Berita Nasional

Ponsel Effendi Simbolon Berdering 24 Jam, Mengaku Diancam Dibunuh

Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon mengaku diancam dibunuh usai menyebut TNI seperti gerombolan atau ormas.

Editor: Alfons Nedabang
Indra Akunto/KOMPAS.com
Politisi PDI Perjuangan Effendi Simbolon. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon mengaku mendapatkan intimidasi berupa teror dan ancaman pembunuhan usai menyebut TNI seperti gerombolan atau ormas.

Effendi Simbolon mengaku ponselnya tak berhenti berdering seharian hingga alamat rumahnya disebar. ”Mungkin teman-teman lihat sendiri viral-viral, alamat rumah saya dikasih. Kemudian handphone saya 24 jam enggak berhenti-henti berdering," kata Effendi Simbolon di Gedung DPR, Senayan, Kamis 15 September 2022.

Effendi Simbolon menyebut ancaman yang ia terima bukan hanya data pribadinya yang disebar, namun ia dan keluarganya juga mendapatkan ancaman pembunuhan. "Iya, iya (dapat ancaman). Ancaman nyawa. Semua (keluarga juga kena ancaman). Ada di handphone saya," ucap Effendi Simbolon.

Anggota Komisi I saat ini masih melakukan pendataan terkait ancaman yang ia dapat. Namun, ia belum berencana menempuh jalur hukum. "Ada semua saya profiling semua. Nanti pada waktunya saya buka. Enggak, enggak (jalur hukum) jauh di atas hukum," ucap dia.

Baca juga: Bursa Calon Panglima TNI Pengganti Jenderal Andika, Politisi PDIP Effendi Simbolon Sebut Plan A

Effendi Simbolon mengaku heran mengapa dia mendapatkan intimidasi dan ancaman yang begitu banyak atas pernyataannya itu.

"Saya kira enggak zamannya lagi hanya seorang Effendi Simbolon kemudian dikepung dengan begitu hebatnya," kata Effendi Simbolon.

Saat ditanya apakah nama Jenderal Dudung yang kemudian memerintahkan soal intimidasi itu, Effendi Simbolon enggan menjawab tegas. "Ya kalau itu kalianlah yang menyikapi sendiri," katanya.

Effendi Simbolon sebelumnya menuai polemik setelah melontarkan pernyataan yang menyebut TNI sebagai gerombolan.

Tak hanya itu, Effendi Simbolon juga menyinggung hubungan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan KSAD Dudung Abdurrachman yang dinilai disharmoni. Pernyataan itu disampaikan Effendi Simbolon saat rapat dengar pendapat Komisi I dengan Andika Perkasa pada 5 September 2022.

Setelah mendapat berbagai kecaman dan tekanan hingga dilaporkan ke MKD, Effendi Simbolon akhirnya menyampaikan permohonan maaf.

Permohonan maafnya itu disampaikan Effendi Simbolon didampingi Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto dalam konferensi pers yang digelar di Ruang Fraksi PDIP, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 14 September 2022.

“Saya mohon maaf, saya tujukan ini pada seluruh prajurit baik yang bertugas maupun yang sudah purna dan juga para pihak yang mungkin tidak nyaman dengan perkataan saya dan juga pada Panglima TNI saya mohon maaf juga kepada Kepala Staf Angkatan Darat saya mohon maaf dan juga Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara yang juga mungkin merasa hal yang kurang nyaman,” kata Effendi Simbolon.

Ia mengakui kesalahan akibat perkataannya yang menyebut bahwa anggota TNI seperti gerombolan. Ia pun meminta maaf jika pernyataannya membuat semua anggota TNI tersinggung.

Baca juga: Calon Kuat Panglima TNI, KSAL Laksamana Yudo Margono Serahkan ke Jokowi

“Kemudian tidak elok dan juga beberapa pihak tidak nyaman, mungkin merasa tersinggung, atau tersakiti dari kata-kata yang keluar dari saya yang seputar soal gerombolan dan ormas,” ucap Effendi Simbolon.

“Sejujurnya saya tidak pernah mestigmakan TNI seperti gerombolan, tapi lebih kepada kalau tidak ada kepatuhan, kalau tidak ada kemudian harmoni dan seterusnya itu seperti gerombolan, seperti ormas,” lanjut dia.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved