Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Relawan Pendekar Indonesia: Andika Tunggu Tugas Tuntas (Bagian-2/Selesai)

Ketua Relawan Pendekar Indonesia Hendrawan Saragi melihat Jenderal Andika sangat menghormati tugas yang diberikan oleh Presiden sebagai Panglima.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat bersama Ketua Relawan Pendekar Indonesia (Pendukung Andika Perkasa untuk Indonesia) Hendrawan Saragi dan Sekjen Projo Handoko dalam acara Tribun Series, Kamis 10 November 2022. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Jenderal Andika Perkasa akan memasuki masa pensiun pada 21 Desember 2022 sebagai Panglima TNI. Berakhirnya masa bakti dapat menjadi momentum bagi Jenderal Andika Perkasa menyusun agenda politik.

Ketua Relawan Pendekar Indonesia (Pendukung Andika Perkasa untuk Indonesia) Hendrawan Saragi melihat Jenderal Andika sangat menghormati tugas yang diberikan oleh Presiden sebagai Panglima.

Sehingga selama masih menjabat sebagai Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa menolak menjawab spekulasi kemungkinan diusung menjadi capres maupun cawapres.

"Beliau sempat ditanya media apakah bersedia jadi wapres Pak Anies Baswedan, beliau menjawab masih bertugas dan tidak ada komunikasi dengan relawan serta ingin fokus kerjaan," kata Hendrawan Saragi saat wawancara eksklusif di kantor Tribun Network, Jakarta, Kamis 10 November 2022.

Namun Relawan Pendekar Indonesia meyakini Jenderal Andika setelah selesai menjadi Panglima TNI akan merangkul relawan dan melakukan konsolidasi.

Hendrawan menegaskan pihaknya akan menambah embrio relawan yang sekarang baru tersebar di enam provinsi. "Kalau kita ingin Jenderal Andika menjadi calon yang diperhitungkan memang itu harus ditambah sampai 34 provinsi," katanya.

Berikut ini lanjutan petikan Wawancara Eksklusif News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat dengan Hendrawan Saragi :

Apakah Anda yakin Jenderal Andika mau menerima dukungan dari Relawan Pendekar Indonesia?

Mengenai kemauan kalau dilihat dari bahasa tubuh misalnya ketika beliau ditanyakan waktu menghadiri wisuda dari pada putri di UGM ada media yang bertanya apakah beliau bersedia jadi wapres Pak Anies Baswedan.

Kemudian jawaban beliau 'wah saya masih bertugas, saya tidak ada komunikasi dengan relawan dan saya fokus kerjaan saya'. Jadi itu yang kami bisa tangkap, dan sebagai warga negara Indonesia kami memiliki hak untuk mengajukan calon yang kami anggap mewakili aspirasi.

Sama halnya seperti rekan kami Projo yang juga menjaring nama untuk diajukan kepada Pak Jokowi. Nah kami sudah punya calon itu, dan itulah yang menjadi hak politik daripada pendekar Indonesia.

Ada tidak komunikasi Relawan Pendekar Indonesia dengan partai politik 'me-marketing' Pak Andika untuk diusung?

Kalau melihat dari status semua calon presiden pada saat ini sebenarnya masih nol. Kita sudah menganggap Anies punya tiket, kemudian ada mbak Puan, dan Ganjar sudah punya tiket.

Anies kan hanya punya partai NasDem, dia perlu banyak koalisi lagi. Kemudian Ganjar dan Puan juga belum dicalonkan. Posisi tiga calon yang sering digadang-gadang seperti Pak Andika juga sama-sama nol.

Kita mulai dari fresh start sehingga komunikasi politik yang dilakukan akan percuma karena toh akhirnya partai politik yang menentukan. Artinya elektabilitas yang kita lakukan bahwa ada tokoh pantas untuk dilirik.

Sahabat kami Projo tidak melihat ada sosok Andika Perkasa yang selalu menjalankan tugas pertahanan negara yang mereka tidak lihat. Kami sebagai junior melihat itu, Oh beliau ini, coba dalam musyawarah rakyat nanti dimunculkan siapa tahu.

Karena di media sosial kita melakukan riset banyak sekali orang-orang secara pribadi dan kelompok membuat video beliau. Saya rasa itu yang perlu kita perhatikan bersama sebetulnya ini semua startnya nol.

Bagaimana cara untuk membangun komunikasi politik karena kan tidak mungkin terus dalam kondisi wait and see?

Mari kita ingat lagi sebenarnya tahun 2014, jadi waktu ibu Megawati mau mencalonkan Pak Jokowi itu kan hanya beberapa bulan sebelum Pilpres. Jadi kalau kita main ular tangga kita capek keliling-keliling udah sampai tinggal dua baris eh kita turun lagi.

Jadi buat apa kita keliling-keliling tapi nggak nyampe juga. Sementara sejarah dari Projo harusnya ingat bahwa saat Pak Jokowi naik itu hanya beberapa bulan dari Pilpres. Jadi sebenarnya Pak Jokowi tidak ada 'modal' dia hanya kader partai.

Beliau tiba-tiba saja dengan tiket dari ibu Mega naik begitu. Jadi makanya kita katakan tadi politik itu kegembiraan banyak surprise tidak mesti kita dengan tadi banyak keliling toh nggak jelas juga apa yang dikerjakan.

Yang terpenting kan hasilnya, siapa yang punya tiket 20 persen tadi, itu saja yang harusnya didekati. Kenapa harus berkeliling padahal punya gatuk tapi berkeliling. Ini kan sebenarnya apa tujuannya.

Maksud saya adalah ya kita lihat lah bagaimana situasi menjelang penetapan calon dari partai yang punya tiket 20 persen. Kita relawan memunculkan tokoh seperti yang dilakukan sahabat Projo dulu bahwa mereka dan teman-teman berkata 'kami menemukan tokoh itu dan ini hadiah untuk rakyat Indonesia'.

Apakah ada target jaringan relawan akan tersebar di mana saja?

Kalau kita ingin Jenderal Andika menjadi calon yang diperhitungkan memang itu harus ditambah sampai 34 provinsi. Tapi yang terpenting bagi kami bagaimana di setiap provinsi ini mengkonsolidasi anggota dan sudah banyak yang kami kerjakan.

Banyak grup WA yang sudah dibentuk sehingga itulah yang akan menjadi bibit pergerakan. Kami tidak sebesar dari sahabat kita Projo karena kita gerakan yang masih minoritas. Ini menjadi ikhtiar buat kami bagaimana kami melihat antusiasme dari para relawan pendekar semangat untuk mempercantik keindahan berpolitik.

Apa harapan Relawan Pendekar Indonesia untuk kontestasi pemilu 2024?

Ada sebenarnya kriteria yang dicari Presiden Jokowi yaitu pemimpin yang mengerti makro, mikro, berbasiskan data, dan pintar mengeksekusi. Kami melihat empat kriteria tersebut ada pada seorang Jenderal Andika Perkasa.

Beliau mengetahui makro strategic, mikro beliau sangat perhatian dengan bawahan sampai kasus penusukan anggota, kemudian berbasis data sudah pasti militer punya itu, keberanian eksekusi itu sudah pasti ada dalam diri Panglima TNI.

Jadi beliau itu cerdas, tegas, dan pantas untuk menjadi calon Presiden 2024. Himbauan kami kepada khalayak ramai, lihat rekam jejak ketika memilih nanti. Ketika kita tidak tahu rekam jejak calon yang kita pilih lebih baik kita tidur di rumah tidak usah datang ke TPS.

Buat apa tingkat partisipasi tinggi kalau calonnya tidak dikenal. Jadi imbauan kami lihat rekam jejaknya dari calon yang ada, pelajari betul-betul karena nanti kita akan menerima paket sebenarnya. (tribun network/reynas abdila)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved