Cerpen

Di Antara Aku dan Dia Ada Tembok Terbentang Indah Beraroma Cinta

Matanya seakan tidak berkedip bersyukur menikmati panorama danau Weekuri yang luar biasa, hadiah cuma-cuma dari Tuhan untuk Sumba Barat Daya

Editor: Agustinus Sape
Youtube Kocowa TV
Ilustrasi dua sejoli 

Membaca isi hatiku yang demikian, dia lompat kegirangan seakan sudah bebas dari gerbong tahanan penjajah. Tugasku sekarang, katanya dalam hati, menyusun strategi pendekatan kepada anak berdua supaya semua ikhlas melepas aku kawin dengan bapak tua.

Ketika makan malam, bungsunya buka hati, bahwa ia tertarik pada perempuan Flores. Ia minta tanggapan mama setuju atau tidak.Lalu mama bilang apa?

“Dengan nona Sumba saja, sayang. Beta kepingin dapat cucu dari gen yang berbeda jauh.”

“Begitu ko, Mama?”

“Ya, Beta baru pulang dari Sumba. Nona Sumba cantik-cantik!”

Bungsu tersenyum dan memperlihatkan energi positif. Kesempatan itulah mama tua kampanye hebat-hebatan.

“Sumba ternyata pulau terindah dunia. Destinasinya indah sekali,misalnyaWeekuri, Mandorak, Ratenggaro, Kaghona, dan masih banyak lagi.”

“Mama terlalu e, tidak mau tunggu Beta.”

“Makanya cari nona Sumba dong, supaya ada alasan pergi ke Sumba.”

“Betul juga e,” kata bungsu.

“Ya, Ama. Baru-baru mau tahu? Beta di Sumba seperti Lady Diana!”

“Hai, mama lebih-lebih..”

“Sumpah! Orang Sumba dong terlalu menghargai orang. Mama Juang di Karoso, Mama Bety di Tana Maringi, Mama Yonas di Tambolaka, Mama Darma di Waikabubak, Mama Umbu, dan beberapa yang lain lagi sungguh mati memperlakukan Beta seperti ratu. Beta bahagia sekali di sana.”

“Kalau begitu, Beta harus dapat perempuan Sumba...”

“Ya, harus, Ama!”

“Pasti mama sangat bahagia..oo!”

“Mau tidak lagi?!”

Dua bulan kemudian Bungsu berkenalan dengan Maria, teman peserta PPG Undana Kupang asal Sumba Barat Daya. Gadis itu sedang laku keras di pasaran. Putih mulus, rambut lurus, hobi nyanyi, dari keluarga baik-baik, tidak sombong, tahu menata hidup, dan masih banyak kelebihannya yang lain. Mau siapa yang tidak kejar?

Untung sekali Bungsu dapat Maria. Dan mungkin itulah doa mama yang terkabul. Berani lambat, bukan model Bungsu yang harus pacaran dengan Maria. Laki-laki di luar sana tidak sedikit yang meleleh liur!

Setelah lulus PPG, Bungsu dan Maria ikut tes CPNS di Sumba Barat Daya. Alhamdulillah keduanya tembus. Waduh, benar-benar Dewi Fortuna berpihak kepada mereka berdua. Nasib apa memang? Sementara peserta yang lain sakit hati menganga Loder.

Dengan Bungsu bekerja di Sumba Barat Daya dan mendapat jodoh di sana, maka mama Bungsu lompat Poco-Poco. Mengapa? Dia pastikan
strateginya berhasil.

Karena itu, dia gencarkan lagi strateginya yang kedua: beli tanah dan buat rumah untuk anak bangsu bersama anak mantu, Maria. Setelah semua beres, maka dia mulai menggoda.

“Ade, kalau mama omong sesuatu, tidak apa-apakah?”

“Apa mama?”

“Begini, Ade! Ada bapak tua dari Sumba Barat Daya yang suka mama dan mama suka dia. Itu bapak tua yang sering telpon Beta..”

Bungsu dan Maria baku lihat. Mereka sedikit lucu dan mau bongkar tertawa, tapi tahan di kerongkongan. Mereka kaget dan bertanya-tanya heran dalam hati. Apa benar ada bapak tua yang masih suka mama tua?

Dia mengerti apa yang tersimpan dalam relung hati kedua anak. Karena itu dia beri pencerahan lebih lanjut.

“Ade, itu bapak tua sudah duda. Dia butuhkan teman curhat yang juga sudah tua. Dia suka Beta dan Beta suka dia pula. Kakak sudah ada istri, dan Ade juga sudah dewasa, punya pekerjaan, dan rumah tangga sendiri. Lalu Beta siapa yang temani dan siapa yang urus kalau sudah tambah tua?”

Bungsu mulai oleng makan godaan. Dia pikir-pikir benar juga ya, kalau anak-anak sudah sibuk dengan pekerjaannya, maka mama sendirian dan sudah pasti kesepian lalu stres.

“Mama sudah bicarakan dengan Kakak?”

“Sudah. Kakak tidak keberatan. Tinggal Ade...”

Mama, Ade tidak bisa balas kebaikan mama dalam hidup Ade. Kalau bukan doa dan kasih sayang mama, tidak mungkin Ade sampai di Sumba Barat Daya.”

Bungsu jatuh air mata mengenang kebaikan mamanya. Mama tua juga sedang pakai tisu lap biji mata.

“Ya, Ade,” jawabnya. Kemudian Ade melanjutkan.

“Niat mama untuk bangun rumah tangga baru, Ade sama dengan Kakak. Kami ikut kemauan mama dan kami doakan supaya mama tambah
bahagia, sehat, dan umur panjang.”

Mama tua bangun dan peluk cium kedua anaknya dan menyampaikan terima kasih serta mohon maaf berkali-kali. Dia terharu dan bangga dengan ketulusan hati anak-anaknya memberi restu dia kawin dengan bapak tua.

Kini mama tua dalam era kebebasan. Tembok pembatas ruang jiwanya yang membuat dia tidak leluasa bercinta, maka dengan restu anak-anak ternyata tembok pembatas itu telah berubah menjadi tembok yang terbentang indah beraroma cinta aku dan dia.

Tambolaka, 24 Desember 2022.

Aster Bili Bora
Aster Bili Bora (Foto Pribadi)

Aster Bili Bora, sastrawan tinggal di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Email: asteriusbilibora@gmail.com Antologi cerpennya:
Bukan sebuah jawaban (1988), Matahari jatuh (1990), Bilang saja saya sudah mati ( 2022), dan yang akan menyusul terbit: antologi cerpen
Laki yang terbuang, dan antologi Lahore. Karya novel yang sedang disiapkan: Laki yang kesekian-sekian. Antologi bersama pengarang lain:
Seruling perdamaian dari bumi flobamora tahun 2018, Tanah Langit NTT tahun 2021, Gairah Literasi Negeriku tahun 2021, Guru berkesan tak lekang dari ingatan tahun 2022

Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS

BERITATERKAIT
  • Berita Terkait :#Cerpen
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved