Pilpres 2024
Sosok Ketiga Bakal Calon dan Pasangannya yang Akan Bertarung dalam Pilpres 2024
Dua mantan gubernur dan seorang menteri saat ini sedang berusaha untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya: Anies, Ganjar dan Prabowo.
Visi Pak Ganjar Pranowo adalah menghasilkan lebih banyak tenaga kerja terampil di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta membangun sistem digital nasional guna mempercepat pembangunan perekonomian Indonesia.
Ganjar Pranowo saat ini didukung oleh koalisi empat partai politik: PDIP, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Dua partai terakhir tidak mempunyai satu kursi pun di parlemen.
Artinya, ia mungkin harus menghadapi oposisi yang kuat di parlemen untuk memberlakukan program dan kebijakan strategis jika ia terpilih.
Koalisi pada 18 Oktober menunjuk Mahfud MD sebagai pasangannya. Pria berusia 66 tahun bernama lengkap Mohammad Mahfud Mahmodin ini merupakan teknokrat senior yang pernah menduduki sejumlah jabatan publik termasuk sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi antara tahun 2008 hingga 2013.
Pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo menunjuk Mahfud sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, posisi yang masih dipegangnya hingga saat ini.
Para analis mengatakan kredibilitas Mahfud, serta menjadi seorang ulama Nahdlatul Ulama yang dihormati, dapat meningkatkan peluang Ganjar Pranowo dalam pemilu, khususnya di kalangan pemilih Muslim.
Pengalaman Mahfud selama puluhan tahun sebagai teknokrat dan latar belakang hukum juga dapat berguna bagi Ganjar Pranowo jika ia berhasil menjadi presiden.
3. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Prabowo Subianto, 72 tahun, adalah politisi tertua yang mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024 dan sejauh ini paling berpengalaman.
Pensiunan jenderal Angkatan Darat ini telah mengikuti tiga pemilihan presiden sebelumnya.
Pada tahun 2009, Prabowo Subianto menjadi calon wakil presiden dari Ibu Megawati Sukarnoputri sebelum mencalonkan diri sebagai presiden sebanyak dua kali pada tahun 2014 dan 2019. Pada tahun 2009, Ibu Megawati Sukarnoputri kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sedangkan pada tahun 2014 dan 2019, Prabowo Subianto kalah dari Joko Widodo.
Pemilu tahun 2019 menimbulkan polarisasi bagi negara ini karena Prabowo Subianto, yang kalah dengan selisih 11 persen dari Presiden Joko Widodo, menolak untuk menyerah dan menggugat hasil pemilu tersebut ke Mahkamah Konstitusi dengan mengklaim bahwa presiden telah melakukan kecurangan pemilu yang meluas dan sistematis.
Ibu kota negara ini menjadi ajang protes besar-besaran dari para pendukung Prabowo Subianto.
Ketegangan antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo mereda setelah Joko Widodo mengundang mantan jenderal tersebut untuk menjadi anggota kabinetnya dan mengangkatnya menjadi Menteri Pertahanan.
Kedua mantan rival tersebut akhirnya menjadi sekutu dekat ketika Prabowo Subianto memutuskan untuk menunjuk putra tertua Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai pasangannya pada 22 Oktober 2023.
Pria berusia 36 tahun ini merupakan calon yang paling tidak berpengalaman dalam pemilu, dengan pengalaman hanya dua tahun di birokrasi sebagai wali kota di kampung halamannya, Surakarta, atau yang lebih dikenal dengan Solo. Jabatan tersebut pernah dijabat oleh ayahnya yang menjabat sebagai pemimpin kota antara tahun 2005 dan 2012.
Gibran awalnya tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri.
Undang-undang pemilu sebelumnya menyatakan bahwa calon presiden atau pasangannya harus berusia minimal 40 tahun, namun Mahkamah Konstitusi pada 16 Oktober mengubah persyaratan untuk mengecualikan orang-orang yang pernah menjabat sebagai pejabat publik baik di tingkat nasional maupun daerah.
Pengadilan tersebut dipimpin oleh Dr Anwar Usman, yang menikah dengan adik perempuan Presiden Joko Widodo.
Banyak pihak yang mengecam keputusan tersebut, dan menyebutnya sebagai pukulan terhadap demokrasi Indonesia karena memungkinkan presiden untuk membangun dinasti politiknya sendiri dan mempertahankan kekuasaan setelah ia mengundurkan diri tahun depan dengan syarat pasangan Prabo-Gibran memenangkan pemilu.
Kedua pihak berjanji untuk memberikan insentif, pinjaman serta hibah bagi pengusaha kecil dan menengah, yang menurut mereka merupakan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mereka juga berjanji untuk memperluas jangkauan beberapa program Presiden Joko Widodo seperti pendidikan gratis dan bantuan tunai untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Prabowo Subianto didukung oleh koalisi sembilan partai politik, delapan di antaranya adalah partai tingkat nasional: Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, dan Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora).
Empat partai kecil terakhir tidak mempunyai kursi di parlemen.
Prabowo Subianto juga didukung oleh Partai Aceh yang hanya diperbolehkan mengikuti pemilu legislatif tingkat provinsi dan kabupaten di Aceh, provinsi paling barat di Indonesia.
Hanan dari LSI mengatakan koalisi besar mungkin menjadi berkah sekaligus kutukan bagi Prabowo Subianto jika ia terpilih sebagai presiden.
Di satu sisi, hal ini memastikan lebih banyak dukungan parlemen, “tetapi ini juga berarti akan ada kompromi untuk menenangkan berbagai pihak yang mendukungnya,” kata Hanan.
(channelnewsasia.com)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.