Berita Lembata

Jadi Paru-paru Kota Lewoleba, Peneliti Lingkungan Khawatir Hutan Keam Terdampak Karthutla

Kekhawatiran ini disampaikan peneliti lingkungan Piter Pulang saat mendapat informasi adanya petak lahan di kawasan Hutan Keam yang terbakar

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-Forum PRB Lembata
Petugas pemadam kebakaran dan Satpol PP sigap melakukan pemadaman lahan di Hutan Keam sehingga kebakaran tidak meluas, Kamis, 24 Agustus 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Keberadaan Hutan Keam yang berada di Kota Lewoleba semakin terancam. Selain ekspansi lahan yang masif dari pembangunan kota, hutan berawa-rawa ini juga dikhawatirkan ludes akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun.

Kekhawatiran ini disampaikan peneliti lingkungan Piter Pulang saat mendapat informasi adanya petak lahan di kawasan Hutan Keam yang terbakar pada Kamis, 24 Agustus 2023.

Saat itu, petugas pemadam kebakaran dan sejumlah relawan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Lembata sigap melakukan pemadaman sehingga kebakaran hutan tidak meluas.

Baca juga: Legalitas Gudep Pramuka Dibenahi, Wujudkan Generasi Unggul di Lembata yang Berkarakter dan Berbudaya

Piter berujar, hutan Keam mempunyai peran penting sebagai satu-satunya paru-paru Kota Lewoleba. Hilangnya hutan tersebut menurut dia bisa berdampak serius pada kelestarian lingkungan.

Hutan keam punya keragaman vegetasi tumbuhan dan hewan dan juga jadi pertahanan terakhir atau muara dari sungai-sungai kecil yang mengalir dari pengunungan ke arah pesisir Kota Lewoleba. Dengan demikian, hutan ini punya fungsi menyerap karbondioksida yang diproduksi manusia, kendaraan bermotor, limbah plastik dan sumber karbondioksida lainnya di Kota Lewoleba.

“Hutan sendiri juga merupakan pemasok oksigen paling besar di permukaan bumi. Tentunya oksigen yang dihasilkan oleh hutan akan sangat bermanfaat bagi manusia dan hewan untuk bernafas. Tidak heran kalau hutan mendapat julukan sebagai paru-paru,” kata Piter Pulang.

Baca juga: Plan Indonesia Cegah Dampak El Nino untuk Perempuan dan Anak di Lembata

Dampak lainnya, kebakaran hutan dan ekspansi lahan tanpa ada upaya konservasi bisa memutus mata rantai makanan di dalam hutan tersebut. Dia mencontohkan, akibat ekspansi pembangunan di wilayah hutan Keam, beberapa jenis ular dan biawak mulai keluar dari habitatnya tersebut mencari tempat lain.

“Ular dan biawak itu kan predator terakhir. Ketika mereka tidak bisa temukan makanan di dalam hutan maka mereka akan keluar dari habitat mereka ke jalan-jalan dan pemukiman rumah warga,” ujarnya.

Lemahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan kota juga jadi masalah sosial yang perlu diperhatikan. Masyarakat sudah tidak mempunyai rasa memiliki hutan Keam lagi. Ini menurutnya merupakan masalah sosial yang serius.

“Hutan harus dianggap sebagai satu kesatuan dengan ruang hidup manusia. Kerusakan hutan Keam juga sangat berpengaruh pada perubahan iklim makro. Jadi ada potensi kenaikan suhu dalam ruang di kawasan pulau kecil karena perubahan iklim makro terjadi akibat dari perubahan iklim mikro di pulau pulau kecil juga,” paparnya.

Pemerintah daerah Kabupaten Lembata, bila memiliki perspektif lingkungan yang baik, maka perlu ketat melakukan konservasi lanjutan dan memperhatikan ekspansi lahan atau alih fungsi hutan Keam menjadi lahan pemukiman atau pertanian. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved