Berita Sumba Barat

Gerakan Perlindungan Anak Terpadu Usung Masyarakat jadi Pelopor dan Pelapor

Pemerintah memastikan tidak ada lagi kekerasan terhadap anak melalui Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2022

Penulis: Paul Burin | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
PESERTA - Para peserta Talkshow Gerakan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang difasilitasi Save The Children di Waikabubak Sumba Barat 

Hasil talkshow PATBM menjadi bahan advokasi kepada pemerintah daerah untuk mengintegrasikan KPA/Pawodda ke dalam ekosistem PATBM, menciptakan regulasi dan sistem pendukung PATBM di tingkat kabupaten sampai desa (revisi Perbup dan pembuatan Perdes serta SK PATBM, dan mengembangkan PATBM di tingkat desa sebagai LKD (Lembaga Ketahanan Desa).  

Puncak kegiatan kampanye FAKTA diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2022 yang terwujud dalam one day event “Konser Peduli Anak dan Talkshow Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Anak dengan tema, #BarentiKasihSusahAnak.”

Kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Manda Elu, Waikabubak ini  dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bupati Sumba Barat, Forum Anak Daerah, Global Ambassador Ending Violence Against Children (EVAC), dan Perwakilan Sumba Future Change Makers.  #BarentiKasihSusahAnak #FestivalKekerasanTerhadapAnak #FAKTA #BerpihakPadaAnak 

Masih Temukan Kekerasan

Saat Diskusi Kelompok Terarah atau Focus  Grup Discussion (FGD) yang diprakarsai oleh Save the Children di Waikabubak, Juni 2022 lalu,
 dilakukan kepada 116 orang dewasa dan 108 anak dari delapan desa di Kabupaten Sumba Barat menyebutkan bahwa  sebagian besar orang tua masih berpendapat bahwa kekerasan terhadap anak wajar dilakukan jika anak tidak menuruti orang tua.

Saat itu,  Save the Children mengonfirmasi  benar bahwa anak-anak yang turut mengikuti FGD, menyebutkan bahwa orang tua dan orang dewasa sering melakukan kekerasan, baik kekerasan fisik, maupun emosional seperti memaki dan menghina jika anak tidak melakukan apa yang orang tua katakan.

Pendisiplinan menggunakan kekerasan ini merupakan hal lumrah bagi orang tua, sehingga dapat menyebabkan efek domino pada tumbuh kembang anak jika tidak segera dihentikan.

Sebagai organisasi pemenuhan hak anak, Save the Children melalui Program Gender dan Perlindungan Anak, merespons situasi kekerasan di Sumba dengan mengadakan kampanye “Festival Anti Kekerasan terhadap Anak (FAKTA)."

Kampanye ini diadakan sebagai rangkaian Hari Anak Nasional 2022 dan bekerja sama dengan Perkumpulan Stimulant Institute (PSI) dan Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A).

Kampanye FAKTA mengusung tagar #BarentiKasihSusahAnak untuk meningkatkan kesadaran orang tua/orang dewasa agar berhenti melakukan kekerasan terhadap anak.

Kampanye ini bertujuan memberikan ruang dan kesempatan kepada anak-anak untuk membuat kampanye terkait isu kekerasan terhadap anak secara mandiri melalui festival anak dengan kegiatan yang edukatif dan menyenangkan.

 Selain itu, Save the Children mendorong lembaga pemerintah dari tingkat desa hingga kabupaten untuk mendukung kegiatan partisipasi anak dan pemuda dalam Musrenbang. Selanjutnya, mendorong pembentukan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).

Kampanye FAKTA terbagi menjadi empat rangkaian, yaitu kampanye di tingkat desa yang diselenggarakan 15 Juli–12 Agustus 2022 pada delapan desa dampingan Program Gender (Desa Malata, Manukuku, Kalebu Anakaka, Baliledo, Tebara, Watukarere, Kabukarudi, Gaura), “Sehari Menjadi Pemimpin” yang diadakan 25 Juli 2022.

Talkshow PATBM pada 28 Juli 2022 yang dihadiri Dinas Pemberdayaan Penduduk dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi NTT dan Fasilitator Nasional PATBM, serta seluruh kepala desa dan camat maupun lurah di Sumba Barat.

Puncaknya acara, yaitu Talkshow dan Konser Musik Peduli Anak yang akan menghadirkan narasumber Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa), bupati empat kabupaten di Sumba, Forum Anak Daerah, Global Ambassador Ending Violence Against Children (EVAC), Sumba Future Changemakers dan kolaborasi dengan komunitas lokal seperti English Goes to Kampung dan Sumba Cendekiawan.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved