Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Wakil Ketua Umum PKB Hanif Dhakiri: Anies-Cak Imin Dipasangkan Tuhan
Wakil Ketua Umum PKB Muhammad Hanif Dhakiri menyebut pasangan Anies-Cak Imin bisa bersatu berkat campur tangan Tuhan.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhammad Hanif Dhakiri menyebut pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) bisa bersatu berkat campur tangan Tuhan.
Menurutnya, keduanya bisa menyatu bukan karena pengaruh seseorang tetapi sudah takdirnya.
“Gus Muhaimin menikahnya dengan Anies Baswedan. PKB berkoalisinya dengan NasDem. Yasudah ini kan jalan Tuhan, berarti kan saya boleh bilang Tuhan yang memasangkan. Dan kalau sudah Tuhan yang memasangkan masa iya saya ndak yakin,” kata Hanif di Kantor Tribun Network, Jakarta, Rabu (20/9/2023).
Mantan Menteri Ketenagakerjaan itu menegaskan bersatunya Gus Muhaimin dan Anies Baswedan karena ada situasi di mana Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya maupun Koalisi Perubahan dan Persatuan sama-sama macet.
Lalu masing-masing menciptakan momentum yang mempersatukan antara PKB dengan NasDem.
“Mempersatukan Pak Anies dengan Gus Muhaimin menuju Pilpres 2024,” imbuhnya.
Simak wawancara seru Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Hanif Dhakiri:
NasDem dan PKB masih menjadi partai koalisi pemerintah, apakah bertemunya Mas Anies dan Cak Imin perlu dinotifikasikan ke Presiden Joko Widodo?
Dari awal kita sampaikan bersatunya Gus Muhaimin dan Mas Anies hingga PKB berkoalisi dengan NasDem itu adalah jalan Tuhan. Jadi Tuhan yang mempertemukan karena ada situasi di mana Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya maupun Koalisi Perubahan dan Persatuan sama-sama macet.
Lalu masing-masing menciptakan momentum yang mempersatukan antara PKB dengan NasDem. Mempersatukan Pak Anies dengan Gus Muhaimin.
Tentu di dalam proses yang berlangsung komunikasi dengan semua pihak tetap dijalankan termasuk dengan pihak Istana. Melalui berbagai channel yang ada. Setahu saya itu sudah dilakukan.
Termasuk dinotifikasikan juga ke Pak Prabowo Subianto sebagai calon pasangan lama?
Iya melalui networking yang ada di Gerindra.
Kalau bisa diceritakan bagaimana feedback atau reaksi dari notifikasi itu?
Dari informasi yang kita tahu, tentu ini kaitannya yang di Gerindra tentu dipahami sebagai statement yang mereka sampaikan. Karena perjalan koalisi Gerindra dan PKB ini perjalanan yang panjang tepatnya 1 tahun 15 hari.
Koalisi dengan Gerindra singkat cerita sudah nggak ada jalan. PKB kemudian haeus mengambil inisiatif hingga tiba pada momentum bersama dengan NasDem.
Untuk pihak lain pastilah kita komunikasikan juga melalui jalur yang ada dari berbagai level.
Notifikasi ke presiden lewat beberapa jalur bisa diceritakan juga tidak?
Saya tidak bisa menceritakan detail, tapi secara umum hal ini dikomunikasikan juga karena Cak Imin sempat minta bertemu (Presiden Jokowi). Tapi kemudian tidak dapat waktu lantaran kesibukan.
Artinya kalau bicara notifikasi tetap saja disampaikan walaupun tidak langsung.
Anda tadi menggunakan diksi jalan Tuhan? Sebetulnya maknanya apa?
Memang tidak pernah terpikirkan sebab dari proses perjalanan kita bertemu dengan Gerindra. Ini sama-sama membutuhkan, Gerindra butuh PKB, PKB juga butuh Gerindra.
Karena kita perlu tiket presidential threshold. Kemudian kita tahun ada kesepakatan Sentul di mana capres dan cawapres dari dua partai ini akan diputuskan oleh Pak Prabowo dan Gus Muhaimin. Yasudah kita jalan.
Namun dalam perjalanan itu ternyata sampai pada kesimpulan tidak bisa juga dipaksakan. Kalau ibarat air itu kita sudah mengalir terus dengan Gerindra sampai akhirnya macet.
Atau ibarat sudah pacaran satu tahun lebih tapi nggak bisa nikah juga. For many reason, pada sisi lain koalisi NasDem, PKB, dan Demokrat alirannya juga macet.
Dari sana kemudian ada momentum yang mempertemukan dari dua aliran yang macet ini. Ketika ketemu langsung cocok kan, kebutuhannya sama, kepentingannya dama, chemistrynya nyambung. Yasudah bungkus lah.
Tapi kalau kemudian dikerucutkan alasan utamanya sehingga Pak Prabowo menikah dengan Cak Imin apa?
Yang paling tahu tentunya Pak Prabowo dan Gerindra. Tapi kalau dalam pembicaraan informal kita tahu bahwa memang belum bisa memutuskan bersama Cak Imin. Makanya tertunda terus sampai lama.
Buat PKB sendiri momentum yang molor ini tidak menguntungkan ya?
Pastinya tidak karena kita juga jadi diragukan publik. Kita ini kan menjalankan mandat bukan hanya sekadar manuver politik. Kita mengharapkan sebuah koalisi yang jadi dan mengusung Gus Muhaimin menjadi bacawapres Pak Prabowo saat itu.
Sejak Mukhtamar PKB tahun 2019 memutuskan mandat kepada Gus Muhaimin untuk meju menjadi capres ataupun cawapres. It is not about Gue Muhaimin and PKB only tapi ini terkait dengan komunikas NU secara keseluruhan.
Bahwa kita harus mengusung orang yang bisa membawa nilai-nilai, cita-cita, ideologi dari warga Nahdliyin. Cak Imin ini bisa menjadi representasi dan diproses di Mukhtamar.
Dan proses konsultasi dengan para kiai. Dalam rangka proses itu kita juga bergerak mencari berbagai macam pasangan sampai akhirnya ketemu dengan Gerindra dan Prabowo.
Kita jalani sebaik-baiknya, seloyal-loyalnya sampai di ujung memang kayaknya nggak mungkin lagi. Sampai momentum perubahan nama koalisi itu. Kita melihat peluang yang tersedia ada NasDem dan Pak Anies Baswedan.
Kita ketemu, ngobrol jadi, itu yang namanya jodoh ditangan itu. Makanya pesennya kalau punya kekasih atau pacar itu jangan lama-lama segera dinikahi.
Pak Jokowi sempat bilang jangan keburu-buru, panaskan mesin tapi jangan digerakkan, kemudian disusul pernyataan tahu informasi intelejen hampir semua partai. Apakah Anda yakin pasangan Anies-Cak Imin akan lanjut sampai pendaftaran di KPU?
Yakin karena kita sudah mengambil pilihan maka kita tentu saja harus yakin dengan pilihan itu. Lho ini yang memasangkan Tuhan kok.
Kalau ditanya PKB tadinya maunya dengan siapa, ya tadinya dengan Gerindra, pasangannya Prabowo-Muhaimin itulah mengapa kita jalani setahun lebih. Tapi sudah dijalani sekuat-kuatnya Tuhan ternyata menggariskannya lain.
Gus Muhaimin menikahnya dengan Anies Baswedan. PKB berkoalisinya dengan NasDem. Yasudah ini kan jalan Tuhan, berarti kan saya boleh bilang Tuhan yang memasangkan. Dan kalau sudah Tuhan yang memasangkan masa iya saya ndak yakin.
Jadi Insya Allah mohon doanya, mudah-mudahan nggaka da aral melintang bahwa seluruh kekuatan juga bisa terbuka menerima demokrasi yang berkembang hari ini. Seperti munculnya pasangan Pak Anies Baswedan dan Gus Muhaimin.
Yang juga mengejutkan dukungan dari PKS, banyak org terkejut karena garisnya PKB yang NU kuat berbeda dengan PKS. Apakah ini luar biasa atau biasa saja?
Menurut saya sih biasa saja, orang hanya melihat secara ideologi kemudian aksentuasi keislaman sehingga orang melihatnya sulit PKB dan PKS berada dalam satu perahu.
Sebenarnya kita lihat pengalaman sejarah itu banyak terjadi misalnya kita mengusung Susilo Bambang Yudhoyono – Budiono di Pilpres 2009-2014. Waktu itu dalam ada PKB dan PKS, kita berarti sama-sama berkampanye. Misalnya dikaitkan dengan NU waktu itu nggak representasinya.
Nah hari ini kalau kita bicara pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) ada representasi kader NU tulen namanya Gus Muhaimin. Sehingg kalau secara logika diambil dari pengalaman sejarah yang ada mestinya ini nggak akan terlalu susah.
Wong dulu yang nggak ada kader NU bisa bareng-bareng kok apalagi sekarang. Di pilkada daerah banyak juga kita berkoalisi dengan PKS. Ada yang menang ada yang kalah, kemudian di Pilgub Jawa Tengah waktu itu Pak Sudirman Said bersama Bu Ida Fauziah itu diusing Gerindra PKB, disitu juga ada PKS.
Jadi menurut saya ini bisa jalan. Walaupun mungkin kami perlu waktu untuk menjelaskan kepada konstituen. Selama ini kalau kita lihat spektrum politiknya PKB jejaring NU ditengah kemudian ada yang di kanan dan kiri. Katakanlah yang dikiri nasional sekuler dan yang di kanan kita yang agama moderat.
Selama ini banyak orang beranggapan bekerjasmaa di sebelah kiri itu kemudian harus selamanya. Di kanan juga harus selamanya ini nggak seperti itu sesungguhnya. Sebetulnya mereka ini bisa menjadi kawan seperjuangan juga dalam momen tertentu.
Bahwa ada perbedaan-perbedaan iya tapi kan tidak menghalangi kerja sama politik yang bisa disepakati kedua belah pihak. Kalau menurut saya so far nggak ada terlalu issues lah.
Apakah betuk tugas utamanya PKB ini meningkatkan elektoralnya Pak Anies di Jawa Timur dan Jawa Tengah?
Pilihan Cak Imin dan Kongsi dengan PKB itu tentu banyak sekali pertimbangannya. Tidak bisa disangkal untuk suara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Tentulah itu menjadi salah satu pertimbangan. Teman-teman di NasDem juga menyampaikan itu di beberapa kesempatan. Memang Pak Anies Baswedan salah satu bolongnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tapi di Sumatera Pak Anies kuat, di DKI Jakarta dan Banten juga kuat. Di Sulawesi, Kalimatan masih kompetitif lah.
Tempat lain mungkin agak lemah, tapi paling kunci karena bandul kemenangan itu di Jawa Timur dan tentu faktor kayak begitu saya yakin menjadi pertimbangan.
Di luar itu secara chemistry Pak Anies dan Gus Muhaimin nyambung karena teman lama. Sudah sama-sama tahu, punya komitmen terhadap Islam at the sam time komitmen terhadap pancasila, NKRI, bhineka tunggal ika serta UUD 1945.
Intinya pasangan AMIN aman buat Islam dan aman buat NKRI.
Pak Hanif dalam beberapa waktu lalu Pak Anies distigma sebagai menjual atribut agama untuk kepentingan politik, bagaimana PKB melihat stigman ini?
Saya kira itu framing lalu dimasyarakat berkembang namanya persepsi. Maka harus dibedakan Mas Anies sebagai fakta dan Mas Anies sebagai persepsi.
Kalau dianggap framing begitu apakah benar mencerminkan faktanya. Kita lihat saja track record dia ketika 5 tahun memimpin DKI, kalau dulu Pilkada ada allahuakbar.. allahuakbar.. tapi lima tahun Gubernur DKI nggak ada lagi.
Pak Anies itu mendapatkan harmony award dari Kementerian Agama. Data-data dari NGO yang menekuni isu keberagaman juga Pak Anies ada peningkatan dari isu toleransi dan lain sebagainya.
Jadi menurut saya sebagi politik identitas lebih merupakan framing dari pada fakta seorang Anies. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.