Cerpen
Di Antara Aku dan Dia Ada Tembok Terbentang Indah Beraroma Cinta
Matanya seakan tidak berkedip bersyukur menikmati panorama danau Weekuri yang luar biasa, hadiah cuma-cuma dari Tuhan untuk Sumba Barat Daya
“Jangan pernah menyesal mengenal siapa pun dalam hidupmu. Orang baik akan memberimu kebahagiaan. Orang jahat akan memberimu
pengalaman. Bahkan seburuk-buruk manusia di sisimu bisa memberimu pelajaran.”
“Wah, luar biasa! Terima kasih!”
Kurasa ungkapan hatinya yang terdalam menjadi obat mujarab yang menyembuhkan luka di hatiku. Beberapa hari yang lalu jiwaku sungguh
tertekan karena ditodong dengan kata-kata...Namun semuanya aku terima, dan kusimpan dalam loh hati.
Tidak terasa kami tiba di perhentian sementara. Dia turun dari mobilku lalu naik di mobil lain. Kami berpisah di sana secara fisik, tetapi hatiku dan hatinya tetap menyatu dalam cinta asmara.
Ketika tiba di kediamannya,dia sungguh terharu. Aku ingin menghapus air matanya. Namun apa daya..di sana masih ada tembok yang terbentang indah beraroma cinta. Ia hanya bisa menggapai cintaku dari seberang melalui kata-katanya yang dipoles indah seperti puisi.
“Menghabiskan waktuku bersamamu membuat aku selalu merindukan kehadiranmu. Kukirim selalu ungkapan hatiku melalui teks. Biar.. biar
membuatmu merindukanku ingin bertemu lagi. Aku memikirkanmu saat engkau tidak ada. Engkau begitu berharga. Tak boleh dilupakan.”
Tidak hanya itu. Pada kesempatan berikutnya dia kirim lagi yang lain.
“Aku akan menjagamu,walau kutahu ragamu tak utuh. Kuterima engkau apa adanya sepanjang umurku.”
Mulanya aku ragu apa benar seperti itu yang terjadi? Ataukah hanya ucapan semanis madu sementara tindakannya justru membuatku nanti hidup berantakan?
Hasil investigasi menunjukkan, bahwa dia aslinya pengasih, relasi sosial luas, mandiri, ulet, dan pandai merangkul keluarga. Perempuan dengan kriteria macam itu yang kucari dan kutemukan ada dalam dirinya. Dia bukan tipe bombastis: bicara hebat tindakan nol. Karena itu, kusayang dia, kupuji dia, dan kubanggakan dia.
“Perempuan yang sekarang sedang bergelora cintanya memiliki kelebihan yang tidak kudapatkan pada perempuan yang lain. Ia pandai
mengaktualisasikan cintanya dengan kata-kata yang indah dan mempesona.
Aku cinta dia bukan karena paras wajahnya seperti artis. Dia perempuan biasa dengan postur tubuh pendek, hitam manis, hidung sedikit mancung, dan rambutnya keriting.
Aku cinta dia bukan pula karena kelimpahan harta. Dia sudah terbiasa dengan kesederhanaan tapi bukanlah miskin amat. Yang aku suka dari dia: hatinya terbuka dan tulus menjagaku. Polesan bahasanya terkesan sederhana tapi memikat rasa untuk terus bersamanya sampai akhir hayat.
Dialah perempuan idaman yang kuyakini menuntunku ke tangga karir yang jauh lebih baik ke masa depan. Ia ulet dan mandiri. Ia pantas disebut perempuan yang tidak biasa.”