Destinasi Wisata

Kampung Adat Wologai, Destinasi Wisata Penyangga TN Kelimutu dengan Cita Rasa Kopi Wologai

Kampung Adat Wologai juga terkenal sebagai kampung penghasil Kopi yang cukup terkenal di Kota Ende dengan branding Kopi Wologai.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR
Kampung Adat Wologai, Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT, Senin, (9/10/2023), termasuk ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara. 

POS-KUPANG.COM - Tidak hanya kampung adat Saga yang menjadi alternatif wisata di Taman Nasional Kelimutu yang terkenal dengan Danau Tiga Warna Kelimutu.

Ada juga Kampung Adat Wologai yang merupakan salah satu obyek wisata budaya yang terletak di Desa Wologai, Kecamatan Detusoko, yang sangat mudah dijangkau karena lokasi kampung adat ini berada di tengah rumah penduduk.

Mosalaki (ketua rumah adat) dan masyarakat yang menetap di Kampung Adat Wologai sebagian besar berprofesi Petani kebun. Hasil kebun yang paling banyak dihasilkan adalah Kopi, Beras, dan Kemiri.

Ketika berkunjung ke Kampung Adat Wologai kita pasti akan melihat Kopi, Gabah, dan Kemiri yang dijemur di atas batuan di depan halaman rumah adat.

Kampung Adat Wologai juga terkenal sebagai kampung penghasil Kopi yang cukup terkenal di Kota Ende dengan branding Kopi Wologai.

Berkunjung ke TN Kelimutu akan lebih sempurna jika menyempatkan berkunjung ke Kampung Adat Wologai.

Usianya 900 Tahun

Para penjelajah yang berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa membeli paket perjalanan wisata kampung adat ke Kampung Adat Wologai di Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT. Kampung Tradisional Wologai ini cukup unik lantaran udah berusia sekitar 900 tahun.

Mosalaki (Pemimpin) Pokok Kampung Adat Wologai sekaligus Ketua Sanggar Puupulepe Mbusu Wologai, Pius Ndewi mengatakan, salah satu bukti sejarah dari usia kampung ini berupa pohon beringin.

"Bukti sejarah dan cerita yang secara turun temurun adalah pohon beringin yang terletak di depan kampung adat yang berusia 900 tahun," kata Ndewi kepada Kompas.com, Senin (9/10/2023).

Adapun ia menuturkan, nama kampung ini terdiri dari dua kata yaitu "wolo" yang berarti bukit, sedangkan "gai" berarti Gelaga sehingga Wologai artinya Bukit Gelaga. Nama ini diberikan oleh leluhur orang Ende Lio.

Baca juga: PLBN Motaain, Destinasi Wisata Perbatasan Indonesia - Timor Leste di Kabupaten Belu

Ndewi melanjutkan bahwa kampung ini tidak hanya dikunjungi wisatawan nusantara (wisnus), tapi juga wisatawan mancanegara (wisman).

Ia pernah memandu wisman asal Jerman dan wisnus asal Jakarta beberapa waktu lalu. "Saya setiap hari memandu wisatawan mancanegara dan Nusantara yang berwisata di Kampung Adat Wologai sekaligus memberikan penjelasan tentang kampung adat yang sudah berusia 900 tahun," ucapnya.

Selain ke kampung ini, biasanya wisatawan juga mengunjungi Danau Tiga Warna (Danau Kelimutu) dan rumah pengasingan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno di Kota Ende.

Memakai pakaian adat Ende Lio

Sebelum wisatawan mengelilingi kampung adat ini, mereka terlebih dahulu memakai pakaian adat bermotif Ende Lio.

Pakaian adat ini terdiri dari dua jenis yakni motif untuk laki-laki dan motif untuk perempuan. "Di sini wisatawan wajib memakai pakaian adat Ende Lio sebelum mengunjungi rumah-rumah adat yang berada di Bukit Gelaga (Wologai)," tuturnya.

Ndewi menjelaskan, wisatawan yang memasuki Kampung Tradisional Wologai harus dipandu oleh anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

Menurut pesan leluhur masyarakat setempat yang diwariskan, setiap wisatawan yang berkunjung wajib menginjak batu leluhur yang terletak di pintu gerbang kampung. Di bawah batu itu diyakini ada kuburan leluhur ribuan tahun silam.

"Anggota Kelompok Sadar Wisata Kampung Wologai sudah mengetahui cerita itu dan wajib bagi wisatawan untuk menginjak batu leluhur tersebut," ucap Ndewi.

Baca juga: Destinasi Wisata Rohani Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Laktutus Kabupaten Belu

Setiap rumah adat di Kampung Wologai, lanjutnya, memiliki cerita-cerita mistis dan menyimpan warisan ritual adat.

"Pemandu dari Pokdarwis selalu mengisahkan cerita-cerita rumah adat bersama warisan yang tersimpan di bagian dalam rumah tersebut. Jikalau wisatawan ingin memasuki rumah adat harus dipandu dan ada penjaga perempuan yang berada di pintu masuk," jelasnya.

Wisatawan tidak hanya bisa menjelajahi kampung, tapi juga mampir ke kedai kopi khas Wologai yang masih ada di dalam lokasi yang sama.

(kelimutu.id/kompas.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved