing dan nale berarti cacing. Ule nale artinya cacing laut. 

Berburu ule nale sudah menjadi tradisi tahunan warga Sikka. Sebab, cacing laut ini hanya muncul sekali dalam setahun. 

Baca juga: Wisata NTT, Gua Alam Keajaiban Karya  Alam yang Spektakuler di Sumba Tengah

Ukuran ule nale sangat bervariasi, ada yang besar, ada pula yang kecil. Untuk ukuran yang kecil bisa ditangkap menggunakan kelambu atau jaring. 

Sementara yang besar bisa ditangkap dengan tangan. Namun, harus pelan karena ule nale bisa hancur. 

Ule nale atau cacing laut yang sudah ditangkap 1
Ule nale atau cacing laut yang sudah ditangkap

Ule nale yang muncul Saat Bulan Gelap Wilda, warga setempat mengatakan, Ule nale biasanya muncul saat bulan gelap, yang ditandai dengan aroma bau amis dari laut.

 "Kalau aromanya mulai terasa itu berarti ule nale muncul. Banyak warga mulai berdatangan untuk berburu," ujar Wilda. 

Konon kata Wilda, saat musim ule nale warga menggunakan obor sebagai penerangan. Namun, seiring perkembangan jaman, banyak yang menggunakan senter atau lampu handphone.

 "Perlahan-lahan kesan tradisionalnya sudah mulai berkurang. Tetapi setiap tahun masih dilakukan," ujarnya. 

la menjelaskan, setelah ditangkap, ule nale disimpan di wadah. Selanjutnya, tidak perlu dicuci tetapi langsung dimasak. 

Baca juga: Wisata NTT, Spot Baru Taman Wisata  Langit Gelap dan Observatorium Timau di Kabupaten Kupang

Karena kalau dicuci ule nale akan hancur, dan mencair. Pantangan dalam tradisi Ule Nale Warga lain, Hendrikus mengatakan, ule nale biasanya muncul minggu ketiga Pra Paskah atau Jalan Salib ketiga di bulan Maret atau April setiap tahun. 

Meski demikian, tradisi ini mempunyai pantangan yang harus dipatuhi oleh semua warga. Hendrikus menjelaskan, ketika ule nale hendak muncul, perempuan yang sedang hamil dan suaminya tidak boleh berdiri di tepi pantai. 

Termasuk perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Bila pantangan ini dilanggar, maka ule nale akan hilang dengan sendirinya. 

"Mereka dilarang berdiri di pinggir laut atau mencoba menangkap ule nale. Karena ule nale pun akan hilang atau berubah menjadi air sehingga tidak bisa ditangkap lagi," ucapnya.

Ikuti berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS 

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved