Berita Lembata
Pengakuan Petani di Lembata: Baru Tahu Kalau Pestisida Itu Bahaya
pestisida kimia di toko. Sering juga dia mendapat bantuan pestisida dari bantuan pemerintah daerah melalui dinas pertanian
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.C OM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Catholic Relief Services (CRS) bersama LSM Barakat membawa program INCIDENT di lima desa dampingan di Lembata yakni Riabao, Wuakerong, Bour, Lolong dan Pasir Putih.
Dua lembaga yang berkolaborasi ini berhasil mengubah pola pikir petani yang selama ini sudah nyaman memakai pestisida kimia dan racun. Mereka tidak sadar kalau pola pertanian instan dengan pestisida dan herbisida kimia membawa dampak sangat buruk bagi lingkungan.
Dengan program adaptasi perubahan iklim itu, para fasilitator CRS dan LSM Barakat menyasar para petani di lima desa dampingan tersebut supaya bisa menerapkan pertanian yang ramah lingkungan.
Baca juga: Balai POM Kupang Gelar Advokasi Program Prioritas Nasional, Sasar Dua Desa di Lembata
"Kita baru tahu betul (bahaya pestisida) dengan masuknya program ini. Ini baru kita tahu persis. Selama ini kita pakai pestisida karena instan," kata Laba Nikolaus, petani dari desa Wuakerong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, Sabtu, 25 Maret 2023.
Dalam program ini, Nikolaus kemudian dipilih sebagai Lead Farmer atau koordinator para petani di desanya.
Nikolaus sudah puluhan tahun memakai pestisida kimia untuk membasmi hama tanaman. Dia juga akrab dengan herbisida untuk mematikan rumput secara cepat.
Nikolaus mengaku membeli pestisida kimia di toko. Sering juga dia mendapat bantuan pestisida dari bantuan pemerintah daerah melalui dinas pertanian.
Melalui program INCIDENT, Nikolaus kini mulai menyadari kalau pestisida kimia sangat berbahaya. Residunya bertahan di tanah selama 25 tahun. Sejak tahun ini, dia mulai mengubah pola pertaniannya menjadi organik. Tidak mengandalkan racun lagi.
"Pelan pelan saya mau ubah, saya mulai ubah dengan lingkungan sekitar rumah. Kita berusaha untuk pelan pelan kita kurangi. Kita rugi lebih banyak, tanah rusak dan generasi ke depan makin tidak sehat," Nikolaus mengakui.
Baca juga: Progres Proyek Jalan di Lembata Baru 3,5 Persen, Faktor Alam hingga Medan yang Berat Jadi Kendala
INCIDENT merupakan singkatan dari Increasing people’s resilience through Climate Change Adaptation and Disaster Risk Reduction in Nusa Tenggara yang bermakna meningkatkan ketangguhan melalui adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana di Nusa Tenggara.
Di hadapan para petani di desa Riabao, Peneliti Lingkungan Piter Pulang mengatakan kalau pola pertanian organik yang lebih ramah lingkungan harus dimulai dari sekarang. Para petani tentunya harus meninggalkan racun kimia yang selama ini dipakai.
Menurut Piter, untuk meningkatkan kembali kesuburan tanah, para petani perlu menjaga air dan humus tetap berada dalam kebun.
Dia mengungkapkan, hasil dari pertanian ramah lingkungan tentu belum dicapai secara instan tahun ini mengingat tanah yang sudah tercemar selama bertahun-tahun. Tapi langkah pertama perlu diambil sebelum ekosistem bertambah buruk.