Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Sabtu 22 Juni 2024, Melibatkan Tuhan dalam Perencanaan
perjalanan kita di tahun ini karena melibatkan Tuhan. Yakinlah, bahwa orang yang kerja keras dan melibatkan Tuhan pasti akan berhasil.
Oleh: Pdt. Frans Nahak, S.Th
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Sabtu 22 Juni 2024, Melibatkan Tuhan dalam Perencanaan
YAKOBUS 4:13-17
Eka Damaputera memberikan sebuah ilustrasi yang menarik. Damputera memulai dengan pertanyaan: kalau hidup manusia itu diibaratkan sebagai kertas, ketika kita lahir kertas seperti apa yang kita peroleh? Apakah kertas putih polos, tidak ada coretan apa pun?
Artinya kita mempunyai kebebasan untuk sepenuhnya untuk menulis, menggambar apa saja di kertas tersebut sesuai dengan kehendak kita. Atau kertas yang kita peroleh adalah kertas yang sudah penuh, tidak bisa kita tulis apa-apa lagi, isinya Cuma perintah yang sudah tidak bisa dibantah: petunjuk jalan yang kita harus lalui atau semacam daftar belanja harus kita beli? Kedua-duanya tidak.
Bagi Damaputera, manusia itu lahir seperti kertas kosong tetapi juga tidak kosong sepenuhnya. Dia seperti kertas ujian. Isinya adalah pertanyaan-pertanyaan. Dan kitalah yang menulis sendiri di atas kertas itu, jawaban kita atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Bebas, Anda boleh menulis apa saja di atas kertas itu. Tetapi Anda akan dinilai lulus atau tidak lulus berdasarkan jawaban apa yang Anda tulis. Tetapi, kalau Anda mau lulus apa yang Anda tulis itu sudah ada arahan yang ditentukan. Dan arahan itu bukan Anda yang menentukan, tetapi Tuhan.
Misalnya Anda tidak bisa mengarang cerita pendek sendiri di atas kertas itu. Jawaban sudah ditentukan dan dibatasi oleh pertanyaan. Nasib itu ada atau tidak? Toh, hidup tidak sepenuhnya tergantung pada nasib dan juga jangan menggantungkan secara salah kepada Tuhan.
Secara eksplisit, Yakobus adalah penulis surat Yakobus, sebagai penanda bahwa penulis surat ini bukan anonim. Surat ini merupakan bagian dari surat umum atau am, karena ditujukan kepada “dua belas suku di perantauan” (1: 1) yang bersifat umum.
Surat Yakobus memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan kebanyakan surat-surat dalam Perjanjian Baru. Surat ini tidak banyak membahas hal-hal yang bersifat teologis, sebagaimana yang sering dilakukan Paulus di dalam surat-suratnya. Surat ini juga sama sekali tidak mengaitkan tulisannya dengan kematian dan kebangkitan Yesus, padahal di awal surat, Yakobus mengklaim dirinya sebagai hamba Yesus Kristus.
Yakobus lebih menekankan nasihat praktis dan hikmat kepada para pembacanya, sehingga ketika kita membacanya, nuansa yang dihadirkan sama seperti ketika kita membaca ajaran-ajaran Yesus yang terdapat dalam Injil.
Yakobus 4:13-17 merupakan satu bagian yang utuh dan tak terpisah dengan bagian (perikop) yang lainnya. Kita dapat membaginya sebagai berikut:
Pertama, orang yang melakukan perencanaan merupakan orang yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Oleh karena itu, setiap manusia seharusnya meletakkan setiap rencana dan tindakan pada kehendak Allah. Kehendak Allah bersifat otoritatif, sehingga perlawanan terhadap kehendak Allah dapat membuat seseorang berdosa dan tidak berhasil. Sebaliknya, ketaatan pada kehendak Allah dapat bermuara pada keberhasilan.
Manusia itu terbatas dalam melihat masa depan. Mengapa? Karena kefanaan manusia. Ayat 14 ditegaskan bahwa manusia seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Manusia adalah makhluk yang terbatas dan rapuh, dan kehidupan manusia adalah misteri. Di dalam sense ini, manusia dinasihatkan untuk meletakkan agenda pribadi di bawah kehendak Allah sehingga manusia hanya berkata, “Jika Tuhan menghendakinya”.
Kedua, kesejajaran yang lain adalah kesejajaran bentuk perencanaan. Frasa-frasa “berangkat ke kota anu”, “tinggal di sana setahun”, “berdagang”, dan “mendapat untung” dalam ayat 13 merupakan bagian yang sejajar dengan frasa-frasa “kami akan hidup” dan “dan berbuat ini dan itu” yang terdapat dalam ayat 15.
Kesejajaran ini menunjukkan relasi antara perencanaan dengan keberhasilan. Hal ini kemungkinan besar menjelaskan pemikiran penulis yang ingin memberikan pesan jika selandainya orang-orang tersebut sempat berkata: “Jika Tuhan menghendakinya”, maka rencana untuk “berangkat ke kota anu”, “tinggal di sana setahun”, “berdagang”, dan “mendapat untung” akan mendapat restu Tuhan atau dengan kata lain akan berhasil.
Ketiga, adalah sebuah kecongkakan jika manusia merencanakan segala sesuatu namun tidak mendoakan (membawa ke hadapan Tuhan) dan tidak berkata “jika Tuhan menghendakinya” . Bagi penulis, itu adalah sebuah kesalahan (ay. 16). Ayat 17 terkesan terlepas, berdiri sendiri, namun jika kita memperhatikannya, penulis hendak mengatakan bahwa adalah dosa jika manusia mengandalkan kecongkakannya. Kebaikan dalam bacaan ini adalah melibatkan Tuhan dalam setiap rencana dan berkata “jika Tuhan menghendaki, kami akan berbuat ini dan itu”.
Renungan
Pertama, Tuhan menghendaki untuk kita memiliki perencanaan sebelum melakukan kegiatan. Sebab kegagalan disebabkan karena kita tidak memiliki rencana kerja dan target yang mau dicapai. Kita jangan hanya pasrah pada keadaan atau nasib tapi menaruh rencana kerja kita kepada Tuhan.
Sebab hidup itu tidak seperti kertas putih polos yang sesuka hati kita menulis dan menggambarnya, dan juga bukan seperti kertas yang sudah terisi penuh dengan tulisan, ada perintah dan peraturan yang manusia hanya mengikuti dan menjalankan.
Manusia bukan sebuah robot. Tetapi seperti kata Eka Damaputera, hidup ini seperti kertas putih yang ada tulisan dalam bentuk pertanyaan. Silakan mengisinya di tahun yang baru. Anda dan saya mengisi pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan jawabannya dan yang menilai Anda adalah Tuhan. Jawaban-jawaban adalah berdoa, upaya dan kerja keras kita untuk menggapainya.
Orang yang berhasil adalah orang memiliki rencana dalam hidupnya dan agenda kerjanya. Sebagai orang tua, apa rencana kerja kita untuk tahun ini? Misalnya mau bangun rumah bagi belum memiliki rumah, buat kebun, tanam ini dan itu, pelihara ternak untuk sekolah anak-anak, menabung, dst.
Sebagai mahasiswa apa rencana tahun ini? Sebagai pemuda/I apa rencana tahun ini dan bagaimana caranya untuk mengapai rencana ini. Bawalah rencana-rencana ini kepada Tuhan di awal tahun baru ini.
Sebuah kesombongan, jika kita berkata “pasti berhasil” tanpa melibatkan Tuhan. Dari Firman ini kita belajar bahwa keberhasilan dalam usaha dan perjalanan kita di tahun ini karena melibatkan Tuhan. Yakinlah, bahwa orang yang kerja keras dan melibatkan Tuhan pasti akan berhasil.
Kedua, manusia itu memiliki keterbatasan, karena itu menggantungkan semua harapan kepada Allah yang tidak terbatas itu. Allah tahu apa yang sedang terjadi dan akan terjadi ke depan. Tuhan tidak akan membiarkan dan mengecewakan anak-anaknya yang menggantungkan harapan kepada-Nya. Dia punya banyak cara untuk menolong kita.
Ketiga, ketika manusia berbicara tentang rencananya, ide dan konsepnya lalu dia mengandalkan kemampuannya dan kekuatannya untuk menggapainya adalah sebuah kesombongan dan kesombongan adalah dosa.
Kita diminta oleh firman Tuhan untuk menjalani hidup rencana dan kerja dengan kerendahan hati. Orang yang rendah hati ketika usahanya berhasil dia berkata, “bukan karena saya tetapi karena Tuhan”. Amin. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.