Berita NTT
BMKG NTT Sampaikan Musim Kemarau Terjadi Lebih Awal di Bulan April 2023
"BMKG memperediksi awal musim kemarau terjadi seiring dengan terjadinyan Monsun Australia di sekitar bulan April 2023," katanya.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) NTT, musim kemarau akan terjadi lebih awal di bulan April 2023 mendatang.
Rahmatullah Adji, selaku Kepala Stasiun Klimatologi NTT, memberikan keterangannya di kantor Gubernur NTT didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT Prisila Q Parera dan Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lecky Koli, dan Kepala BPBD NTT, Ambros Kodo dalam jumpa pers di Kantor Gubernur NTT Lantai 1, Kamis, 30 Maret 2023.
Dalam kesempatan ini, Rahmatullah Adji, menyampaikan awal musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan pola monsun arah angin yang biasanya musim hujan arah Barat ke Timur. Kalau pada musim kemarau dari Timur ke Barat.
"BMKG memperediksi awal musim kemarau terjadi seiring dengan terjadinyan Monsun Australia di sekitar bulan April 2023," katanya.
Dikatakan Adji, Dari total 28 zona musim (Zom) di NTT, sebanyak 27 Zom atau 96,43 persen diperkirakan akan mengawali musim kemarau di Bulan April 2023. Sedangkan untuk 1 Zom, 3,57 persen awal musim kemaraunya akan terjadi pada bulan Mei 2023.
Baca juga: Peringatan Dini Cuaca NTT Hari Ini 31 Maret 2023, BMKG: Waspada, NTT Masih Berpotensi Hujan Petir
"Jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya, awal musim kemarau (periode 1991-2020) di tahun 2023 ini diperkirakan maju 13 Zom 46, 43 persen, sama dengan normalnya itu 8 Zom 28, 57 persen dan mundur sekitar 7 Zom yaitu 25,00 persen," jelasnya.
Sehubungan dengan majunya musim kemarau tersebut, Adji menyebutkan, sebagian kecilnya terjadi di Manggarai Barat, sebagian kecil Kabupaten Manggarai, sebagian kecil Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flores Timur, Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Barat Tengah, Sumba Timur, Rote Ndao, sebagian kecil Kabupaten Kupang dan sebagian besar Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebagian kecil Kabupaten Timor Tengah Utara, Sebagian besar Kabupaten Belu dan sebagiannya Kabupaten Malaka.
"Untuk sifat musim kemaraunya, jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis sepanjang tahun 1991-2020, maka secara musim kemarau di tahun 2023 ini diprediksi di bawah normal," ungkapnya.
Dikatakan Adji, Musim kemarau akan lebih kering yaitu curah hujannya lebih rendah. Dimana, Sebanyak 16 Zom 57,14 persen yang kondisi curah hujannya rendah. Sementara 4 Zom yang diprediksi akan bersifat di atas normal.
Lebih lanjut, Adji menyebutkan, Wilayah yang mengalami musim kemarau di bawah normal diantaranya ialah Kabupaten Manggarai Timur, Ngada, sebagian kecil Kabupaten Nagekeo, sebagian kecil Kabupaten Ende, Sikka, sebagian Flores Timur, Lembata, Alor, Sumba Timur, Sumba Barat Saya, Sumba Barat, Sabu Raijua, Rote Ndao, Sebagian kecil Kabupaten Kupang, sebagian kecil TTS, Sebagian kecil TTU, sebagian besar besar Belu, sebagiannya lagi di Kabupaten Malaka.
Baca juga: Ada Pertemuan Angin di NTT, BMKG Ingatkan Waspada Hujan Disertai Angin Kencang
Terkait dengan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi sekitar Bulan Agustus yaitu sekitar 17 Zom yaitu 60,70 persen. Namun demikian terdapat beberapa wilayah yang mwngalami puncak kemarau di bulan Juli.
"Jadi musim kemarau di tahun 2023 terjadi lebih awal dibandingkan dari biasanya,"pungkasnya.
Terkait dengan antisipasi kemungkinan musim kemarau yang datang lebih awal itu, Adji pun menghimbau Pemerintah Daerah, Institusi dan seluruh masyarakat NTT untuk lebih siap terhadap dampak yang akan terjadi
"Untuk Pemerintah Daerah, Institusi dan Masyarakat harus lebih siap terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami musim kemarau yang dibawah normal. Karena wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan resiko bencana kekeringan, kebakaran hutan dan kekurangan air bersih," tuturnya.
Dia pun berharap, Pemerintah Daerah lebih mengoptimalkan seperti melakukan penyimpanan air saat musim hujan. Karena, memang di musim hujan itu pas sekali untuk memenuhi danau, waduk dan detensi waktu yg tepatnya saat musim penghujan.
"Mari kita jadikan informasi prakiraan awal musim ini sebagai bentuk peringatan dini untuk dimanfaatkan oleh kita semua," tutupnya. (Cr.20)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS