Kesehatan
Demam Lassa Mewabah, 156 Meninggal di Nigeria
Penyakit demam berdarah karena infeksi virus lassa atau demam lassa terus mewabah. Di Nigeria sedikitnya 156 orang meninggal dunia sejak awal 2024.
POS-KUPANG.COM - Penyakit demam berdarah karena infeksi virus lassa atau demam lassa terus mewabah. Di Nigeria sedikitnya 156 orang meninggal dunia sejak awal 2024.
Dilansir dari Antara, Jumat (10/5/2024), Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) mencatat, penyakit menular yang mewabah di Nigeria ini telah menyebar di 28 negara bagian, selain ibu kota Abuja.
Selama empat bulan terakhir, otoritas kesehatan Nigeria mencatat sudah ada 857 kasus demam lassa. Tahun lalu, penyakit ini juga membuat angka kematian cukup tinggi. Dari 1.170 kasus demam lassa yang teridentifikasi, terdapat 219 orang yang meninggal akibat penyakit ini.
Apa itu demam lassa? Dinukil dari Kementerian Kesehatan, demam berdarah lassa atau demam lassa adalah salah satu jenis demam berdarah yang disebabkan infeksi virus lassa.
Penyakit ini tergolong zoonosis atau penyakit yang menular ke manusia akibat kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Penyakit ini menular lewat tikus khas Afrika, yakni Mastomys natalensis atau tikus multimammate. Manusia bisa tertular salah satu jenis penyakit demam berdarah ini ketika kontak dengan urine atau tinja tikus tersebut.
Selain itu, demam lassa juga bisa menular dari satu penderita ke penderita lain lewat kontak dengan urine, kotoran BAB, atau darah penderita.
Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk atau sanitasi buruk rentan tertular penyakit yang teridentifikasi sejak 1969 ini.
Demam lassa bisa menyerang berbagai organ vital, seperti hati, limpa, dan ginjal. Virus ini dapat menginfeksi hampir seluruh jaringan tubuh, dimulai dari selaput lendir, usus, paru-paru, sistem urine, dan berkembang ke sistem pembuluh darah.
Terdeteksi di Inggris
Selain terjadi di Nigeria, demam Lassa juga terdeteksi di Inggris pada tahun 2022 lalu pada dua orang di Inggris Timur yang baru saja melakukan perjalanan ke Afrika Barat. Badan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga seera menyelidiki kemungkinan adanya kasus ketiga.
Adapun kasus demam lassa ini merupakan kasus yang dialami oleh keluarga yang sama di Inggris Timur. Kasus demam lassa terakhir kali dideteksi di Inggris sejak 2009.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa sampai saat ini belum ada laporan masyarakat Indonesia yang terkena demam lassa.
"Belum ada laporannya," kata Syahril kepada Kompas.com, Kamis (18/8/2022).
Meskipun begitu, pemerintah tetap memperhatikan perkembangan demam lassa, karena penyakit tersebut merupakan penyakit menular.
"Semua penyakit menular menjadi perhatian. Tapi karena belum banyak menyebar belum menjadi prioritas utama," jelas Syahril.
Apa itu demam Lassa?
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Demam Lassa adalah penyakit hemoragik yang disebabkan oleh infeksi virus Lassa (LASV). Virus Lassa merupakan virus RNA yang berantai tunggal, golongan arbovirus, genus Arenavirus dan family Arenaviridae.
Virus ini berkembangbiak pada tikus Mastomys, spesies Mastomys Natalensis, umumnya dikenal sebagai tikus multimammate.
Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis yang berarti manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Host atau reservoir dari virus Lassa adalah hewan dari genus Mastomys, spesies Mastomys natalensis umumnya dikenal sebagai tikus multimammate.
Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus Lassa tidak menjadi sakit, tetapi mereka dapat menularkan virus dalam urin dan tinja mereka.

Dikutip dari Euronews, penyakit virus yang disebabkan oleh virus Lassa ini sebagian besar terjadi di Afrika Barat. Demam lassa ditularkan ke manusia terutama melalui makanan maupun barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi oleh urin dan kotoran tikus yang terinfeksi.
Gejala Demam Lassa
Gejala demam Lassa Masa inkubasi Demam Lassa, yakni sekitar 6-21 hari. Penyakit tersebut timbul dengan gejala bertahap, yakni:
- Demam
- Badan lemas dan lesu
- Tidak enak badan
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Nyeri otot
- Dada terasa sakit
- Mual
- Muntah
- Diare
- Batuk
- Sakit perut
Pada tahap lanjut, penyakit ini bisa menyebabkan beberapa gejala parah, seperti wajah bengkak, paru-paru terisi cairan, muntah darah, mimisan, BAB berdarah, dan tekanan darah drop.
Penderita yang selamat dari penyakit ini bisa mengalami gangguan pendengaran sampai tuli. Kondisi ini baru bisa pulih selang satu sampai tiga bulan.
Pada masa pemulihan, penderita biasanya mengalami rambut rontok dan gangguan berjalan.
Mengingat gejala demam lassa tidak spesifik dan terkadang mirip dengan penyakit infeksi lain, setiap orang perlu waspada terhadap penyakit ini. Terutama untuk orang yang merasakan gejala demam lassa dan baru kembali dari Nigeria atau wilayah Afrika Barat, yang menjadi tempat wabah penyakit ini.
Bagaimana cara penularan demam Lassa?
Manusia biasanya terinfeksi virus Lassa dari paparan air seni atau kotoran yang terinfeksi tikus Mastomys. Virus Lassa juga dapat menular antar manusia melalui kontak langsung dengan darah, urine, feses, atau sekresi tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi Demam Lassa. Tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung penyebaran virus Lassa melalui udara antar manusia. Penularan dari orang ke orang terjadi pada pasien yang sedang dalam perawatan kesehatan, di mana virus dapat menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik yang digunakan kembali.
Treatment demam Lassa
Obat antivirus ribavirin tampaknya menjadi pengobatan yang efektif untuk Demam Lassa jika diberikan pada awal perjalanan penyakit klinis. Tidak ada bukti untuk mendukung peran ribavirin sebagai pasca-paparan pengobatan profilaksis untuk Demam Lassa.
Saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan Demam Lassa.
Apakah demam Lassa adalah sesuatu yang mengkhawatirkan? Kepala Penasihat Medis di UKHSA menilai, demam Lassa bukanlah penyakit yang mudah menyebar dan jarang terjadi.
"Risiko keseluruhan (penularan) untuk masyarakat sangat rendah," kata Penasihat Medis di UKHSA Dr Susan Hopkins. Ia menyebut virus bisa menyebar antar manusia, tetapi hanya melalui cairan tubuh. Di Inggris, sebelum kasus yang terjadi baru-baru ini, total hanya ada delapan kasus di Inggris sejak tahun 1980. Adapun kasus infeksi serius dari kasus-kasus itu hanya ada satu kasus dengan kematian yang terjadi dalam 14 hari.\
(Kompas.com)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Pemerintah Akan Bangun 32 Rumah Sakit Baru dan Tingkatkan 66 RSUD |
![]() |
---|
Pakai Robot, Operasi Jarak Jauh Bali-Jakarta Berhasil Dilakukan pada Pasien Kista Ginjal |
![]() |
---|
Masyarakat Diminta Pilih Vaksin Produksi Lokal Meski AstraZeneca Tak Ditarik |
![]() |
---|
Mengenal Penyakit Scabies dan Pengobatannya |
![]() |
---|
Sedikitnya 450 Anak di 20 Negara Saat Ini Menderita Hepatitis Akut Misterius |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.