Pilpres 2024
Tantang SBY, Hasto: PDIP Siap Naik Gunung jika Jokowi diganggu dan Difitnah, Ini Maksudnya
Tanggapi pernyataan SBY, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto: PDIP siap naik gunung jika Jokowi diganggu dan Difitnah, ini maksudnya
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Aksi saling sindiri antara Demokrat dan PDIP kembali terjadi. Setelah Ketua Dewan Penasehat Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) mengatakan siap turun gunung jika ada kecurangan Pemili 2024, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto lagsug membalas dengan mengatakan PDI siap naik gunung jika Joko Widodo atau Jokowi diganggu.
Seakan menantang SBY, Hasto Kristiyanto mengatakan, silakan SBY turun gunung asalkan tidak menfitnah atau mengganggu Jokowi.
Jika tidak, PDIP aka naik gunung.
Apa maksud dari pernyataan Hasto Kristiyanto?
Baca juga: PDIP Terpancing, SBY Sebut Siap Turun Gunung, Hasto Tantang Siap Naik Gunung Jika Ganggu Jokowi
Hasto mengatakan, PDI-P siap untuk merespons apa yang dituduhkan oleh SBY terhadap Jokowi.
"Tetapi kalau turun gunungnya itu mau menyebarkan fitnah kepada Pak Jokowi, maka PDI Perjuangan akan naik gunung agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh Pak SBY," imbuh Hasto.
"Sebab informasi yang diterima Pak SBY sangat tidak tepat, jadi hati-hati kalau mau ganggu Pak Jokowi," sambung dia.
Menurut Hasto Kristiyanto mengatakan, tidak masalah jika SBY turun gunung asalkan tidak memfitnah Presiden Joko Widodo ( Jokowi ).
Baca juga: Teka-teki Manuver Politik Surya Paloh Bertemu Jokowi, Prabowo dan SBY, Soal Pilpres 2024?
Namun jika SBY turun gunung untung mengganggu Jokowi, Hasto menegaskan PDIP siap naik gunung.
Pernyataan yang bernada tantangan itu disampaikan Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulis Sabtu 17 September 2022.
Meski demikian, kata Hasto Kristiyantn, PDI-P sebagai partai penguasa, tidak mempermasalahkan SBY untuk turun gunung.
Namun, Hasto menambahkan menjadi beda soal bila turun gunungnya SBY sebagai bentuk melakukan tudingan terhadap pemerintahan Jokowi.
Hasto juga meminta SBY tak menuding adanya kecurangan di Pemilu 2024, lantaran dirinya tak bisa mencalonkan putranya yang sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Bisa tidaknya Demokrat bisa mencalonkan AHY dalam pilpres jangan dijadikan indikator sebagaimana tuduhan adanya skenario Pemerintahan Pak Jokowi untuk berbuat jahat dalam Pemilu," tutur Hasto.
Dalam tulisannya, Hasto Kristiyanto juga meyebut jika SBY memang tidak pernah lagi naik gunung.
"Setahu saya beliau tidak pernah lagi naik gunung, jadi turun gunungnya Pak SBY sudah lama dan berulang kali, monggo turun gunung," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/9/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, SBY menyatakan siap turun gunung setelah mendengar kabat ada tanda-tanda bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan diselenggarakan dengan tidak jujur dan adil.
Hal tersebut disampaikan SBY saat berpidato di acara Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat, Kamis (15/9/2022) lalu.
"Para kader, mengapa saya harus turun gunung menghadapi Pemilihan Umum 2024 mendatang? Saya mendengar, mengetahui, bahwa ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil," kata SBY dalam sebuah video yang viral di media sosial.
Menurut SBY, ada yang menginginkan pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
"Konon, akan diatur dalam pemilihan presiden nanti yang hanya diinginkan oleh mereka dua pasangan capres dan cawapres saja yang dikehendaki oleh mereka," ujarnya.
Hasto Kristiyanti Singgung soal Anas Urbaningrum
Hasto juga menjawab kekhawatiran Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang mengaku harus turun gunung karena mencium tanda-tanda Pemilu 2024 akan tidak adil dan tidak jujur.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan justru hal semacam itu justru pernah terjadi pada era kepemimpinan SBY.
"Mohon maaf Pak SBY tidak bijak, dalam catatan kualitas Pemilu, tahun 2009 justru menjadi puncak kecurangan yang terjadi dalam sejarah demokrasi," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/9/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
Hasto meminta SBY untuk bertanggung jawab atas kecurangan yang terjadi karena saat itu merupakan periode kepemimpinannya.
Dia mengatakan bahwa pada era kepemimpinan SBY ditemukan manipulasi daftar pemilih tetap (DPT) yang bersifat masif.
"Salah satu buktinya ada di Pacitan," kata dia.
Selain itu, Hasto menyinggung saat SBY terpilih pada tahun 2004.
Saat itu, Ketua Komisi Pemilihan Umum dijabat Anas Urbaningrum yang masuk Partai Demokrat setahun setelah Pemilu 2004 digelar.
"Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati yang harusnya menjadi wasit dalam Pemilu, ternyata kemudian direkrut menjadi pengurus teras Partai Demokrat," kata petinggi PDI-P ini.
AHY: Rakyat rindukan kepemimpinan ala SBY
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut bahwa masyarakat pada saat ini merindukan kepemimpinan ala Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Demokrat.
Hal itu disampaikannya dalam pidato pembukaan dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas) Partai Demokrat, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Awalnya, AHY mengajak para kader Demokrat untuk terus menggelorakan semangat perubahan dan perbaikan.
"Dan kalau rakyat ingin perbaikan dan perubahan mohon doa restu bagi Partai Demokrat. Ini narasi kita. Gelorakan semangat ini sampai 2024 ini. DPD siap? DPC siap? Siap. Bersama-sama kita bisa," kata AHY.
Kemudian AHY mengatakan rakyat membandingkan kehidupan saat ini dengan era SBY menjadi presiden RI pada 2004 hingga 2014.
Menurut AHY, rakyat merindukan kehidupan saat SBY menjadi presiden.
"Rakyat juga membandingkan kehidupan mereka dulu dan sekarang. Dulu mah begitu, sekarang.. intinya apa? Rakyat merindukan siapa? SBY dengan kepimpinan dari Partai Demokrat," ujar AHY.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pernyataan SBY akan 'Turun Gunung' Dibalas Sindiran Sekjen PDIP: Memang Kapan Naik Gunungnya?
Berita terkait Pilpres 2024
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS