Berita TTU

Mengenal Tradisi Poin An Olif, Motivasi dan Harapan Atas "Kelahiran Baru"

"Poin An Olif"merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat. Karena berkaitan dengan identitas serta harapan.

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: maria anitoda
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Pelaksanaan tradisi Poin An Olif di Desa Loeram, Kecamatan Insana, Kabupaten TTU Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibu-ibu sedang mempersiapkan penjemputan pasangan suami-isteri pengantar ari-ari 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon

POS-KUPANG. COM, KEFAMENANU - Kampung Kuafeu atau lebih dikenal dengan Desa Loeram merupakan salah satu desa di Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Malaka.

Sebanyak 8 anggota marga atau suku besar yang berdomisili di Desa Loeram yakni; Naiboas, Amasene, Naiaki, Banusu, Amtasi, Noetnana, Amkiun, Silkono.

Penulis berkesempatan mengunjungi Ketua Lembaga Adat Desa Loeram, Michael N. Naiboas (68) dan Tokoh Adat Desa Loeram, Andreas Boik Naiboas pada, Minggu, 8 Januari 2023 lalu untuk menjelaskan tentang tradisi "Poin An Olif".

Ketua Lembaga Adat Desa Loeram, Michael N. Naiboas (68)
Ketua Lembaga Adat Desa Loeram, Michael N. Naiboas (68) dan Tokoh Adat Desa Loeram, Andreas Boik Naiboas dan isterinya

Dalam kunjungan tersebut, disampaikan Tokoh Adat Desa Loeram, Andreas Boik Naiboas bahwa, masih banyak tradisi warga setempat yang dipelihara hingga saat ini. Salah satu yang masih dilestarikan yakni tradisi Poin An Olif (Bahasa Indonesia: keluarkan ari-ari bayi).

"Poin An Olif"merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat. Karena berkaitan dengan identitas serta harapan terhadap setiap generasi penghuni desa tersebut.

Proses Pelaksanaan Tradisi "Poin An Olif"

Ketika seorang ibu melahirkan bayinya, ari-ari bayi tersebut akan disimpan di dalam periuk tanah atau tembikar dan kemudian dimasukkan abu dapur. Ari-ari bayi itu diletakkan tepat di samping tempat tidur di mana sang bayi dan ibunya berbaring.

Selama dua atau tiga malam setelah melahirkan, keluarga besar mulai mempersiapkan pelaksanaan napoen in oelna (mengeluarkan ari-ari bayi).

Selama itu juga, ibu yang melahirkan ini tidak diperkenankan keluar dari kamar. Dalam ritual Poin An Olif, sepasang suami-isteri berpakaian adat lengkap dimintai kesediaan menjadi orang yang bertugas mengantarkan ari-ari bayi keluar dari rumah.

Mereka mengambil ari-ari bayi yang disimpan di dalam tembikar lalu dibawa keluar rumah dan diletakkan pada salah satu dahan pohon kesambi.

Saat ari-ari bayi ini diantar keluar rumah, bayi yang baru dilahirkan itu dikeluarkan dari dalam kamar untuk dimandikan dengan cara dibasuh bagian kepala bayi dan bagian tubuh lainnya secara simbolis dengan air yang telah disimpan di dalam tempurung kelapa.

Bahan-bahan yang disiapkan untuk proses penjemputan pasangan suami-isteri yang mengantarkan ari-ari bayi itu yakni; ebe (satu helai daun lontar yang dianyam memanjang dan diselipkan satu helai daun pohon beringin), dua buah tempurung kelapa (yang sudah dibelah bagi dua dan sudah dibersihkan) serta abu dapur yang sudah disimpan di atas kipas api (yang dianyam dari daun lontar) serta satu dahan pohon kesambi yang disisipkan di dalam abu itu. Satu tempurung diisi air sedangkan lainnya dibiarkan kosong.

Ebe salah satu bahan yang disiapkan dalam proses penyambutan pasangan
Ebe salah satu bahan yang disiapkan dalam proses penyambutan pasangan yang mengantarkan ari-ari bayi

Bahan-bahan ini disimpan tepat di pintu masuk rumah. Mereka disambut oleh Atoin Amaf (paman atau om kandung dari si bayi) dan orangtua adat tepat di pintu masuk rumah ketika kembali.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved