Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Kepala BPIP KH Yudian Wahyudi: Dicari Megawati di Yogyakarta
Proses penunjukkan KH Yudian Wahyudi menjadi Kepala BPIP menarik karena tidak melewati tahap penyerahan CV dan tes.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Proses penunjukkan Prof. Drs. KH Yudian Wahyudi menjadi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP ) menarik karena tidak melewati tahap penyerahan curiculum vitae (CV) hingga rangkaian test.
Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu secara tiba-tiba didatangi langsung oleh Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri.
“Saya diminta ke Bandara (oleh Bu Megawati, red), maksud saya mestinya saya aja dipanggil ke Jakarta. Berdasarkan rekomendasi Bu Mega itulah kemudian Presiden mencari saya ke Yogya,” kata Yudian saat wawancara eksklusif dengan Tribun Network di Kantor Istana Wakil Presiden RI, Jakarta, Senin 14 Agustus 2023.
Yudian mengaku sempat mengatakan Mensesneg Pratikno sebaiknya dirinya yang berangkat ke Jakarta.
Namun pernyataan itu disambut pertanyaan apakah bersedia mengemban jabatan Kepala BPIP menggantikan Yudi Latif yang kala itu mundur pada Juni 2018.
“Saya ditanya apakah bersedia, dan saya jawab sangat siap,” ucap Yudian.
Lanjutan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Kepala BPIP Yudian Wahyudi:
Kalau boleh cerita sedikit supaya pembaca kita tahu, bagaimana cerita Prof Yudian tertarik atau mau menjadi Kepala BPIP?
Dari awal begini, Bapak ini saya dulu tentara di zaman revolusi beliau ini angkatan darat tahun 1947 ditugaskan ke Balikpapan Kalimantan Timur. Saya lahir di sana tahun 1960. Nah ibu saya dulu salah seorang mata-mata republik yang tiga hari kemudian akan digantung oleh Belanda bersama dua orang temannya. Dibebaskan oleh Bapak saya, nah ketemu jodoh.
Jadi di satu sisi bapak saya ini tradisi tentara pesantren, kalau dulu kan masih banyak ya di zaman itu. Karena bapak saya ini cucu dari seorang kiyai pasukan Diponegoro yang terpaksa menyebar ke Banyumas. Pada usia 10-12 tahun saya itu selalu kelahi, makanya saya itu dibuang ke pesantren. Saking nggak tahannya punya anak saya itu.
Pondok Tremas Pacitan itu kan didirikan oleh ulama dan umaroh keluarga Keraton cucu pasukan Diponegoro. Bapak saya dulu itu kepengin mondok di situ tapi orang tuanya ndak pengin.
Makanya saya yang ditaruh di situ. Pesanten Tremas ini selalu pro negara, saya semakin tumbuh setelah saya paham telah diselamatkan bapak saya dan bapak saya selalu bilang besok saya ini jadi menteri agama.
Cita-cita bapak saya itu supaya saya menjadi menteri agama, makanya nama belakang saya Wahyudi. Kalau bahasa Arabnya Wahyudin karena bapak saya tentara dia bilang sengaja saya Jawakan biar tidak terlalu ke Arab-an.
Wahyudin itu artinya wahyu agama. Nah maksud bapak saya besok jadi menteri agama.
Terus sekarang Wahyudi itu juga bahasa Jawa yang artinya Wahyu Adi. Itu maknanya Wahyu yang Besar yaitu Pancasila. Nah sekarang saya jadi Kepala BPIP.
Tapi begini yang menariknya betapa hebatnya Bu Megawati dan Pak Presiden Jokowi ya. Saya ini mohon maaf tidak pernah melamar kepala BPIP. Jadi saya ndak pernah nyerahin CV dan ndak pernah ditest.
Saya dicari dan ditawarin setelah itu SK dikasih ke saya seminggu atau delapan malam sebelum dilantik. Itu jabatan setingkat menteri diantar. Sampai hari ini demi Allah ndak ada orang yang minta uang ke saya.
Di sini saya mau tunjukkan kehebatan Bu Mega dan Pak Presiden Jokowi.
Memang sebelum saya menjadi Kepala BPIP mungkin ada yang dibaca oleh Bu Mega ataupun Pak Presiden ya. Itu salah satunya saya mendirikan Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara.
Waktu itu saya sebagai rektor (UIN Sunan Kalijaga), saya mohon maaf gelisah, kok saya melihat kampus ini akan dibawa ke arah lain oleh orang-orang yang saya tidak tahu tapi berada di luar kampus.
Oleh karena itu saya membuat kebijakan bahwa saya mau membina mahasiswi yang memakai cadar. Saya khawatir mereka ini tertipu. Jadi saya ingin menyelamatkan mereka supaya mereka jangan melawan negara.
Karena melawan negara di manapun itu tidak dibenarkan. Kemudian kan menjadi isu nasional. Akhirnya saya cabut kebijakan itu. Di sisi lain saya ditugasi untuk menjadi ahli di dalam persidangan soal pembubaran HTI.
Disitu saya tampil sebagai saksi ahli di PTUN Jakarta Utara menjelaskan masalah khilafah. Kemungkinan dari situlah Bu Mega melihat siapa pengganti dari yang mengundurkan diri Kepala BPIP.
Kira-kira begitu akhirnya ketemu saya, dan uniknya saya ulang dengan segala hormat, ibu Mega itu mencari saya ke Yogya bukan saya dipanggil ke Jakarta.
Jadi Bu Megawati mendatangi langsung Pak Yudian ke Yogkarta?
Iya saya diminta ke Bandara, maksud saya mestinya saya aja dipanggil ke Jakarta. Berdasarkan rekomendasi Bu Mega itulah kemudian Presiden mencari saya ke Yogya.
Saya bilang ke Mensesneg Pratikno sebaiknya saya yang berangkat ke Jakarta. Saya ditanya apakah bersedia, dan saya jawab sangat siap.
Pada waktu itu Pak Yudian belum kenal dengan Bu Megawati dan Pak Jokowi?
Saya mohon maaf memang ndak ada koneksi apapun. Bu Mega jadi Wakil Presiden saya tahu, Bu Mega jadi Presiden saya tahu. Waktu itu Bu Mega sebagai Wakil Presiden ke New York, saya ikut di situ. Tapi mosok ibu paham saya, ya ndak yo. Pak presiden juga demikian.
Cuma pernah saya sebagai Rektor diundang ke Istana dari perguruan tinggi keagamaan negeri termasuk yang Islam. Itu kalau foto bersama Presiden tentu ada, kan namanya tamu mesti difoto bersama Presiden.
Kalau secara pribadi Pak Presiden nggak kenal saya, ibu juga nggak. Tapi kalau saya sebagai rakyat Indonesia tentu sangat paham siapa beliau-beliau.
Pak Yudian masih ingat pesan-pesan dari Presiden Jokowi terkait diminta menjadi Kepala BPIP?
Yang paling utama begini, arahan mendasarnya yang sudah digariskan oleh teman-teman BPIP diteruskan dan dieksekusi. Tapi yang belum tolong dibuat terutama diarahkan untuk pembinaan generasi milenial dan generasi Z.
Nah caranya bagaimana ya pakai digital segala macam atau bisa melalui musik, olahraga, kebudayaan, dan kuliner. Jadi Pak Presiden inginnya menyampaikan pancasila nggak usah terlalu serius yang penting masuk.
Termasuk melalui Tiktok. Pak Presiden bilang bisa toh Pak Prof bikin Tiktok sekian detik tapi wong paham pancasila. Ya saya bilang sanggup pak.
Makanya dulu ada yang ngeledek saya karena saya mau pakai Tiktok. Padahal ini serius lho Tiktok kan sosmed baru.
Silahkan Prof Yudian menyampaikan closing statement mengenai HUT ke-78 RI dan juga sosialisasi pancasila melalui adik-adik paskibra kita?
Saya sampaikan lagi bahwa proklamasi kita ini adalah proklamasi ini yang terbaik dan terbaik di muka bumi hingga di sepanjang sejarah. Mengapa? Karena terjadi di tengah perang dunia kedua, perang terbesar umat manusia.
Kita terjajah karena alasan utamanya tidak punya teknologi militer. Sekarang kita berhasil membebaskan dan mempersatukan kembali minimal 57 negara. Itu tanpa teknologi militer dan tidak berdarah. Tidak ada tandingannya di muka bumi.
Di sinilah kita perlu melihat kelebihan lain dari proklamasi satu ya nasional, republican, konstutisional, egalitarian, dan religius.
Ternyata negara kita dengan proklamasi tadi kita menjadi bangsa yang paling dikasihi dan dicintai Tuhan. Itu bangsa Indonesia. Kita dikasih potensi alam yang bukan 57 kali lipat tapi potensinya itu tidak ada tandingannya.
Saya ambil satu contoh ya Nabi Nuh itu berdoa berjuang melawan gelombang samudera, sekarang siapa di muka bumi ini bisa melawan gelombang. Kita menjadi pewaris besar Nabi Nuh. Mengapa coba sekarang siapa negara mana yang bisa punya lautan seperti NKRI, kan tidak ada.
Kita ini bisa diberi Tuhan, atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Mengapa kita diberi ini karena kita beriman Ketuhanan Yang Maha Esa dan kita bersatu Persatuan Indonesia.
Di sinilah perlu dijaga oleh siapapun, dalam bahasa Agama bersyukur dan pertahanan serta kita tingkatkan. Itulah peran paskibrak “yang memainkan peran generasi sumpah pemuda”.
Sumpah pemuda ini juga unik tidak pernah terjadi di muka bumi kecuali Indonesia. Anak-anak Indonesia jajahan disekolahkan oleh penjajah dan dibiayai untuk menjadi pegawai penjajahan.
Tapi dalam waktu kurang dari 30 tahun saja, mereka sudah bersumpah akan melawan sang penjajah dan mendirikan negara merdeka. Yang 17 tahun kemudian mereka buktikan melalui proklamasi Bung Karno dan Bung Hatta.
Oleh karena itu kita rawat, kita sambut peringatan proklamasi ke-78 ini dengan tadi bersyukur dalam arti menjaga betul dan mengembangkan ke depan. Kita persembahkan ini untuk persatuan dan kesatuan bangsa sehingga kita ke depan bisa menjadi bangsa lebih baik.
Prediksi saya kalau nanti Unhan kira-kira 25 tahun generasi muda kita akan menjadi profesor dan doktor penemu teknologi militer. Unhan itu dengan programnya. Anak-anak paskibraka ini yang akan memainkan peran disana. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.