Cerpen
Di Antara Aku dan Dia Ada Tembok Terbentang Indah Beraroma Cinta
Matanya seakan tidak berkedip bersyukur menikmati panorama danau Weekuri yang luar biasa, hadiah cuma-cuma dari Tuhan untuk Sumba Barat Daya
Cerpen: Aster Bili Bora
POS-KUPANG.COM - Di balai bambu sederhana aku duduk bersama dia. Matanya seakan tidak berkedip bersyukur menikmati panorama danau Weekuri yang luar biasa, hadiah cuma-cuma dari Tuhan untuk Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Dia mengajakku keliling melewati jalan yang tertata rapi. Ketika akan menginjak papan jembatan yang terkesan lapuk, dia menggandeng tanganku.
Kurasa badannya hangat sehangat cintanya. Kubayangkan dia akan melayangkan ciumannya yang pertama. Aku mulai gerogi karena para remaja terus kerumun dan agaknya mereka belum paham soal privasi seseorang.
Mereka menawarkan jasa foto gratis dengan panorama indah. Dia tertarik karena hatinya ingin mengabadikan sebuah kenangan indah dalam perjalanan.
Dia berikan HP-nya kepada Leny yang dari tadi tidak bosan promosi.Dari ketinggian batu ia melakukan pemotretan kepada insan yang bergaya prewedding. Pada kesempatan itulah dia layangkan ciuman dan pelukan mesranya.
Sesungguhnya aku menghindar karena takut dinilai ABG. Tetapi Leny justru menyuruh dia lebih mepet di sampingku supaya menghasilkan foto penuh kenangan indah.
Kami melanjutkan perjalanan ke timur menuju hutan. Sebelah kiri jalan ada bangunan yang indah tempat buang hajat. Di sebelah kanannya
terpampang tangga yang menukik ke danau.
Dari tangga para tamu akan menikmati keindahan sempurna yang akan jadi kenangan sepanjang masa. Di situlah Leny beraksi lagi melakukan pemotretan yang kesekian kali.
Leny menyuruh dia memelukku walau hanya sebentar agar tampilan fotonya benar-benar jadi kenangan abadi selamanya.Dia taat permintaan Leny dan memang moment-moment yang seindah itu yang ditunggunya.
Seusai foto dia berharap supaya para remaja meninggalkan kami sendiri berdua untuk melanjutkan cerita indah. Tetapi sangat konyol dan
menyebalkan. Para remaja itu tiada sudi menjauh, justru makin rapat.
Dari raut wajah mereka ada pertanyaan kapan tamu rogoh saku. Dia mengerti lalu mengeluarkan uang seratus ribu. Ketika itulah mereka bubar satu-satu dan tinggalkan kami duduk berduaan di tangga.
Dia berusaha mepet-mepet. Ketika dia memeluk pundakku hendak melihat foto di layar HP-ku, herannya hatiku jadi ciut. Aku menoleh ke selatan.
Ternyata di sana ada orang yang sedang cuci mata. Rasa maluku kian merebak dalam jiwa.