Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Sabtu 3 Agustus 2024, Menghormati Allah dan Menaati Firmannya

harus merespons kepada Allah untuk memenuhi panggilan dalam hubungan dengan-Nya secara pribadi tanpa ada allah yang lain.

Editor: Rosalina Woso
DOK PRIBADI
Pdt. Frans Nahak, M.Th 

Oleh: Pdt. Frans Nahak, M.Th

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Sabtu 3 Agustus 2024, Menghormati Allah dan Menaati Firmannya

(Keluaran 20:1-17)

Apakah ada anak yang menganggap pekerjaan dan aturan-aturan yang berlaku dalam rumahnya sendiri sebagai sebuah beban? Bagi Saya tidak, sebab anak itu lahir, bertumbuh dan dibentuk dalam keluarga. Aturan dalam rumah merupakan standar yang berlaku dalam rumah itu dan diikuti anggota keluarga di dalam rumah tersebut. Jika Anda dan Saya merasa terbeban berarti bukan seorang anak dari dalam rumah.

Anda dan saya menyetir sepeda motor diwajibkan untuk tertib berlalu lintas, salah satu syaratnya harus menggunakan helm standar. Dalam perjalanan Anda dan Saya harus menaati aturan lalu lintas: apakah hal itu merupakan sebuah beban? Aturan lalu lintas berlaku bagi setiap pengendara. Aturan untuk menjaga keselamatan kita, keselamatan sesama dan juga tidak mengganggu orang lain.

Secara garis besar kita membagi bacaan dalam beberapa pokok:

Pertama, Kesepuluh Perintah Allah dikenal juga dengan kesepuluh Firman. Perintah-perintah ini singkat dan jelas, yang meringkaskan tuntutan-tuntutan hukum serta mewakili hukum moral. Kemudian membedakannya dari hukum sipil atau hukum ritual. Namun, perlu diingat bahwa kesepuuh hukum ini, muncul setelah hubungan Israel dengan Allah telah terjalin.

Baca juga: Renungan Harian Kristen, Berpegang Teguh pada Kebenaran 

Pemberian Sepuluh Perintah itu adalah merupakan suatu babak pembukaan yang menunjukkan bahwa Israel “telah” diselamatkan melalui hubungan pribadi dengan Allah, yang ditunjukkan melalui pernyataan: “Akulah Tuhan…”(Kel. 20:2). Dalam Kel. 20:2-6, Allah menyebut diri-Nya dalam bentuk orang pertama tunggal (Aku), sedangkan dalam Kel. 20:7-17 sebutan untuk Allah dinyatakan dalam bentuk kata ganti atau orang ketiga tunggal (Dia/Nya).

Josephus, menyatakan bahwa dari sepuluh hukum ini, bagian pertama berisi lima perintah yang secara eksklusif berhubungan dengan bangsa Israel, sementara kedua berisi lima perintah yang sifatnya universal. Ayat 7-17 kita dapat membagi lagi menjadi dua bagian, yaitu ay. 7-11 meliputi perintah-perintah yang berhubungan dengan keagamaan, dan ay. 12-17 menyangkut masalah-masalah sekuler.

Kedua, kalimat yang menyatakan bahwa “yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan”, menjadi suatu rumusan yang luar biasa di dalam Alkitab dan muncul nantinya sebanyak seratus dua puluh lima kali. Dengan pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa “anugerah” muncul sebelum perintah, hukum, ataupun kewajiban lainnya. Dan juga Allah berfirman kepada seluruh umat Israel secara kolektif sebagai bangsa sekaligus kepada setiap individu.

Tuhan Allah sendirilah yang telah memilih mereka dan membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain yang ada di muka bumi. Dengan demikian mereka harus merespons kepada Allah untuk memenuhi panggilan dalam hubungan dengan-Nya secara pribadi tanpa ada allah yang lain.

Kebebasan yang Allah berikan pada Israel adalah kebebasan untuk menyembah-Nya (Kel 4:23). Oleh karena itu, orang Israel melakukan dengan ucapan syukur atas apa yang telah Allah lakukan pada mereka. Tuhan telah memilih dan melepaskan umat-Nya dari tuan yang lain (Mesir), karena itu Dia menuntut kesetiaan mereka kepada-Nya tidak bercabang.

Ketiga, Ayat 3 “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” merupakan dasar semua perintah yang lain. Pernyataan mengenai tuntutan untuk tunduk dan menyembah hanya kepada TUHAN. Melanggar perintah ini berarti menyangkali seluruh hubungan perjanjian. Di sini terdapat tuntutan kesetiaan kepada Allah. Bahkan loyalitas menjadi pusat seluruh kehidupan serta kelakuan mereka. Mereka beribadah kepada Tuhan saja dan dilarang beribadah kepada allah lain. Perintah ini diperintahkan kepada Israel untuk membangun suatu hubungan yang khusus antara diri-Nya dengan umat-Nya.

Perintah Allah bukan dimaksudkan untuk membangun hubungan dengan Tuhan, sebaliknya Perintah Allah dimaksudkan untuk mengatur hubungan Israel dengan Allah dan sesama. Selain itu, Sepuluh Perintah juga dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi mereka yang telah “diselamatkan.” Perjanjian Israel dengan Allah tidak terjadi karena mereka baik, karena sesungguhnya, mereka adalah orang yang keras kepala (Ul. 9:6). Perjanjian itu juga tidak dilakukan karena mereka hebat, tetapi semata-mata karena Allah mengasihi mereka (Ul. 7:7-9). Hubungan itu sendiri menyangkut anugerah bukan hukum.

Keempat, Perintah sebagai suatu anugerah kasih setia Tuhan. Sebagai tanda bukti bahwa Ia memelihara umat-Nya. Kemudian hari muncullah Torah, yang dibagi dengan berbagai cara, sesuai dengan bentuk kesusastraannya. Mengenai isinya, terdapat tiga golongan hukum-hukum dan perintah-perintah. Pertama, dekalog atau Sepuluh Perintah, yakni kesepuluh perintah Tuhan. Kedua, misypatim, yakni undang-undang hukum sipil yang mengatur kehidupan umat Tuhan sebagai ”warganegara” (peraturan-peraturan tentang janda dan yatim piatu, orang-orang miskin, budak belian, orang-orang asing, orang-orang sakit). Ketiga, khuqqim, yakni undang-undang yang berisi ketetapan-ketetapan tentang kebaktian.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved