Prabowo Subianto Yakin Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 8 Persen
Asmo menilai, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah bisa mengandalkan sektor-sektor fundamental yang ada.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Bayang-bayang pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya belum menemukan celah untuk bisa menembus angka 6 persen.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memprediksi, pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 5,06 persen, sementara tahun depan diprediksi lebih tinggi yakni mencapai 5,05 persen hingga 5,15 persen.
Asmo menilai, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah bisa mengandalkan sektor-sektor fundamental yang ada. Seperti industri (Fast Moving Consumer Goods) atau industri yang bergerak di bidang produk konsumen biasanya untuk keperluan sehari-hari.
“Kemudian retail, halp care, education, telekomunikasi, sektor yang di drive oleh kebijakan pemerintah, seperti hilirisasi, yang nanti relatif bisa men-drive,” tutur Asmo sapaan akrabnya kepada awak media selepas konferensi pers Mandiri Investment Forum, Selasa (5/3/2024).
Meski begitu, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut memang tidak mudah. Terdapat tantangan baik itu global dan domestik yang harus dihadapi. Di tingkat global, tensi geopolitik masih belum usai.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang berlangsung pada November 2024 akan banyak mempengaruhi Indonesia dalam beberapa aspek, seperti ekonomi, politik, keamanan, dan pertahanan.
“Kita membayangkan misalnya di akhir tahun presiden AS, diganti jadi Donald Trump misalnya. Ini pernah kita alami di 2018 lalu, ketika terjadi perang antara AS dan China, kemudian China melambat, harga komoditas turun, ini juga membuat pendapatan dari komoditas Indonesia turun,” ungkapnya.
Tantangan lainnya, yaitu terkait penurunan suku bunga global yang masih lambat, yang akan mempengaruhi inflasi global juga menjadi meningkat. Hal tersebut juga yang menyebabkan, Dan kemudian membatasi the fad untuk memangkas suku bunganya.
“Ini risiko yg perlu kita waspadai. Kalau The Fed nggak jadi memangkas suku bunganya, berubah itu semua itungan,” ujarnya.
Asmo juga turut menyinggung alasan Indonesia sulit mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Ia menilai, faktor penyebabnya adalah sektor yang menyerap tenaga kerja terus menurun, peranan sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi juga menurun.
Dalam 10 tahun terakhir, faktor volatilitas global menyebabkan pertumbuhan ekonomi tertahan. Seperti adanya pandemi Covid-19, dan suku bunga global yang relatif tinggi.
“Beda saat terjadinya komoditi boom (di era kepresidenan SBY) bisa pertumbuhan kita dapat 6 persen. Kombinasi antara domestik dan eksternal faktor,” imbuhnya.
Tumbuh 8 persen
Sementara itu, Menteri Pertahanan sekaligus Capres Prabowo Subianto meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa jauh lebih tinggi dari pencapaian saat ini.
Tanggapi Demo Mahasiswa, Bupati Ende: Saya Harap Ribuan yang Datang tapi Hanya Segini |
![]() |
---|
Opini - Krisis Etika dan Substansi di Panggung Politik Indonesia |
![]() |
---|
Singgung Mafia Dalam Aksi Kericuhan, Presiden Prabowo Tegaskan Siap Lawan |
![]() |
---|
Dugaan Skenario Darurat Militer, Wakil Panglima TNI: Anggapan Itu Sangat Salah! |
![]() |
---|
Bupati Hery Nabit Launching Pengembangan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Baru Wae Naong Cibal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.