Semana Santa Larantuka
Semana Santa Larantuka, Jejak Suku Penjaga Peti Yesus Saat Prosesi Laut
Peti Patung Yesus Tersalib diarak dengan perahu tanpa mesin atau biasa disebut 'Berok'. Bobot berok memiliki panjang 8 meter dan lebar 80 centimeter
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Perarakan peti Patung Yesus Tersalib saat Jumat Agung merupakan salah satu rangkaian yang paling dinantikan peziarah Semana Santa Larantuka, ritual sakral agama Katolik bercampur adat di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores.
Dalam momen itu, lautan biru dipenuhi ribuan manusia berbusana serba hitam. Mereka menaiki ratusan perahu menerjang arus gonsalu yang menggulung di Selat Larantuka.
Peti Patung Yesus Tersalib diarak dengan perahu tanpa mesin atau biasa disebut 'Berok'. Bobot berok memiliki panjang 8 meter dan lebar 80 centimeter dikayuh empat orang pria bersama seorang perempuan garis keturunan Rita dan pria suku Qinta Besa atau yang dikenal Fernandez.
Selain Fernandez dan Rita, masih ada suku Nalele. Ketiganya punya jejak historis yang mentahtakan enam patung sakral di Kapela Tuan Meninu hasil wasiat misionaris Portugis pada tahun 1600-an silam atau 100 tahun setelah Tuan Ma.
Baca juga: Semana Santa Larantuka, Mengenal Empat Pengayuh Sampan Bawa Peti Yesus Arungi Arus Gonsalu Larantuka
Kisahnya menjulur-julur dari generasi ke generasi diceritakan kembali oleh Petrus Musu Fernandez, garis keturunan kelima. Pria 65 tahun itu berkisah ada kapal Zaramboga milik orang Portugis yang terbawa arus hingga hanyut di Pantai Kuce, Larantuka.
Kapal Zaramhoga memuat para saudagar dan misionaris punya misi menyebarkan agama katolik di Flores Timur yang saat itu masih Kerajaan Larantuka.
Raja Larantuka dan warga disana sudah melepepas kekafiran sekitar seratus tahun lamanya kembali diberikan patung Tuan Meninu (bayi Yesus), Yesus Tersalib, Bunda Maria Deo Sinyora, Bunda Maria Pembantu Orang Bersalin Susah, Santu Philipus, dan Santu Semau.
Lantaran jangkar kapal Zaramboga putus dan hanyut di laut tenang, Raja Larantuka kemudian memerintahkan Ciko Fernandez untuk membuat kapal menggunakan kayu pohon rita karena lebih ringan dan mudah kering.
"Mereka bikin kapal dari pohon Rita supaya ambil enam patung itu. Moyang saya namanya Ciko Fernandez sebagai Capitano atau kepala kampung yang bawa berok," kata Petrus kepada wartawan, Sabtu 1 April 2023 petang.
Ia menerangkan, suku Rita merupakan hikayat dari pembuatan berok pertama berbahan pohon rita dalam insiden kapal zaramboga yang hanyut. Patung-patung itu diambil bersama dengan suku Nalele dan Fernandez. Sejak saat itu, penyebaran agama Katolik kian meluas dengan tradisi pengarakan patung sakral.
Karena datang dari laut, katanya, maka prosesi sang penebus dosa itu pun digelar dengan mengarungi arus gonsalu dari Taman Doa Tuan Meninu menuju Pantai Kuce berjarak sekitar empat kilo meter.
Baca juga: 1.089 Personel Polda NTT Amankan Semana Santa Larantuka
"Kenapa sampai prosesi kita ikut laut ? Karena datangnya juga dari laut," ungkapnya.
Ketua Suku Qinta Besar, Anton Thomas Fernandez, mengatakan tiga suku akan menggelar ibadat untuk membersihkan diri sebelum Yesus Tersalib diarakan bertemu sang ibunda, Tuan Ma.
"Hati harus bersih, karena kita manusia berdosa. Harus pembersihan diri agar punya persiapan batin," ungkapnya.
Garis keturuan kelima itu menerangkan, suku Fernandez bertugas menjinjing sang penebus dosa, sementara suku Nalele dan Rita punya wewenang mengangkat dan menerima dari kapela, berok, armida, hingga ditahtakan kembali usai prosesi.
Anton bersaksi ada sesuatu yang bergerak saat menjinjing peti kecil warna hitam itu. Ia mengaku hentakan bukan karena dijinjing, tetapi seperti gerakan tubuh orang yang hidup.
"Patung itu betul-betul hidup. Saya berulang kali merasakan ada sesuatu yang bergerak seperti badan orang yang hidup," ungkap Anton. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS